Anotasiar.ID
  • Beranda
  • News
  • Liputan Khusus
    • Reportase
    • Investigasi
  • Opini
  • Sastra
    • Feature
    • Esai
    • Cerpen
    • Puisi
  • Resensi
    • Resensi Buku
    • Resensi Film
  • Resume
  • Dokumentasi
  • Info & Agenda
    • Jadwal Acara
    • Pengumuman
No Result
View All Result
  • Login
Anotasiar.ID
  • Beranda
  • News
  • Liputan Khusus
    • Reportase
    • Investigasi
  • Opini
  • Sastra
    • Feature
    • Esai
    • Cerpen
    • Puisi
  • Resensi
    • Resensi Buku
    • Resensi Film
  • Resume
  • Dokumentasi
  • Info & Agenda
    • Jadwal Acara
    • Pengumuman
No Result
View All Result
  • Login
Anotasiar.ID
Puisi

Kenang-Kenanglah Kenang

Anotasiar
23 Juni 2023
Pinterest

Pinterest

0
SHARES
226
VIEWS
1 min read
A A

Entah apa yang terjadi
Akupun tak tahu
Semuanya begitu cepat berlalu
Berawal kisah
Berjalan kasih
Bergandeng nurani
Dan, ternyata berakhir belati

Pagi hari dan tanpa kompromi
Kau hunuskan belati dalam relung hati
Kau hancurkan mimpi yang terbangun dan terawat sekian ribu hari
Kau bunuh segala pucuk pengharapan dengan pamrih
Setelah itu, pongah melangkah pergi

Kata Sapardi,
Tak ada yang lebih tabah dari hujan bulan Juni
Tak ada yang lebih bijak dari hujan bulan Juni
Tak ada yang lebih arif dari hujan bulan Juni
Tapi karena krisis iklim yang melanda dunia saat ini
Hujan bulan Juni sungkan datang menghampiri
Lantas, apakah akan tetap tabah, bijak, dan arif bulan Juni?

Seorang pria dekil berambut gimbal berkata,
“Tak ada seorangpun selain diri kita yang mampu membebaskan pikiran kita”
Seorang pria kelahiran Austria dengan revolusioner mengungkapkan Teleologi
Sebuah konsep yang coba menginterupsi Freud dan Aetiologi
Ahh, mungkin mereka hanyalah seorang pembual
Sebab, jika hadirmu adalah kebahagiaan
Maka, kepergianmu adalah kegetiran tak berkesudahan

Kini, kemanapun kaki melangkah pergi
Bayangmu menjelma hantu yang terus saja menghantui

Pada embun pagi di halaman rumah
Masih terlukis jelas manis senyummu
Pada bisingnya suara kucing yang bertengkar di malam suntuk
Masih terngiang jelas tawa pemecah suasanamu
Pada hisapan pertama sebatang rokok kretek
Masih terasa jelas hangat dan tenang berada dalam dekapanmu
Pada kepulan asap tak beraturan sebatang rokok kretek
Masih terekam jelas lincah gerak anggota tubuhmu
Pada secangkir kopi sasetan yang baru saja kuseduh
Masih tercium jelas semerbak aroma tubuhmu
Pada semesta kita ciptakan cerita
Dan, kini atas nama sejarah akan kucoba mengarah

Ternyata memang kau sudah pergi
Pada sunyi, sepi, sendiri, menantang pagi
Baik burukmu, kenang-kenanglah kenang

Dalam Bilik, Juni 2023

 

Oleh: Bara

1 min read
A A

Entah apa yang terjadi
Akupun tak tahu
Semuanya begitu cepat berlalu
Berawal kisah
Berjalan kasih
Bergandeng nurani
Dan, ternyata berakhir belati

Pagi hari dan tanpa kompromi
Kau hunuskan belati dalam relung hati
Kau hancurkan mimpi yang terbangun dan terawat sekian ribu hari
Kau bunuh segala pucuk pengharapan dengan pamrih
Setelah itu, pongah melangkah pergi

Kata Sapardi,
Tak ada yang lebih tabah dari hujan bulan Juni
Tak ada yang lebih bijak dari hujan bulan Juni
Tak ada yang lebih arif dari hujan bulan Juni
Tapi karena krisis iklim yang melanda dunia saat ini
Hujan bulan Juni sungkan datang menghampiri
Lantas, apakah akan tetap tabah, bijak, dan arif bulan Juni?

Seorang pria dekil berambut gimbal berkata,
“Tak ada seorangpun selain diri kita yang mampu membebaskan pikiran kita”
Seorang pria kelahiran Austria dengan revolusioner mengungkapkan Teleologi
Sebuah konsep yang coba menginterupsi Freud dan Aetiologi
Ahh, mungkin mereka hanyalah seorang pembual
Sebab, jika hadirmu adalah kebahagiaan
Maka, kepergianmu adalah kegetiran tak berkesudahan

Kini, kemanapun kaki melangkah pergi
Bayangmu menjelma hantu yang terus saja menghantui

Pada embun pagi di halaman rumah
Masih terlukis jelas manis senyummu
Pada bisingnya suara kucing yang bertengkar di malam suntuk
Masih terngiang jelas tawa pemecah suasanamu
Pada hisapan pertama sebatang rokok kretek
Masih terasa jelas hangat dan tenang berada dalam dekapanmu
Pada kepulan asap tak beraturan sebatang rokok kretek
Masih terekam jelas lincah gerak anggota tubuhmu
Pada secangkir kopi sasetan yang baru saja kuseduh
Masih tercium jelas semerbak aroma tubuhmu
Pada semesta kita ciptakan cerita
Dan, kini atas nama sejarah akan kucoba mengarah

Ternyata memang kau sudah pergi
Pada sunyi, sepi, sendiri, menantang pagi
Baik burukmu, kenang-kenanglah kenang

Dalam Bilik, Juni 2023

 

Oleh: Bara

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

ARTIKEL TERKAIT

Aksi Kampanye LK FEBI, Tolak Praktik Penjualan Buku

5 November 2025

Kemahasiswaan

31 Oktober 2025

Kemahasiswaan

31 Oktober 2025

Alternatif Gerakan Sosial Menuju Perubahan

26 Oktober 2025

Dugaan Pungutan Liar Di Ilmu Ekonomi, Mahasiswa Keluhkan Harga

23 Oktober 2025

Liberalisme dan Imperialisme

17 Oktober 2025
Kirim Tulisan Jadilah bagian dan terlibat untuk perubahan dengan ikut berdiskusi dan berbagi gagasan kritis, edukatif dan progresif di anotasiar...» Kirim tulisanmu
Artikel Berikutnya
Dokumentasi pribadi

Reklamasi Pulau Lae-lae Mewarisi Derita CPI

Dokumentasi Pribadi

SEJARAH PEMIKIRAN EKONOMI

Dokumentasi pribadi

Kapitalisme dan Pendidikan

Unit Penerbitan dan Pers Mahasiswa

HMJ Ilmu Ekonomi UIN Alauddin Makassar

  • Tentang Kami
  • Pedoman Media Siber
  • Privacy Policy
  • Kontak Kami
  • Kirim Tulisan

© Anotasiar. All rights reserved

  • Login
  • Beranda
  • News
  • Liputan Khusus
    • Reportase
    • Investigasi
  • Opini
  • Sastra
    • Feature
    • Esai
    • Cerpen
    • Puisi
  • Resensi
    • Resensi Buku
    • Resensi Film
  • Resume
  • Dokumentasi
  • Info & Agenda
    • Jadwal Acara
    • Pengumuman

© Anotasiar. All rights reserved

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist