Katanya kampus adalah miniatur dari negara. Yah, sampai segala bentuk tindakan politik yang dilakukan oleh negara hari ini sedikit banyaknya juga dilakukan dalam politik kampus. Bagaimana hak demokrasi itu direnggut. Bagaimana intervensi dan ancaman itu datang yang membuat setiap orang yang diperlakukan seperti itu mau tidak mau harus tunduk dan mengikuti semua arahan dari mereka.
Bagaimana negara hari ini yang hanya mementingkan kepentingan dari sekelompok orang. Begitupun yang terjadi dalam organisasi intra kampus. Mereka hadir bukan representasi dari mahasiswa-mahasiswa tetapi mereka hadir untuk kepentingan sekelompok orang.
Bagaimana ruang demokrasi bisa hadir kalau ancaman dan kriminalisasi datang entah dari mana arahnya. Semua sudah dirancang sedemikian rupa oleh para kelompok yang memiliki kepentingan.
Seolah-olah mereka netral tapi yah semua bisa dilihat dengan mata telanjang bagaimana arogansi kelompok mereka. Dan karena kepentingan pula, mereka tidak lagi melihat figur pemimpin sebagai seseorang yang mampu mengubah tatanan, yang mampu menyuarakan aspirasi mahasiswa dan civitas akademik lain yang mungkin sedikit banyaknya mereka juga mengalami ketidak adilan.
Mereka tidak lagi melihat figur ketua sebagai orang yang memiliki intelektual dan kualitas. Mereka hanya melihat figur ketua yang bisa membawa kepentingan mereka yang bisa mereka jadikan robot jadikan boneka yang tunduk dan patuh dengan kepentingan kelompok tersebut.
Seluruh insan kampus seperti dosen dan mahasiswa berhak memperoleh ruang dan kebebasan untuk mengembangkan, mengaplikasikan ilmu pengetahuan serta mengabdikan diri untuk kepentingan rakyat supaya tidak ditindas oleh rezim kekuasaan (Tan Malaka, 1926).
Namun hari ini kutipan Tan Malaka tersebut tidak lagi relevan dengan kondisi yang ada. Jelas terlihat bagaimana ruang kebebasan mahasiswa dibatasi, ruang demokrasi mahasiswa direnggut. Bahkan tidak jarang civitas akademik seperti birokrasi kampus ikut andil dalam kegiatan politik organisasi intra kampus.
Tidak jarang kita menyaksikan praktek yang dilakukan oleh birokrasi kampus yang bergandeng tangan dengan kelompok yang memiliki kepentingan dan para intelektual tradisional yang mereka jadikan sebagai boneka. Merancang semuanya sedemikian rupa seolah-olah ini semua alamiah terjadi di lingkaran mahasiswa saja.
Sungguh sempurna dan begitu tragis kondisi hari ini yang dihadirkan para kelompok ini.
Penulis: Fulan









