“Hubungan Kapitalisme dan Agama: Komodifikasi Nilai Keagamaan dalam Masyarakat Modern”
Penulis: Nabilah
Sebelum masuk ke pembahasan hubungan antara kapitalisme dan agama, perlu kita ketahui terdahulu apa itu kapitalisme dan agama. Berbicara mengenai kapitalisme pastinya sudah tidak asing lagi. Kapitalisme merupakan sebuah isu yang tidak henti-hentinya menjadi pembicaraan dan perdebatan. Kapitalisme yang menjadi sistem terdominan hari ini, mampu menguasai sarana produksi untuk meraut keuntungan sebesar-besarnya. Kapitalisme memiliki tiga ciri utama yaitu eksploitasi, ekspansi, dan akumulasi.
Eksploitasi adalah tindakan yang dilakukan suatu individu untuk mendapatkan keuntungan dengan cara memanfaatkan orang lain dengan tidak adil, contohnya yaitu pemberian jam kerja yang lebih namun upah yang diberikan tidak sesuai. Ekspansi adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh satu perusahaan dengan tujuan meningkatkan atau memperluas wilayah target pasar, contohnya ketika suatu perusahaan sudah berhasil meraih target pasar di suatu wilayah maka perusahaan tersebut akan membuat cabang di wilayah lainnya lagi.
akumulasi adalah kegiatan mengumpulkan atau menimbun sebagian modal dengan tujuan menghasilkan pengembalian lebih besar, contohnya pada saat berbelanja terkadang ada penawaran untuk pembelian suatu barang dengan tujuan mengumpulkan reward atau point.
Sedangkan agama dalam KBBI, agama didefinisikan sebagai sistem yang mengatur tata keimanan, kepercayaan, dan peribadatan kepada Tuhan, serta kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan lingkungannya.
Nah bagaimana sih hubungan kapitalisme dan agama?
Kita lihat dewasa ini, agama sudah menjadi suatu hal yang memiliki nilai jual biasa dikenal dengan komodifikasi agama. Meminjam pengertian komodifikasi yang ditulis oleh Radiatul Adwia dalam opininya yang berjudul (Standar kecantikan : komodifikasi perempuan), Komodifikasi adalah proses mengubah sesuatu yang dianggap mempunyai nilai menjadi suatu produk yang dapat dijual. Menurutnya, proses ini merupakan cara kapitalis untuk mencapai tujuan akumulasi modal dengan mengubah nilai guna menjadi nilai tukar. Dari pengertian tersebut dapat kita simpulkan bahwa komodifikasi adalah suatu proses transformasi yang bertujuan untuk memberikan sesuatu nilai jual dan menghasilkan keuntungan yang signifikan.
Nah pertanyaan selanjutnya, bagaimana sih kapitalime menjadikan agama memiliki nilai jual? Dalam penyerapannya kapitalis menggunakan simbol-simbol agama untuk bisa memiliki nilai jual sehingga mereka memiliki profit yang lebih. Berbagai bentuk komodifikasi agama yang mereka lakukan seperti, jubah, jilbab, zakat dan haji di jadikan bisnis untuk mengeruk keuntungan bagi beberapa kelompok.
Kita lihat juga komodifikasi agama yang di lakukan hari ini semakin langgeng melalui konten-konten islami, seperti perayaan hari keagamaan terutama pada masa-masa hari raya (idhul adha dan idhul fitri). Mereka yang dikenal sebagai seorang ustadz atau ustadzah yang nota benenya itu menganjurkan umat untuk bersikap sederhana tetapi mereka dengan bangganya menjadi bintang iklan untuk produk konsumsi di layar tv. Oleh karena itu, hasil dari produk busana muslim yang mereka kenakan menjadi nilai tukar bagi mereka dengan menggunakan simbol “ke-ustadz-an”-nya sebagai simbol kesalehan sosial mereka mampu menarik para calon konsumen untuk membeli busana muslim yang mereka iklankan.
Nah, bagaimana menurut kalian? miris bukan?