kapitalisme pendidikan adalah sistem yang mengintegrasikan prinsip-prinsip pasar dan kompetisi ke dalam ranah pendidikan. Dalam kerangka ini, pendidikan sering kali dipandang sebagai komoditas yang dapat diperdagangkan, dengan lembaga-lembaga pendidikan bertransformasi menjadi penyedia jasa yang bersaing untuk menarik “konsumen” (siswa) dan membangun “pangsa pasar” (reputasi dan jumlah pendaftar).
kapitalisme pendidikan juga menghadapi berbagai tantangan dan kritik serius yang perlu dipertimbangkan. Salah satu kritik utama adalah risiko komodifikasi pendidikan, di mana nilai intrinsik pendidikan sebagai hak fundamental tergeser oleh nilai ekonomi. Hal ini dapat memperlebar jurang ketidaksetaraan akses. Pendidikan berkualitas tinggi mungkin hanya terjangkau oleh mereka yang mampu membayar mahal, sementara kelompok masyarakat berpenghasilan rendah kesulitan mendapatkan akses yang sama, meskipun memiliki potensi.
Ketika lembaga pendidikan beroperasi dengan mentalitas pasar, ada kecenderungan untuk memprioritaskan indikator yang dapat diukur secara kuantitatif, seperti nilai ujian atau tingkat kelulusan, daripada pengembangan individu secara holistik. Aspek-aspek seperti karakter, kreativitas, dan keterampilan sosial mungkin terpinggirkan jika dianggap tidak secara langsung berkontribusi pada “daya jual” lulusan.
Untuk tujuan perbandingan dan persaingan, mungkin ada dorongan untuk standarisasi kurikulum dan evaluasi yang berlebihan. Ini berisiko membatasi inovasi pedagogis dan mengurangi kemampuan sekolah untuk menyesuaikan diri dengan kebutuhan unik siswa atau konteks lokal. Dalam sistem di mana pendidikan adalah komoditas mahal, siswa mungkin terpaksa mengambil pinjaman pendidikan yang besar. Hal ini dapat membebani mereka dengan utang yang signifikan setelah lulus, menghambat kemampuan mereka untuk berinvestasi dalam kehidupan atau bahkan mengejar karir yang mungkin tidak membayar tinggi tetapi penting bagi masyarakat.
Pendidikan seharusnya berfungsi sebagai sarana untuk membangun warga negara yang kritis, bertanggung jawab, dan terlibat secara sosial. Ketika pendidikan didominasi oleh logika pasar, nilai-nilai ini mungkin tergerus, digantikan oleh penekanan pada individualisme dan persaingan semata.
Penulis: M Faiz Eka
Editor: M Yusrifar