Anotasiar.ID
  • Beranda
  • News
  • Liputan Khusus
    • Reportase
    • Investigasi
  • Opini
  • Sastra
    • Feature
    • Esai
    • Cerpen
    • Puisi
  • Resensi
    • Resensi Buku
    • Resensi Film
  • Resume
  • Dokumentasi
  • Info & Agenda
    • Jadwal Acara
    • Pengumuman
No Result
View All Result
  • Login
Anotasiar.ID
  • Beranda
  • News
  • Liputan Khusus
    • Reportase
    • Investigasi
  • Opini
  • Sastra
    • Feature
    • Esai
    • Cerpen
    • Puisi
  • Resensi
    • Resensi Buku
    • Resensi Film
  • Resume
  • Dokumentasi
  • Info & Agenda
    • Jadwal Acara
    • Pengumuman
No Result
View All Result
  • Login
Anotasiar.ID
Opini

Demokrasi yang Ditelanjangi

Anotasiar
25 Desember 2024
0
SHARES
139
VIEWS
2 min read
A A

Ditahun yang penuh akan problematika ditandai dengan pesta demokrasi namun, berakhir dengan buruk sehingga mengakibatkan terpilihnya pemimpin-pemimpin yang tidak layak dikatakan pemimpin karena tidak memiliki integritas seorang pemimpin karena seringkali untuk mencapai staluk kepemimpinan mereka menghalalkan segala cara misalnya maraknya “money politics” yang dilakukan secara terang-terangan untuk mendapatkan suara dari rakyat lugu dan tidak berpendidikan hanya memikirkan kenikmatan sesaat yaitu uang dengan jumlah sebesar 100/200 ribu rupiah dan mereka mengambil uang tersebut sehingga tidak memikirkan butterfly efek yang bisa saja terjadi di kemudian hari, saya masih ingat dengan literatur bacaan yang saya baca mengenai bahasa latin yang berbunyi “Male parte male dilabuntur” yang artinya “sesuatu yang dimulai dengan buruk akan berakhir dengan buruk juga” yang tentunya, ini saya pegang erat-erat sebagai obat penenang untuk diri saya karena sudah tidak mampu lagi melihat buruknya sistem demokrasi yang diterapkan di Indonesia alhasil mengakibatkan terpilihnya pemimpin-pemimpin yang tidak layak bahkan, sampai akhirnya saya menemukan kalimat yang berbunyi “Pemilu bukan untuk memilih yg terbaik, tapi untuk mencegah yang terburuk berkuasa. ” – Magnis Suseno. Yang dimana ini menampar kita akan buruknya implementasi sistem demokrasi yang diterapkan di Indonesia ataukah memang Indonesia belum mampu untuk menerapkan sistem demokrasi ataukah memang sistem demokrasi dipilih karena mudah untuk diobrak-abrik karena, merujuk dari kata demokrasi yaitu pemerintah dari rakyat, oleh rakyat ,dan untuk rakyat namun, sayang seribu sayang rakyat Indonesia yang masih dibawah dari kata kemampuan “berfikir otonom” sehingga mudah dipengaruhi oleh pandangan orang lain.

Sistem demokrasi yang pada hakikatnya mampu untuk menjadi sistem inklusif, adil, dan berkelanjutan sehingga menciptakan tatanan masyarakat yang terstruktur serta mampu untuk mencapai kebahagiaan dan rasa bangga tinggal dan menetap di Indonesia karena berhasil menjadi negara yang maju berkat dukungan SDA yang melimpah dan akhirnya bisa menikmati jeri payah dari para pejuang bangsa yang telah mengorbankan jiwa dan raganya untuk kemerdekaan Indonesia yang dimana bukan hanya kemerdekaan dari segi imperialisme dan kolonialisme namun, kemerdekaan yang lebih luas yaitu “kebebasan hakiki” namun sayang seribu sayang itu hanyalah Utopia bagi rakyat Indonesia.

 

Penulis : Muh. Ahmad Nasri

2 min read
A A

Ditahun yang penuh akan problematika ditandai dengan pesta demokrasi namun, berakhir dengan buruk sehingga mengakibatkan terpilihnya pemimpin-pemimpin yang tidak layak dikatakan pemimpin karena tidak memiliki integritas seorang pemimpin karena seringkali untuk mencapai staluk kepemimpinan mereka menghalalkan segala cara misalnya maraknya “money politics” yang dilakukan secara terang-terangan untuk mendapatkan suara dari rakyat lugu dan tidak berpendidikan hanya memikirkan kenikmatan sesaat yaitu uang dengan jumlah sebesar 100/200 ribu rupiah dan mereka mengambil uang tersebut sehingga tidak memikirkan butterfly efek yang bisa saja terjadi di kemudian hari, saya masih ingat dengan literatur bacaan yang saya baca mengenai bahasa latin yang berbunyi “Male parte male dilabuntur” yang artinya “sesuatu yang dimulai dengan buruk akan berakhir dengan buruk juga” yang tentunya, ini saya pegang erat-erat sebagai obat penenang untuk diri saya karena sudah tidak mampu lagi melihat buruknya sistem demokrasi yang diterapkan di Indonesia alhasil mengakibatkan terpilihnya pemimpin-pemimpin yang tidak layak bahkan, sampai akhirnya saya menemukan kalimat yang berbunyi “Pemilu bukan untuk memilih yg terbaik, tapi untuk mencegah yang terburuk berkuasa. ” – Magnis Suseno. Yang dimana ini menampar kita akan buruknya implementasi sistem demokrasi yang diterapkan di Indonesia ataukah memang Indonesia belum mampu untuk menerapkan sistem demokrasi ataukah memang sistem demokrasi dipilih karena mudah untuk diobrak-abrik karena, merujuk dari kata demokrasi yaitu pemerintah dari rakyat, oleh rakyat ,dan untuk rakyat namun, sayang seribu sayang rakyat Indonesia yang masih dibawah dari kata kemampuan “berfikir otonom” sehingga mudah dipengaruhi oleh pandangan orang lain.

Sistem demokrasi yang pada hakikatnya mampu untuk menjadi sistem inklusif, adil, dan berkelanjutan sehingga menciptakan tatanan masyarakat yang terstruktur serta mampu untuk mencapai kebahagiaan dan rasa bangga tinggal dan menetap di Indonesia karena berhasil menjadi negara yang maju berkat dukungan SDA yang melimpah dan akhirnya bisa menikmati jeri payah dari para pejuang bangsa yang telah mengorbankan jiwa dan raganya untuk kemerdekaan Indonesia yang dimana bukan hanya kemerdekaan dari segi imperialisme dan kolonialisme namun, kemerdekaan yang lebih luas yaitu “kebebasan hakiki” namun sayang seribu sayang itu hanyalah Utopia bagi rakyat Indonesia.

 

Penulis : Muh. Ahmad Nasri

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

ARTIKEL TERKAIT

Dugaan Pungutan Liar Di Ilmu Ekonomi, Mahasiswa Keluhkan Harga

21 Oktober 2025

Liberalisme dan Imperialisme

17 Oktober 2025

Gerak Menuju Runtuhnya Kapitalisme

3 Oktober 2025

Cerita Lama Yang Sia-sia

2 Oktober 2025

Analisis Gender

28 September 2025

Kapitalisme Dan Lingkungan

26 September 2025
Kirim Tulisan Jadilah bagian dan terlibat untuk perubahan dengan ikut berdiskusi dan berbagi gagasan kritis, edukatif dan progresif di anotasiar...» Kirim tulisanmu
Artikel Berikutnya
Sumber: https://pin.it/5HB0rVeHm

KITA yang Usai

NALA

Sumber: Foto Pribadi

Mahasiswa KKN UIN Alauddin Makassar Gelar Seminar Proker, Ajak Masyarakat Desa Gentung Bergerak Bersama

Unit Penerbitan dan Pers Mahasiswa

HMJ Ilmu Ekonomi UIN Alauddin Makassar

  • Tentang Kami
  • Pedoman Media Siber
  • Privacy Policy
  • Kontak Kami
  • Kirim Tulisan

© Anotasiar. All rights reserved

  • Login
  • Beranda
  • News
  • Liputan Khusus
    • Reportase
    • Investigasi
  • Opini
  • Sastra
    • Feature
    • Esai
    • Cerpen
    • Puisi
  • Resensi
    • Resensi Buku
    • Resensi Film
  • Resume
  • Dokumentasi
  • Info & Agenda
    • Jadwal Acara
    • Pengumuman

© Anotasiar. All rights reserved

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist