Entah apa yang terjadi
Akupun tak tahu
Semuanya begitu cepat berlalu
Berawal kisah
Berjalan kasih
Bergandeng nurani
Dan, ternyata berakhir belati
Pagi hari dan tanpa kompromi
Kau hunuskan belati dalam relung hati
Kau hancurkan mimpi yang terbangun dan terawat sekian ribu hari
Kau bunuh segala pucuk pengharapan dengan pamrih
Setelah itu, pongah melangkah pergi
Kata Sapardi,
Tak ada yang lebih tabah dari hujan bulan Juni
Tak ada yang lebih bijak dari hujan bulan Juni
Tak ada yang lebih arif dari hujan bulan Juni
Tapi karena krisis iklim yang melanda dunia saat ini
Hujan bulan Juni sungkan datang menghampiri
Lantas, apakah akan tetap tabah, bijak, dan arif bulan Juni?
Seorang pria dekil berambut gimbal berkata,
“Tak ada seorangpun selain diri kita yang mampu membebaskan pikiran kita”
Seorang pria kelahiran Austria dengan revolusioner mengungkapkan Teleologi
Sebuah konsep yang coba menginterupsi Freud dan Aetiologi
Ahh, mungkin mereka hanyalah seorang pembual
Sebab, jika hadirmu adalah kebahagiaan
Maka, kepergianmu adalah kegetiran tak berkesudahan
Kini, kemanapun kaki melangkah pergi
Bayangmu menjelma hantu yang terus saja menghantui
Pada embun pagi di halaman rumah
Masih terlukis jelas manis senyummu
Pada bisingnya suara kucing yang bertengkar di malam suntuk
Masih terngiang jelas tawa pemecah suasanamu
Pada hisapan pertama sebatang rokok kretek
Masih terasa jelas hangat dan tenang berada dalam dekapanmu
Pada kepulan asap tak beraturan sebatang rokok kretek
Masih terekam jelas lincah gerak anggota tubuhmu
Pada secangkir kopi sasetan yang baru saja kuseduh
Masih tercium jelas semerbak aroma tubuhmu
Pada semesta kita ciptakan cerita
Dan, kini atas nama sejarah akan kucoba mengarah
Ternyata memang kau sudah pergi
Pada sunyi, sepi, sendiri, menantang pagi
Baik burukmu, kenang-kenanglah kenang
Dalam Bilik, Juni 2023
Oleh: Bara









