Pakaian basah di penuhi keringat
Berdiri diatas niat, berjalan menuju ruang penuh taat
Letih melihat segalanya
Akankah ada gerbang menuju jaya?
Adakah ruang bagi mereka yang terperdaya?
Pakaian basah dibasuh piluh
Beranjak dari kediaman dengan tenaga yang segar
Sesak di tengah tekanan hidup yang sukar
Dipandang sebagai pekerja rendahan
Bekerja diatas instruksi tuan
Sedih, mata mereka sembap membekaskan panik
Berjuang di tengah terik, sebab hidup diberatkan dari para pencekik
Mata bulat pelototi ruang mesin produksi, hingar gemercik sangatlah berisik
Pakaian basah milik tenaga kerja
Memperkokoh diri dari mereka yang menindas
Di paksa kerja di tengah bisingnya mesin berpelumas
Kata mereka,
Buruh hanya punya tenaga
Sedang, kapitalis punya uang untuk berkuasa
Kaya dengan model suruh
Memperoleh untung dari kerja buruh
Gusur rumah, sawah, dan kebun sungguh sangat rusuh
Berdirinya pabrik, membuat cucu tak terasuh
Kapitalis senang mencipta pilu
Sedang buruh berlawan dianggap masuk partai arit palu
Miris melihat pakaian mereka kian basah
Pabrik ialah tempat buruh dipaksa untuk tunduk
Menyisikan buruh ke tempat buruk
Buruh terbuang dari hidup penuh syukur
Sebab para Kapitalis, merampas tanah lalu menggusur
paksa buruh tunduk, rukuk dan sujud
Ahhh biadab!
Berbangga diri sebagai tuan
Seolah, menganggap diri sebagai TUHAN
Kau hanya tuan bukan TUHAN!
Dasar kapitalis biadab!
Benar,
Nada kuasa milik mereka yang mengendalikan upah
Eksploitasi terhadap tenaga kerja
Komodifikasi para pekerja wanita
ahhh!
Dibawah bayang kapitalisme
wanita cantik dan seksi di pandang hanya untuk kebutuhan orgasme
Wanita diberi nilai palsu, bukan sebagai manusia
Setiap waktu, Buruh keras menyelesaikan kerja berharap upah yg tidak seberapa
Pakaian basah semakin basah
Bekerja sesuai arahan
Tapi, gaji tak cukup untuk membeli makan
Upah tak seirama waktu kerja
Upah tidak sesuai dengan waktu kerja
Upah tidak sesuai dengan waktu kerja
Upah tidak sesuai dengan waktu kerja
Ahhh tidak!!!
Kekayaan kapitalis sebab akibat kerja buruh
Pakaian, kendaraan, dan segalanya Adalah buah kerja buruh
Hargai, hargai, hargai!
Karenanya, kita tak telanjang dada
karenanya kita dapat berpakaian dan berkendara
Karenanya,
Hargai buruh! Dukung Buruh! Bersamalah dengan Buruh! Sebab kita adalah Calon Buruh!
Penulis : M. Fahrul Farhan
Editor : Iis Noor