Anotasiar.ID
  • Beranda
  • News
  • Liputan Khusus
    • Reportase
    • Investigasi
  • Opini
  • Sastra
    • Feature
    • Esai
    • Cerpen
    • Puisi
  • Resensi
    • Resensi Buku
    • Resensi Film
  • Resume
  • Dokumentasi
  • Info & Agenda
    • Jadwal Acara
    • Pengumuman
No Result
View All Result
  • Login
Anotasiar.ID
  • Beranda
  • News
  • Liputan Khusus
    • Reportase
    • Investigasi
  • Opini
  • Sastra
    • Feature
    • Esai
    • Cerpen
    • Puisi
  • Resensi
    • Resensi Buku
    • Resensi Film
  • Resume
  • Dokumentasi
  • Info & Agenda
    • Jadwal Acara
    • Pengumuman
No Result
View All Result
  • Login
Anotasiar.ID
Opini

Darah di Aspal Demokrasi: Kematian Affan dan Hancurnya Simbol Pelindung

Anotasiar
30 Agustus 2025
0
SHARES
7
VIEWS
2 min read
A A

Di bawah langit Jakarta yang mendung, di tengah lautan manusia yang bersuara, Affan Kurniawan meninggal. Ia bukan hanya nama, tapi cerita sedih yang menyakitkan hati. Ia tewas, bukan karena kecelakaan biasa, tapi dilindas oleh mobil baja yang kebal hukum, kendaraan yang seharusnya melindungi justru menindasnya.

Kematiannya bukan sekadar berita. Ini adalah bukti nyata bahwa di balik kekuasaan, ada nyawa rakyat kecil yang dianggap tidak ada harganya. Di bodi mobil barakuda, tak ada lagi simbol pelindung. Yang ada hanyalah besi dingin yang melindas dan tubuh yang hancur, sementara teriakan protes yang dibungkam menjadi nyanyian perlawanan. Lebih dari 400 peserta aksi dikabarkan ditangkap, dipukuli, dan disiksa dalam tahanan. Ini jelas teror dari negara untuk membungkam suara rakyat yang kritis.

Kini, darahnya membasahi tanah di depan gedung DPR. Darah yang menuntut pertanggungjawaban, bukan cuma janji kosong. Di setiap tangisan dan langkah demonstran, Affan hidup kembali. Ia menjadi api di hati setiap buruh, petani, dan mahasiswa yang muak dengan penindasan.

Mari kita bersatu. Mari kita bangkit. Kita tahu, dari satu nyawa yang hilang, seribu perlawanan baru akan muncul. Keadilan untuk Affan Kurniawan bukan hanya slogan, tapi janji yang harus kita tunaikan bersama. Mari kita robohkan kekuasaan yang kejam, mari kita putus lingkaran hukum yang sudah lama menindas. Persatuan ini adalah satu-satunya cara kita melawan penindasan. Mari kita suarakan “Satu terbunuh, seribu menyerbu!” dan “Keadilan untuk Affan Kurniawan!” sebagai simbol perlawanan dan persatuan kita yang menuntut keadilan.

Penulis: Muhammad Radiansyah (Pengurus PC. KPM-PM Cab. Polewali)

Editor: M Yusrifar

2 min read
A A

Di bawah langit Jakarta yang mendung, di tengah lautan manusia yang bersuara, Affan Kurniawan meninggal. Ia bukan hanya nama, tapi cerita sedih yang menyakitkan hati. Ia tewas, bukan karena kecelakaan biasa, tapi dilindas oleh mobil baja yang kebal hukum, kendaraan yang seharusnya melindungi justru menindasnya.

Kematiannya bukan sekadar berita. Ini adalah bukti nyata bahwa di balik kekuasaan, ada nyawa rakyat kecil yang dianggap tidak ada harganya. Di bodi mobil barakuda, tak ada lagi simbol pelindung. Yang ada hanyalah besi dingin yang melindas dan tubuh yang hancur, sementara teriakan protes yang dibungkam menjadi nyanyian perlawanan. Lebih dari 400 peserta aksi dikabarkan ditangkap, dipukuli, dan disiksa dalam tahanan. Ini jelas teror dari negara untuk membungkam suara rakyat yang kritis.

Kini, darahnya membasahi tanah di depan gedung DPR. Darah yang menuntut pertanggungjawaban, bukan cuma janji kosong. Di setiap tangisan dan langkah demonstran, Affan hidup kembali. Ia menjadi api di hati setiap buruh, petani, dan mahasiswa yang muak dengan penindasan.

Mari kita bersatu. Mari kita bangkit. Kita tahu, dari satu nyawa yang hilang, seribu perlawanan baru akan muncul. Keadilan untuk Affan Kurniawan bukan hanya slogan, tapi janji yang harus kita tunaikan bersama. Mari kita robohkan kekuasaan yang kejam, mari kita putus lingkaran hukum yang sudah lama menindas. Persatuan ini adalah satu-satunya cara kita melawan penindasan. Mari kita suarakan “Satu terbunuh, seribu menyerbu!” dan “Keadilan untuk Affan Kurniawan!” sebagai simbol perlawanan dan persatuan kita yang menuntut keadilan.

Penulis: Muhammad Radiansyah (Pengurus PC. KPM-PM Cab. Polewali)

Editor: M Yusrifar

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

ARTIKEL TERKAIT

Kemahasiswaan

31 Oktober 2025

Kemahasiswaan

31 Oktober 2025

Alternatif Gerakan Sosial Menuju Perubahan

26 Oktober 2025

Dugaan Pungutan Liar Di Ilmu Ekonomi, Mahasiswa Keluhkan Harga

23 Oktober 2025

Liberalisme dan Imperialisme

17 Oktober 2025

Gerak Menuju Runtuhnya Kapitalisme

3 Oktober 2025
Kirim Tulisan Jadilah bagian dan terlibat untuk perubahan dengan ikut berdiskusi dan berbagi gagasan kritis, edukatif dan progresif di anotasiar...» Kirim tulisanmu
Artikel Berikutnya

Resume :"Relasi Kapitalisme Dan Eksploitasi Perempuan"

Pembukaan Economy Competition And Mini Project, Bangun Rasa Kebersamaan

Dialog Publik HMJ Ilmu Ekonomi, Membangun Kesadaran Sosial Masyarakat

Unit Penerbitan dan Pers Mahasiswa

HMJ Ilmu Ekonomi UIN Alauddin Makassar

  • Tentang Kami
  • Pedoman Media Siber
  • Privacy Policy
  • Kontak Kami
  • Kirim Tulisan

© Anotasiar. All rights reserved

  • Login
  • Beranda
  • News
  • Liputan Khusus
    • Reportase
    • Investigasi
  • Opini
  • Sastra
    • Feature
    • Esai
    • Cerpen
    • Puisi
  • Resensi
    • Resensi Buku
    • Resensi Film
  • Resume
  • Dokumentasi
  • Info & Agenda
    • Jadwal Acara
    • Pengumuman

© Anotasiar. All rights reserved

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist