Anotasiar.ID
  • Beranda
  • News
  • Liputan Khusus
    • Reportase
    • Investigasi
  • Opini
  • Sastra
    • Feature
    • Esai
    • Cerpen
    • Puisi
  • Resensi
    • Resensi Buku
    • Resensi Film
  • Resume
  • Dokumentasi
  • Info & Agenda
    • Jadwal Acara
    • Pengumuman
No Result
View All Result
  • Login
Anotasiar.ID
  • Beranda
  • News
  • Liputan Khusus
    • Reportase
    • Investigasi
  • Opini
  • Sastra
    • Feature
    • Esai
    • Cerpen
    • Puisi
  • Resensi
    • Resensi Buku
    • Resensi Film
  • Resume
  • Dokumentasi
  • Info & Agenda
    • Jadwal Acara
    • Pengumuman
No Result
View All Result
  • Login
Anotasiar.ID
Opini

Upaya Meretas Kapitalisme: Islam Sebagai Gerakan Pembebasan

Anotasiar
7 April 2021
0
SHARES
53
VIEWS
3 min read
A A

Pada dasarnya, Islam adalah agama pembebasan. Pada saat diturunkan, Islam merupakan gerakan spiritual, moral, ekonomi, sosial, politik. Tentu saja, gerakan tersebut merupakan respon atas tatanan sosial Arab yang pada saat itu sangat tidak manusiawi. Tujuan dasarnya adalah persaudaraan, kesetaraan dan menjunjung tinggi keadilan sosial.

Dalam kapitalisme, relasi sosial yang terbangun bukanlah relasi persaudaraan, melainkan relasi antara siapa yang menguasai apa (pemilik sarana produksi) dan siapa yang dikuasai oleh siapa (yang tidak memiliki sarana produksi). Orientasi utama dari relasi sosial yang dibangun oleh kapitalisme adalah mencapai keuntungan sebanyak mungkin melalui eksploitasi tenaga kerja dalam proses produksinya. Hal ini berbeda dengan relasi sosial yang dibangun di dalam Islam yang menekankan pada kesetaraan dan hanya dibedakan melalui tingkat ketakwaan kepada Allah Swt.

يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَىٰ وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ

Artinya:

Hai Manusia! Kami ciptakan kamu dari laki-laki dan perempuan. Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku, supaya kamu saling mengenal. Sungguh, yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah yang paling takwa. Sesungguhnya Allah maha mengetahui lagi maha mengenal (Q.S Al-Hujurat:13)

Ayat ini secara jelas membantah bahwa kekayaan yang terus diakumulasi oleh kapitalis sebenarnya tidak ada gunanya dihadapan Allah Swt. Sebab, yang membedakan manusia satu dengan manusia lainnya adalah tingkat ketakwaannya. Malahan yang terjadi adalah semakin jauhnya kapitalis dari tingkat ketakwaan, sebab keuntungan yang diraih dan terus diakumulasi didapatkan dengan memeras keringat dan merampas hak orang lain.

Islam sangat menekankan pada keadilan di semua aspek kehidupan (Engineer, 2009:33). Keadilan ini tidak dapat tercipta tanpa membebaskan golongan masyarakat yang lemah dan memberikannya kesempatan untuk hidup. Di dalam kapitalisme, kehidupan ditata sedemikian rupa untuk kepentingan kapitalisme itu sendiri. Kekayaan 359 orang terkaya di dunia setara dengan kekayaan 2,9 miliar orang-orang termiskin di dunia. Dimana terdapat 5 miliar penduduk bumi dan sebanyak 359 orang yang terbilang kaya. Perkiraan kekayaan mereka, setara dengan jumlah kekayaan separuh lebih jumlah penduduk bumi. Data lain menyebutkan, total kekayaan 3 orang terkaya di dunia bila digabungkan sama dengan GDP 48 negara termiskin. Sedangkan permasalahan penduduk dunia dalam ketersediaan kebutuhan dasar (makanan, air, pendidikan, kesehatan), mengatasi kelaparan, kekurangan gizi dan wabah-wabah penyakit, ternyata dibutuhkan adalah 4% dari akumulasi kekayaan dari 255 orang terkaya dunia. Untuk memenuhi kebutuhan dunia, kesehatan dan makanan, keseluruhan dibutuhkan $ 13 miliar. Jumlah ini setara dengan total pengeluaran pembelian parfum di Eropa (Swanvri dkk dalam Pengantar Ekonomi Politik).

Islam pun tidak membenarkan terkonsentrasinya kepemilikan kekayaan pada segelintir orang sebagaimana realitas yang terjadi dalam kehidupan yang berada dalam belenggu kapitalisme.

مَآ اَفَاۤءَ اللّٰهُ عَلٰى رَسُوْلِهٖ مِنْ اَهْلِ الْقُرٰى فَلِلّٰهِ وَلِلرَّسُوْلِ وَلِذِى الْقُرْبٰى وَالْيَتٰمٰى وَالْمَسٰكِيْنِ وَابْنِ السَّبِيْلِۙ كَيْ لَا يَكُوْنَ دُوْلَةً ۢ بَيْنَ الْاَغْنِيَاۤءِ مِنْكُمْۗ وَمَآ اٰتٰىكُمُ الرَّسُوْلُ فَخُذُوْهُ وَمَا نَهٰىكُمْ عَنْهُ فَانْتَهُوْاۚ وَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗاِنَّ اللّٰهَ شَدِيْدُ الْعِقَابِۘ

Artinya:

Harta rampasan (fai’) dari mereka yang diberikan Allah kepada Rasul-Nya (yang berasal) dari penduduk beberapa negeri, adalah untuk Allah, Rasul, kerabat (Rasul), anak-anak yatim, orang-orang miskin dan untuk orang-orang yang dalam perjalanan, agar harta itu jangan hanya beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu. Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah sangat keras hukuman-Nya (Q.S Al-Hasyr:7).

Harta kekayaan yang telah dikumpulkan tersebut tidak ada gunanya dihadapan Allah Swt dan hanya menjadi petaka bagi mereka.

أُو۟لَٰٓئِكَ ٱلَّذِينَ لَيْسَ لَهُمْ فِى ٱلْءَاخِرَةِ إِلَّا ٱلنَّارُ ۖ وَحَبِطَ مَا صَنَعُوا۟ فِيهَا وَبَٰطِلٌ مَّا كَانُوا۟ يَعْمَلُونَ

Artinya:

Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan (Q.S Hud:16).

حَتَّىٰ إِذَا أَخَذْنَا مُتْرَفِيهِمْ بِالْعَذَابِ إِذَا هُمْ يَجْأَرُونَ

Artinya:

Hingga apabila Kami timpakan azab, kepada orang-orang yang hidup mewah di antara mereka, dengan serta merta mereka memekik minta tolong (Q.S Al-Mu’minun:64).

Menurut Bani Sadr, masalah kepemilikan yang tidak diizinkan dalam Islam adalah kepemilikan yang didasarkan atas penindasan (dalam Engineer, 2009:156). Hal ini terjadi dalam kapitalisme. Dalam relasi sosial kapitalisme, orang tidak lagi memiliki kebebasan, bahkan mereka cenderung teralienasi dari lingkungan sekitar. Selanjutnya, Bani Sadr menjelaskan bahwa kepemilikan yang dibolehkan dalam Islam adalah kepemilikan yang didasarkan atas kerja dan kekayaan nasional. Menurutnya, pembebasan manusia dapat dicapai ketika kepemilikan harta itu didasarkan pada kerja dan tidak didasarkan pada penindasan. Kekayaan nasional disini bukan berarti adalah kapitalisme negara, melainkan kekayaan kolektif (kekayaan absolut dengan dasar milik Tuhan), yang harus dibagikan kepada semua masyarakat (Anam, 2008:144). Akumulasi kekayaan di tangan segelintir orang harus ditekan bahkan harus dihindari demi terwujudnya tatanan sosial yang lebih adil, egaliter.

Pemerataan sumber-sumber kehidupan yang didasari kepemilikan bersama disuarakan Nabi Muhammad Saw. Diriwayatkan oleh Ibnu Abbas bahwa Rasulullah bersabda: “Umat Islam berserikat dalam tiga hal, yakni air, makanan ternak, dan api”. Memungut bayaran untuk itu haram hukumnya. “Abu Sa’id mengatakan: “Yang dimaksud dengan air adalah air yang mengalir”. Hadis nabi tersebut merupakan penjelasan dan pengakuan atas hak kepemilikan bersama dalam hal tertentu seperti air, rumput, dan api (Anam, 2008:145). Semuanya adalah kepemilikan bersama dan tidak boleh dikuasai oleh segelintir orang, termasuk negara (Anam, 2008:145).

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa Nabi Muhammad Saw telah berusaha membangun tatanan sosial yang egaliter di mana alat-alat produksi yang mendasar dimiliki bersama dan dimanfaatkan secara kolektif untuk kebutuhan hidup bersama.

*Penulis Merupakan Mahasiswa Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI) UIN Alauddin Makassar Semester VI

Penulis : Nan Dito Slank
Editor   : Tim Anotasiar.ID

Tag: Opini
3 min read
A A

Pada dasarnya, Islam adalah agama pembebasan. Pada saat diturunkan, Islam merupakan gerakan spiritual, moral, ekonomi, sosial, politik. Tentu saja, gerakan tersebut merupakan respon atas tatanan sosial Arab yang pada saat itu sangat tidak manusiawi. Tujuan dasarnya adalah persaudaraan, kesetaraan dan menjunjung tinggi keadilan sosial.

Dalam kapitalisme, relasi sosial yang terbangun bukanlah relasi persaudaraan, melainkan relasi antara siapa yang menguasai apa (pemilik sarana produksi) dan siapa yang dikuasai oleh siapa (yang tidak memiliki sarana produksi). Orientasi utama dari relasi sosial yang dibangun oleh kapitalisme adalah mencapai keuntungan sebanyak mungkin melalui eksploitasi tenaga kerja dalam proses produksinya. Hal ini berbeda dengan relasi sosial yang dibangun di dalam Islam yang menekankan pada kesetaraan dan hanya dibedakan melalui tingkat ketakwaan kepada Allah Swt.

يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَىٰ وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ

Artinya:

Hai Manusia! Kami ciptakan kamu dari laki-laki dan perempuan. Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku, supaya kamu saling mengenal. Sungguh, yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah yang paling takwa. Sesungguhnya Allah maha mengetahui lagi maha mengenal (Q.S Al-Hujurat:13)

Ayat ini secara jelas membantah bahwa kekayaan yang terus diakumulasi oleh kapitalis sebenarnya tidak ada gunanya dihadapan Allah Swt. Sebab, yang membedakan manusia satu dengan manusia lainnya adalah tingkat ketakwaannya. Malahan yang terjadi adalah semakin jauhnya kapitalis dari tingkat ketakwaan, sebab keuntungan yang diraih dan terus diakumulasi didapatkan dengan memeras keringat dan merampas hak orang lain.

Islam sangat menekankan pada keadilan di semua aspek kehidupan (Engineer, 2009:33). Keadilan ini tidak dapat tercipta tanpa membebaskan golongan masyarakat yang lemah dan memberikannya kesempatan untuk hidup. Di dalam kapitalisme, kehidupan ditata sedemikian rupa untuk kepentingan kapitalisme itu sendiri. Kekayaan 359 orang terkaya di dunia setara dengan kekayaan 2,9 miliar orang-orang termiskin di dunia. Dimana terdapat 5 miliar penduduk bumi dan sebanyak 359 orang yang terbilang kaya. Perkiraan kekayaan mereka, setara dengan jumlah kekayaan separuh lebih jumlah penduduk bumi. Data lain menyebutkan, total kekayaan 3 orang terkaya di dunia bila digabungkan sama dengan GDP 48 negara termiskin. Sedangkan permasalahan penduduk dunia dalam ketersediaan kebutuhan dasar (makanan, air, pendidikan, kesehatan), mengatasi kelaparan, kekurangan gizi dan wabah-wabah penyakit, ternyata dibutuhkan adalah 4% dari akumulasi kekayaan dari 255 orang terkaya dunia. Untuk memenuhi kebutuhan dunia, kesehatan dan makanan, keseluruhan dibutuhkan $ 13 miliar. Jumlah ini setara dengan total pengeluaran pembelian parfum di Eropa (Swanvri dkk dalam Pengantar Ekonomi Politik).

Islam pun tidak membenarkan terkonsentrasinya kepemilikan kekayaan pada segelintir orang sebagaimana realitas yang terjadi dalam kehidupan yang berada dalam belenggu kapitalisme.

مَآ اَفَاۤءَ اللّٰهُ عَلٰى رَسُوْلِهٖ مِنْ اَهْلِ الْقُرٰى فَلِلّٰهِ وَلِلرَّسُوْلِ وَلِذِى الْقُرْبٰى وَالْيَتٰمٰى وَالْمَسٰكِيْنِ وَابْنِ السَّبِيْلِۙ كَيْ لَا يَكُوْنَ دُوْلَةً ۢ بَيْنَ الْاَغْنِيَاۤءِ مِنْكُمْۗ وَمَآ اٰتٰىكُمُ الرَّسُوْلُ فَخُذُوْهُ وَمَا نَهٰىكُمْ عَنْهُ فَانْتَهُوْاۚ وَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗاِنَّ اللّٰهَ شَدِيْدُ الْعِقَابِۘ

Artinya:

Harta rampasan (fai’) dari mereka yang diberikan Allah kepada Rasul-Nya (yang berasal) dari penduduk beberapa negeri, adalah untuk Allah, Rasul, kerabat (Rasul), anak-anak yatim, orang-orang miskin dan untuk orang-orang yang dalam perjalanan, agar harta itu jangan hanya beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu. Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah sangat keras hukuman-Nya (Q.S Al-Hasyr:7).

Harta kekayaan yang telah dikumpulkan tersebut tidak ada gunanya dihadapan Allah Swt dan hanya menjadi petaka bagi mereka.

أُو۟لَٰٓئِكَ ٱلَّذِينَ لَيْسَ لَهُمْ فِى ٱلْءَاخِرَةِ إِلَّا ٱلنَّارُ ۖ وَحَبِطَ مَا صَنَعُوا۟ فِيهَا وَبَٰطِلٌ مَّا كَانُوا۟ يَعْمَلُونَ

Artinya:

Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan (Q.S Hud:16).

حَتَّىٰ إِذَا أَخَذْنَا مُتْرَفِيهِمْ بِالْعَذَابِ إِذَا هُمْ يَجْأَرُونَ

Artinya:

Hingga apabila Kami timpakan azab, kepada orang-orang yang hidup mewah di antara mereka, dengan serta merta mereka memekik minta tolong (Q.S Al-Mu’minun:64).

Menurut Bani Sadr, masalah kepemilikan yang tidak diizinkan dalam Islam adalah kepemilikan yang didasarkan atas penindasan (dalam Engineer, 2009:156). Hal ini terjadi dalam kapitalisme. Dalam relasi sosial kapitalisme, orang tidak lagi memiliki kebebasan, bahkan mereka cenderung teralienasi dari lingkungan sekitar. Selanjutnya, Bani Sadr menjelaskan bahwa kepemilikan yang dibolehkan dalam Islam adalah kepemilikan yang didasarkan atas kerja dan kekayaan nasional. Menurutnya, pembebasan manusia dapat dicapai ketika kepemilikan harta itu didasarkan pada kerja dan tidak didasarkan pada penindasan. Kekayaan nasional disini bukan berarti adalah kapitalisme negara, melainkan kekayaan kolektif (kekayaan absolut dengan dasar milik Tuhan), yang harus dibagikan kepada semua masyarakat (Anam, 2008:144). Akumulasi kekayaan di tangan segelintir orang harus ditekan bahkan harus dihindari demi terwujudnya tatanan sosial yang lebih adil, egaliter.

Pemerataan sumber-sumber kehidupan yang didasari kepemilikan bersama disuarakan Nabi Muhammad Saw. Diriwayatkan oleh Ibnu Abbas bahwa Rasulullah bersabda: “Umat Islam berserikat dalam tiga hal, yakni air, makanan ternak, dan api”. Memungut bayaran untuk itu haram hukumnya. “Abu Sa’id mengatakan: “Yang dimaksud dengan air adalah air yang mengalir”. Hadis nabi tersebut merupakan penjelasan dan pengakuan atas hak kepemilikan bersama dalam hal tertentu seperti air, rumput, dan api (Anam, 2008:145). Semuanya adalah kepemilikan bersama dan tidak boleh dikuasai oleh segelintir orang, termasuk negara (Anam, 2008:145).

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa Nabi Muhammad Saw telah berusaha membangun tatanan sosial yang egaliter di mana alat-alat produksi yang mendasar dimiliki bersama dan dimanfaatkan secara kolektif untuk kebutuhan hidup bersama.

*Penulis Merupakan Mahasiswa Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI) UIN Alauddin Makassar Semester VI

Penulis : Nan Dito Slank
Editor   : Tim Anotasiar.ID

Tag: Opini

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

ARTIKEL TERKAIT

Kemahasiswaan

31 Oktober 2025

Kemahasiswaan

31 Oktober 2025

Alternatif Gerakan Sosial Menuju Perubahan

26 Oktober 2025

Dugaan Pungutan Liar Di Ilmu Ekonomi, Mahasiswa Keluhkan Harga

23 Oktober 2025

Liberalisme dan Imperialisme

17 Oktober 2025

Gerak Menuju Runtuhnya Kapitalisme

3 Oktober 2025
Kirim Tulisan Jadilah bagian dan terlibat untuk perubahan dengan ikut berdiskusi dan berbagi gagasan kritis, edukatif dan progresif di anotasiar...» Kirim tulisanmu
Artikel Berikutnya

Miskin karena Kurang Beribadah? Kesalahan Berpikir dan Berbahaya

Suasana Panggung Bebas Ekspresi dan Lapak Baca Mahasiswa FEBI, Rabu (23 Juni 2021).

Dekan FEBI Tidur Saat Ingin Ditemui, Mahasiswa Coba ‘Bangunkan’ dengan Berorasi, Bernyanyi dan Berpuisi

https://maps123.net/en/ID/bundaran-samata-p286581

Sejarah Dibalik Riuhnya Samata

Unit Penerbitan dan Pers Mahasiswa

HMJ Ilmu Ekonomi UIN Alauddin Makassar

  • Tentang Kami
  • Pedoman Media Siber
  • Privacy Policy
  • Kontak Kami
  • Kirim Tulisan

© Anotasiar. All rights reserved

  • Login
  • Beranda
  • News
  • Liputan Khusus
    • Reportase
    • Investigasi
  • Opini
  • Sastra
    • Feature
    • Esai
    • Cerpen
    • Puisi
  • Resensi
    • Resensi Buku
    • Resensi Film
  • Resume
  • Dokumentasi
  • Info & Agenda
    • Jadwal Acara
    • Pengumuman

© Anotasiar. All rights reserved

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist