Ditahun yang penuh akan problematika ditandai dengan pesta demokrasi namun, berakhir dengan buruk sehingga mengakibatkan terpilihnya pemimpin-pemimpin yang tidak layak dikatakan pemimpin karena tidak memiliki integritas seorang pemimpin karena seringkali untuk mencapai staluk kepemimpinan mereka menghalalkan segala cara misalnya maraknya “money politics” yang dilakukan secara terang-terangan untuk mendapatkan suara dari rakyat lugu dan tidak berpendidikan hanya memikirkan kenikmatan sesaat yaitu uang dengan jumlah sebesar 100/200 ribu rupiah dan mereka mengambil uang tersebut sehingga tidak memikirkan butterfly efek yang bisa saja terjadi di kemudian hari, saya masih ingat dengan literatur bacaan yang saya baca mengenai bahasa latin yang berbunyi “Male parte male dilabuntur” yang artinya “sesuatu yang dimulai dengan buruk akan berakhir dengan buruk juga” yang tentunya, ini saya pegang erat-erat sebagai obat penenang untuk diri saya karena sudah tidak mampu lagi melihat buruknya sistem demokrasi yang diterapkan di Indonesia alhasil mengakibatkan terpilihnya pemimpin-pemimpin yang tidak layak bahkan, sampai akhirnya saya menemukan kalimat yang berbunyi “Pemilu bukan untuk memilih yg terbaik, tapi untuk mencegah yang terburuk berkuasa. ” – Magnis Suseno. Yang dimana ini menampar kita akan buruknya implementasi sistem demokrasi yang diterapkan di Indonesia ataukah memang Indonesia belum mampu untuk menerapkan sistem demokrasi ataukah memang sistem demokrasi dipilih karena mudah untuk diobrak-abrik karena, merujuk dari kata demokrasi yaitu pemerintah dari rakyat, oleh rakyat ,dan untuk rakyat namun, sayang seribu sayang rakyat Indonesia yang masih dibawah dari kata kemampuan “berfikir otonom” sehingga mudah dipengaruhi oleh pandangan orang lain.
Sistem demokrasi yang pada hakikatnya mampu untuk menjadi sistem inklusif, adil, dan berkelanjutan sehingga menciptakan tatanan masyarakat yang terstruktur serta mampu untuk mencapai kebahagiaan dan rasa bangga tinggal dan menetap di Indonesia karena berhasil menjadi negara yang maju berkat dukungan SDA yang melimpah dan akhirnya bisa menikmati jeri payah dari para pejuang bangsa yang telah mengorbankan jiwa dan raganya untuk kemerdekaan Indonesia yang dimana bukan hanya kemerdekaan dari segi imperialisme dan kolonialisme namun, kemerdekaan yang lebih luas yaitu “kebebasan hakiki” namun sayang seribu sayang itu hanyalah Utopia bagi rakyat Indonesia.
Penulis : Muh. Ahmad Nasri