\n

Penulis: Rahmawaty<\/p>\n\n\n\n

Editor: M Yusrifar<\/p>\n","post_title":"Tanah yang Masih Bergetar","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"9821","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2025-07-28 08:51:38","post_modified_gmt":"2025-07-28 08:51:38","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/www.anotasiar.com\/ie\/?p=9821","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":8928,"post_author":"2","post_date":"2024-03-24 05:15:08","post_date_gmt":"2024-03-24 05:15:08","post_content":"

Sajak: Ko Bukan Monyet<\/strong><\/p>\r\nMereka menyebut ko monyet\r\nMungkin dari perawakan ko yang mereka anggap seperti monyet\r\nTapi ko bukanlah monyet\r\nHanya seperti monyet\r\nMonyet yang ingin hidup damai di habitat\r\n\r\nMereka memanggil ko monyet\r\nMungkin dari perawakan ko yang mereka lihat seperti monyet\r\nTapi ko bukanlah monyet\r\nHanya seperti monyet\r\nMonyet yang akan memberontak ketika terganggu di habitat\r\nDan tak akan mengganggu ketika tak terganggu di habitat\r\n\r\nMereka menganggap ko monyet\r\nMungkin karena hitam ko punya kulit\r\nTapi ko bukanlah monyet\r\nHanya seperti monyet\r\nYang ingin dijadikan monyet oleh si monyet\r\nSi monyet yang ingin membabat habis ko punya habitat\r\n\r\nKo yang mereka sebut monyet butuh makan\r\nMereka yang monyet juga butuh makan\r\nSial bagi ko, si monyet terus memaksa ko untuk menjadi monyet\r\n\r\nSegala cara akan si monyet lakukan\r\nMembodohi, menyiksa bahkan membunuhmu\r\nMenjarah habitatmu adalah harga mati bagi si monyet\r\n\r\nWalau kau tahu si monyet memang serakah\r\nSelalu ingin menjarah kau punya rumah\r\nTetaplah berdendang dengan menggunakan tifa\r\nHingga kau merdeka\r\nMerdeka dari monyet yang ingin memonyetkanmu\r\n\r\nPenulis: DitootiD<\/strong>","post_title":"Sajak: Ko Bukan Monyet","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"sajak-ko-bukan-monyet","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-03-24 05:15:08","post_modified_gmt":"2024-03-24 05:15:08","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/www.anotasiar.com\/ie\/?p=8928","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":8659,"post_author":"2","post_date":"2023-11-27 11:18:56","post_date_gmt":"2023-11-27 11:18:56","post_content":"Sajak Rindu Untuk Mu\r\n\r\nOleh : Ridha Muhammad\r\n\r\n \r\n\r\nDalam irama kata yang kususun dengan indah,\r\nBibir yang berkata, kisah membebaskan diri dalam bisikan sunyi.\r\nRasa yang merajut, melukis diriku dalam kesunyian yang mendalam,\r\nRindu yang mengalun, sebagaimana sungai yang mengalir.\r\n\r\nSemua itu karena kamu,\r\nKarena kamu yang kurindu,\r\nKarena kamu yang kucinta,\r\nKarena kamu, rasa itu ada.\r\n\r\nKamu tahu,\r\nAku gila tanpa sadar,\r\nAku luka tanpa penawar,\r\nAku derita tanpa bahagia,\r\nAku gelap tanpa cahaya.\r\n\r\nHarus kukatakan,\r\nSenja adalah gambaran dirimu,\r\nTak tersentuh oleh genggaman jemariku,\r\nTak bisa teraih oleh jutaan rindu.\r\n\r\nTerkadang,\r\nAku ingin menjadi bulan purnama,\r\n\r\nMembias cahaya indahmu,\r\nBersinar bak rembulan yang terang benderang.\r\n\r\nMeski sunyi terasa, tetap kukisahkan kerinduanku,\r\nDalam serpihan kisah yang tak kunjung padam,\r\nNamamu terus mengalun, bersama detak jantung yang berdentum.\r\nDengan bayanganmu, namamu abadi dalam kalbu.","post_title":"Sajak Rindu Untuk Mu","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"sajak-rindu-untuk-mu","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2023-11-27 11:18:56","post_modified_gmt":"2023-11-27 11:18:56","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/www.anotasiar.com\/ie\/?p=8659","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":8653,"post_author":"2","post_date":"2023-11-26 07:33:43","post_date_gmt":"2023-11-26 07:33:43","post_content":"Sang Kekasih\r\n\r\nGemerlap senja akan hilang\r\nKunikmati setiap detik yang tersisa\r\nAku sadar bertemu denganmu sangat berarti\r\nDenganmu aku mengenal cinta dengan bahagia\r\n\r\nSaat rembulan mulai bersinar\r\nBeberapa bintang ikut menyinari\r\nSaat diriku sedang tertidur\r\nBayang dirimu senantiasa kesana kemari\r\n\r\nAngin malam yang bertiup\r\nMenggelitik setiap kulit yang ia sentuh\r\nUcapan kasih sayang padamu selalu terselip\r\nTerus bersama hingga nanti sang kekasih\r\n\r\n \r\n\r\nPenulis: Hulwana","post_title":"Sang Kekasih","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"sang-kekasih","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2023-11-26 07:33:53","post_modified_gmt":"2023-11-26 07:33:53","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/www.anotasiar.com\/ie\/?p=8653","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":8535,"post_author":"2","post_date":"2023-08-13 11:20:31","post_date_gmt":"2023-08-13 11:20:31","post_content":"Angin sore tiba-tiba berembus pelan, bertamasya memberi isyarat agar segera berhenti mengejar gendola.Tiba disore itu, mataku gelagapan mencari terang, meraba kenyataan, perihal percakapan yang terdengar sepintas, bahwa isi puisiku telah jatuh ke dekapan orang lain.\r\n\r\nSangat menyebalkan, saat tawa mulai mekar tiba-tiba kembali diterjang oleh kecewa yang serupa.seolah semesta kembali mengajarkan cara memeluk diri sendiri, tanpa pernah membiarkan sejenak berteduh dibawah rindang cinta yang menyegarkan.\r\n\r\nKetidak beranianku mengikatmu memberi ruang bagi orang asing mendekatimu. Pantas saja jika orang asing, sudah lebih dahulu menyodorkan cinta yang segara kau terima dengan hangat.\r\n\r\nSebab, keberaniannya jauh melampaui cakrawala. Sebab, tanpa menunggu aba-aba segera membawa sebongkah bunga mawar bersisakan duri di peruntukkan bagiku.\r\n\r\nTidak seperti aku yang bebal, terlalu banyak neko-neko bak filsuf menyusun algoritma sebelum memulai laga arena diatas hamparan lautan cinta.\r\n\r\nTapi, tak mengapa. Kataku \"Selamat\" meski dalam keadaan terpaksa.\r\n\r\n \r\n\r\nPenulis: Ahmad Syarif\r\n\r\n ","post_title":"Selamat","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"selamat","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2023-08-13 11:22:48","post_modified_gmt":"2023-08-13 11:22:48","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/www.anotasiar.com\/ie\/?p=8535","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":8510,"post_author":"2","post_date":"2023-08-01 07:36:24","post_date_gmt":"2023-08-01 07:36:24","post_content":"Perihal kamu, rupa pria yang tertata\r\nTata rias matamu, tata rias rambutmu, tata rias wajahmu, semuanya tentang kau dan senja dikala sore, ini tentang anggapan\r\nTak tahu lagi harus bagaimana melukis harapan\r\nRindu ini tak kunjung padam, ku harus bagaimana\r\nMerindumu menjadi rutinitas malamku, hatiku kian merana\r\nAkankah ada cara menuntaskan segala rupa mengesalkan ini?\r\nBagaimana mungkin tak merindukan sosokmu\r\nsosok pria yang sudah tak mampu aku menikmati parasnya, yang tak mampu lagi aku menemani malamnya, yang tak mampu lagi aku menggengam tangannya,\r\nyang hanya kerap mengulik kenangannya\r\nBagaimana jika yang mampu aku lakukan hanyalah sebatas meramu doa, agar sampai kepada sang pemilik kerinduan dihati ini\r\nBagaimana kau disana?\r\nBagaimana dengan hari-harimu?\r\nApa gerangan yang kau lakukan, ketika tanggal lima menyilih tanggal enam?\r\nbagaimana kabarmu bersama heningnya malam?\r\nRindukah kau padaku?\r\nPada kami?\r\nPada orang-orang yang senantiasa menyanyangimu?\r\nAku gila, piluh, kesedihan ku beragam, terkutuk oleh kesedihan, rindu tak pernah teralih\r\nAku takut kesedihan, bersamamu mengadu kasih\r\nAku merindukanmu, menunggu kabarmu\r\nBagaimana dengan hari-harimu?\r\nBukankah di hari itu kau mengaku cinta padaku?\r\nBerhari-hari cerita romantis kita habis di perbincangkan di gedung sana\r\nLihatlah sekarang aku merana\r\nTak ada kesempatan untuk berdua lagi menatap keindahan kota yang kaku\r\nSungguh rindu ini sulit lepas di benakku\r\nJika bukan semerbak bunga yang kau tinggalkan, ruang rindu abadi dihatiku mungkin tak hanya berotasi padamu saja.\r\n\r\n \r\n\r\nPenulis: Annisa Azzahra","post_title":"Tentang Jarak: Melampiaskan Rindu Melalui Tulisan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"tentang-jarak-melampiaskan-rindu-melalui-tulisan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2023-08-01 07:43:32","post_modified_gmt":"2023-08-01 07:43:32","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/www.anotasiar.com\/ie\/?p=8510","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":8496,"post_author":"2","post_date":"2023-07-30 03:54:03","post_date_gmt":"2023-07-30 03:54:03","post_content":"Malam yang terasa dingin dan sunyi ini, ku hadirkan dengan sebuah ilusi dan mimpi\r\n\r\nBerjalan-jalan dan menikmati di dalam mimpi yang begitu sangat indah\r\n\r\nDi sana, kita bersama, mesra, pada akhirnya berbahagia\r\n\r\nNamun, hanya dalam kenyataan mimpiku tak mampu menggapainya\r\n\r\n \r\n\r\nKita berlari melintasi taman yang begitu indah\r\n\r\nMelihat bunga yang mekar menjadi metafora bahwa kita akan tumbuh dan berkembang sepanjang hidup\r\n\r\nSenyummu memancar seperti matahari di pagi hari\r\n\r\nNamun, itu hanyalah sebuah ilusi yang tak dapat terwujud\r\n\r\n \r\n\r\nKita mendengarkan instrumen musik begitu sedap di telinga\r\n\r\nCobalah lagu pendengar setiamu, hal selalu membawa tenang ketika berduduk sendiri di telaga\r\n\r\nKita bernyanyi bersama di bawah gemerlap rembulan yang menerangi seluruh alam semesta\r\n\r\nNamun, itu hanyalah sebuah imaji yang tak dapat tercipta\r\n\r\n \r\n\r\nKebersamaan kita, dalam dunia khayal ini nyata ada nya\r\n\r\nNamun pada saat aku membuka mata, tak ada yang menjadi kenyataan\r\n\r\nKita hanya bertemu di mimpi-mimpi telanjangku pada saat aku menutup mataku untuk memperistirahatkan tubuhku sejenak\r\n\r\nDan kembali hidup dalam kehampaan dan kerinduan di manapun aku berpijak\r\n\r\n \r\n\r\nKita menjalani sebuah kisah, perjalanan yang begitu meninggalkan kesan yang sangat mendalam\r\n\r\nEntah di tuangkan ke dalam bentuk apapun pasti tidak akan menyerupai sebuah mimpi dan ilusi yang terpendam\r\n\r\n \r\n\r\nNamun sayang seribu harapan\r\n\r\nDiri ku hanya mampu beragan-angan\r\n\r\nMenapaki sepanjang pelataran sekretariat ini\r\n\r\nMewujudkan salah satu mimpi agar kau menghampiriku disini\r\n\r\nAkankah ada ruang untuk kita bertemu\r\n\r\nAkankah ada waktu untuk kita bercumbu dan merayu\r\n\r\nSemoga esok kita berjumpa kembali bersamamu\r\n\r\nJalanan menjadi saksi semua mimpiku\r\n\r\nSuaraku menggelegar di sepanjang kota\r\n\r\nMarahku ingin disaksikan olehmu\r\n\r\nBerteriak mencaci kebijakan pemerintahmu\r\n\r\nIni bunga untukmu kupersembahkan sukaku padamu\r\n\r\n \r\n\r\nKita berlari mengejar impian\r\n\r\nMenggapai sejengkal kehidupan\r\n\r\nBersamamu aku tenang dalam kesepian\r\n\r\nAku mencintai kebersamaan, itulah mengapa aku menaruh harapan.\r\n\r\n \r\n\r\nPenulis: Syarif Hidayatullah","post_title":"Melintasi mimpi malam: Kemari memberontak bersama","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"melintasi-mimpi-malam-kemari-memberontak-bersama","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2023-07-30 04:25:28","post_modified_gmt":"2023-07-30 04:25:28","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/www.anotasiar.com\/ie\/?p=8496","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":false,"total_page":1},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"jnews_block_3"};

Page 1 of 2 1 2
\n

tak apa, kita tidak sedang baik-baik saja
tapi kita juga belum menyerah
karena tanah ini,
meski bergetar,
masih bisa ditanam doa
dan doa yang tumbuh, tak akan sia-sia<\/p>\n\n\n\n

Penulis: Rahmawaty<\/p>\n\n\n\n

Editor: M Yusrifar<\/p>\n","post_title":"Tanah yang Masih Bergetar","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"9821","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2025-07-28 08:51:38","post_modified_gmt":"2025-07-28 08:51:38","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/www.anotasiar.com\/ie\/?p=9821","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":8928,"post_author":"2","post_date":"2024-03-24 05:15:08","post_date_gmt":"2024-03-24 05:15:08","post_content":"

Sajak: Ko Bukan Monyet<\/strong><\/p>\r\nMereka menyebut ko monyet\r\nMungkin dari perawakan ko yang mereka anggap seperti monyet\r\nTapi ko bukanlah monyet\r\nHanya seperti monyet\r\nMonyet yang ingin hidup damai di habitat\r\n\r\nMereka memanggil ko monyet\r\nMungkin dari perawakan ko yang mereka lihat seperti monyet\r\nTapi ko bukanlah monyet\r\nHanya seperti monyet\r\nMonyet yang akan memberontak ketika terganggu di habitat\r\nDan tak akan mengganggu ketika tak terganggu di habitat\r\n\r\nMereka menganggap ko monyet\r\nMungkin karena hitam ko punya kulit\r\nTapi ko bukanlah monyet\r\nHanya seperti monyet\r\nYang ingin dijadikan monyet oleh si monyet\r\nSi monyet yang ingin membabat habis ko punya habitat\r\n\r\nKo yang mereka sebut monyet butuh makan\r\nMereka yang monyet juga butuh makan\r\nSial bagi ko, si monyet terus memaksa ko untuk menjadi monyet\r\n\r\nSegala cara akan si monyet lakukan\r\nMembodohi, menyiksa bahkan membunuhmu\r\nMenjarah habitatmu adalah harga mati bagi si monyet\r\n\r\nWalau kau tahu si monyet memang serakah\r\nSelalu ingin menjarah kau punya rumah\r\nTetaplah berdendang dengan menggunakan tifa\r\nHingga kau merdeka\r\nMerdeka dari monyet yang ingin memonyetkanmu\r\n\r\nPenulis: DitootiD<\/strong>","post_title":"Sajak: Ko Bukan Monyet","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"sajak-ko-bukan-monyet","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-03-24 05:15:08","post_modified_gmt":"2024-03-24 05:15:08","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/www.anotasiar.com\/ie\/?p=8928","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":8659,"post_author":"2","post_date":"2023-11-27 11:18:56","post_date_gmt":"2023-11-27 11:18:56","post_content":"Sajak Rindu Untuk Mu\r\n\r\nOleh : Ridha Muhammad\r\n\r\n \r\n\r\nDalam irama kata yang kususun dengan indah,\r\nBibir yang berkata, kisah membebaskan diri dalam bisikan sunyi.\r\nRasa yang merajut, melukis diriku dalam kesunyian yang mendalam,\r\nRindu yang mengalun, sebagaimana sungai yang mengalir.\r\n\r\nSemua itu karena kamu,\r\nKarena kamu yang kurindu,\r\nKarena kamu yang kucinta,\r\nKarena kamu, rasa itu ada.\r\n\r\nKamu tahu,\r\nAku gila tanpa sadar,\r\nAku luka tanpa penawar,\r\nAku derita tanpa bahagia,\r\nAku gelap tanpa cahaya.\r\n\r\nHarus kukatakan,\r\nSenja adalah gambaran dirimu,\r\nTak tersentuh oleh genggaman jemariku,\r\nTak bisa teraih oleh jutaan rindu.\r\n\r\nTerkadang,\r\nAku ingin menjadi bulan purnama,\r\n\r\nMembias cahaya indahmu,\r\nBersinar bak rembulan yang terang benderang.\r\n\r\nMeski sunyi terasa, tetap kukisahkan kerinduanku,\r\nDalam serpihan kisah yang tak kunjung padam,\r\nNamamu terus mengalun, bersama detak jantung yang berdentum.\r\nDengan bayanganmu, namamu abadi dalam kalbu.","post_title":"Sajak Rindu Untuk Mu","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"sajak-rindu-untuk-mu","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2023-11-27 11:18:56","post_modified_gmt":"2023-11-27 11:18:56","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/www.anotasiar.com\/ie\/?p=8659","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":8653,"post_author":"2","post_date":"2023-11-26 07:33:43","post_date_gmt":"2023-11-26 07:33:43","post_content":"Sang Kekasih\r\n\r\nGemerlap senja akan hilang\r\nKunikmati setiap detik yang tersisa\r\nAku sadar bertemu denganmu sangat berarti\r\nDenganmu aku mengenal cinta dengan bahagia\r\n\r\nSaat rembulan mulai bersinar\r\nBeberapa bintang ikut menyinari\r\nSaat diriku sedang tertidur\r\nBayang dirimu senantiasa kesana kemari\r\n\r\nAngin malam yang bertiup\r\nMenggelitik setiap kulit yang ia sentuh\r\nUcapan kasih sayang padamu selalu terselip\r\nTerus bersama hingga nanti sang kekasih\r\n\r\n \r\n\r\nPenulis: Hulwana","post_title":"Sang Kekasih","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"sang-kekasih","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2023-11-26 07:33:53","post_modified_gmt":"2023-11-26 07:33:53","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/www.anotasiar.com\/ie\/?p=8653","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":8535,"post_author":"2","post_date":"2023-08-13 11:20:31","post_date_gmt":"2023-08-13 11:20:31","post_content":"Angin sore tiba-tiba berembus pelan, bertamasya memberi isyarat agar segera berhenti mengejar gendola.Tiba disore itu, mataku gelagapan mencari terang, meraba kenyataan, perihal percakapan yang terdengar sepintas, bahwa isi puisiku telah jatuh ke dekapan orang lain.\r\n\r\nSangat menyebalkan, saat tawa mulai mekar tiba-tiba kembali diterjang oleh kecewa yang serupa.seolah semesta kembali mengajarkan cara memeluk diri sendiri, tanpa pernah membiarkan sejenak berteduh dibawah rindang cinta yang menyegarkan.\r\n\r\nKetidak beranianku mengikatmu memberi ruang bagi orang asing mendekatimu. Pantas saja jika orang asing, sudah lebih dahulu menyodorkan cinta yang segara kau terima dengan hangat.\r\n\r\nSebab, keberaniannya jauh melampaui cakrawala. Sebab, tanpa menunggu aba-aba segera membawa sebongkah bunga mawar bersisakan duri di peruntukkan bagiku.\r\n\r\nTidak seperti aku yang bebal, terlalu banyak neko-neko bak filsuf menyusun algoritma sebelum memulai laga arena diatas hamparan lautan cinta.\r\n\r\nTapi, tak mengapa. Kataku \"Selamat\" meski dalam keadaan terpaksa.\r\n\r\n \r\n\r\nPenulis: Ahmad Syarif\r\n\r\n ","post_title":"Selamat","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"selamat","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2023-08-13 11:22:48","post_modified_gmt":"2023-08-13 11:22:48","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/www.anotasiar.com\/ie\/?p=8535","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":8510,"post_author":"2","post_date":"2023-08-01 07:36:24","post_date_gmt":"2023-08-01 07:36:24","post_content":"Perihal kamu, rupa pria yang tertata\r\nTata rias matamu, tata rias rambutmu, tata rias wajahmu, semuanya tentang kau dan senja dikala sore, ini tentang anggapan\r\nTak tahu lagi harus bagaimana melukis harapan\r\nRindu ini tak kunjung padam, ku harus bagaimana\r\nMerindumu menjadi rutinitas malamku, hatiku kian merana\r\nAkankah ada cara menuntaskan segala rupa mengesalkan ini?\r\nBagaimana mungkin tak merindukan sosokmu\r\nsosok pria yang sudah tak mampu aku menikmati parasnya, yang tak mampu lagi aku menemani malamnya, yang tak mampu lagi aku menggengam tangannya,\r\nyang hanya kerap mengulik kenangannya\r\nBagaimana jika yang mampu aku lakukan hanyalah sebatas meramu doa, agar sampai kepada sang pemilik kerinduan dihati ini\r\nBagaimana kau disana?\r\nBagaimana dengan hari-harimu?\r\nApa gerangan yang kau lakukan, ketika tanggal lima menyilih tanggal enam?\r\nbagaimana kabarmu bersama heningnya malam?\r\nRindukah kau padaku?\r\nPada kami?\r\nPada orang-orang yang senantiasa menyanyangimu?\r\nAku gila, piluh, kesedihan ku beragam, terkutuk oleh kesedihan, rindu tak pernah teralih\r\nAku takut kesedihan, bersamamu mengadu kasih\r\nAku merindukanmu, menunggu kabarmu\r\nBagaimana dengan hari-harimu?\r\nBukankah di hari itu kau mengaku cinta padaku?\r\nBerhari-hari cerita romantis kita habis di perbincangkan di gedung sana\r\nLihatlah sekarang aku merana\r\nTak ada kesempatan untuk berdua lagi menatap keindahan kota yang kaku\r\nSungguh rindu ini sulit lepas di benakku\r\nJika bukan semerbak bunga yang kau tinggalkan, ruang rindu abadi dihatiku mungkin tak hanya berotasi padamu saja.\r\n\r\n \r\n\r\nPenulis: Annisa Azzahra","post_title":"Tentang Jarak: Melampiaskan Rindu Melalui Tulisan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"tentang-jarak-melampiaskan-rindu-melalui-tulisan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2023-08-01 07:43:32","post_modified_gmt":"2023-08-01 07:43:32","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/www.anotasiar.com\/ie\/?p=8510","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":8496,"post_author":"2","post_date":"2023-07-30 03:54:03","post_date_gmt":"2023-07-30 03:54:03","post_content":"Malam yang terasa dingin dan sunyi ini, ku hadirkan dengan sebuah ilusi dan mimpi\r\n\r\nBerjalan-jalan dan menikmati di dalam mimpi yang begitu sangat indah\r\n\r\nDi sana, kita bersama, mesra, pada akhirnya berbahagia\r\n\r\nNamun, hanya dalam kenyataan mimpiku tak mampu menggapainya\r\n\r\n \r\n\r\nKita berlari melintasi taman yang begitu indah\r\n\r\nMelihat bunga yang mekar menjadi metafora bahwa kita akan tumbuh dan berkembang sepanjang hidup\r\n\r\nSenyummu memancar seperti matahari di pagi hari\r\n\r\nNamun, itu hanyalah sebuah ilusi yang tak dapat terwujud\r\n\r\n \r\n\r\nKita mendengarkan instrumen musik begitu sedap di telinga\r\n\r\nCobalah lagu pendengar setiamu, hal selalu membawa tenang ketika berduduk sendiri di telaga\r\n\r\nKita bernyanyi bersama di bawah gemerlap rembulan yang menerangi seluruh alam semesta\r\n\r\nNamun, itu hanyalah sebuah imaji yang tak dapat tercipta\r\n\r\n \r\n\r\nKebersamaan kita, dalam dunia khayal ini nyata ada nya\r\n\r\nNamun pada saat aku membuka mata, tak ada yang menjadi kenyataan\r\n\r\nKita hanya bertemu di mimpi-mimpi telanjangku pada saat aku menutup mataku untuk memperistirahatkan tubuhku sejenak\r\n\r\nDan kembali hidup dalam kehampaan dan kerinduan di manapun aku berpijak\r\n\r\n \r\n\r\nKita menjalani sebuah kisah, perjalanan yang begitu meninggalkan kesan yang sangat mendalam\r\n\r\nEntah di tuangkan ke dalam bentuk apapun pasti tidak akan menyerupai sebuah mimpi dan ilusi yang terpendam\r\n\r\n \r\n\r\nNamun sayang seribu harapan\r\n\r\nDiri ku hanya mampu beragan-angan\r\n\r\nMenapaki sepanjang pelataran sekretariat ini\r\n\r\nMewujudkan salah satu mimpi agar kau menghampiriku disini\r\n\r\nAkankah ada ruang untuk kita bertemu\r\n\r\nAkankah ada waktu untuk kita bercumbu dan merayu\r\n\r\nSemoga esok kita berjumpa kembali bersamamu\r\n\r\nJalanan menjadi saksi semua mimpiku\r\n\r\nSuaraku menggelegar di sepanjang kota\r\n\r\nMarahku ingin disaksikan olehmu\r\n\r\nBerteriak mencaci kebijakan pemerintahmu\r\n\r\nIni bunga untukmu kupersembahkan sukaku padamu\r\n\r\n \r\n\r\nKita berlari mengejar impian\r\n\r\nMenggapai sejengkal kehidupan\r\n\r\nBersamamu aku tenang dalam kesepian\r\n\r\nAku mencintai kebersamaan, itulah mengapa aku menaruh harapan.\r\n\r\n \r\n\r\nPenulis: Syarif Hidayatullah","post_title":"Melintasi mimpi malam: Kemari memberontak bersama","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"melintasi-mimpi-malam-kemari-memberontak-bersama","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2023-07-30 04:25:28","post_modified_gmt":"2023-07-30 04:25:28","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/www.anotasiar.com\/ie\/?p=8496","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":false,"total_page":1},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"jnews_block_3"};

Page 1 of 2 1 2
\n

negara ini belum kalah
tapi lelah,
seperti ibu yang tetap masak meski dapur sudah dingin
seperti ayah yang tetap tersenyum
meski gaji tak cukup untuk mimpi<\/p>\n\n\n\n

tak apa, kita tidak sedang baik-baik saja
tapi kita juga belum menyerah
karena tanah ini,
meski bergetar,
masih bisa ditanam doa
dan doa yang tumbuh, tak akan sia-sia<\/p>\n\n\n\n

Penulis: Rahmawaty<\/p>\n\n\n\n

Editor: M Yusrifar<\/p>\n","post_title":"Tanah yang Masih Bergetar","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"9821","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2025-07-28 08:51:38","post_modified_gmt":"2025-07-28 08:51:38","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/www.anotasiar.com\/ie\/?p=9821","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":8928,"post_author":"2","post_date":"2024-03-24 05:15:08","post_date_gmt":"2024-03-24 05:15:08","post_content":"

Sajak: Ko Bukan Monyet<\/strong><\/p>\r\nMereka menyebut ko monyet\r\nMungkin dari perawakan ko yang mereka anggap seperti monyet\r\nTapi ko bukanlah monyet\r\nHanya seperti monyet\r\nMonyet yang ingin hidup damai di habitat\r\n\r\nMereka memanggil ko monyet\r\nMungkin dari perawakan ko yang mereka lihat seperti monyet\r\nTapi ko bukanlah monyet\r\nHanya seperti monyet\r\nMonyet yang akan memberontak ketika terganggu di habitat\r\nDan tak akan mengganggu ketika tak terganggu di habitat\r\n\r\nMereka menganggap ko monyet\r\nMungkin karena hitam ko punya kulit\r\nTapi ko bukanlah monyet\r\nHanya seperti monyet\r\nYang ingin dijadikan monyet oleh si monyet\r\nSi monyet yang ingin membabat habis ko punya habitat\r\n\r\nKo yang mereka sebut monyet butuh makan\r\nMereka yang monyet juga butuh makan\r\nSial bagi ko, si monyet terus memaksa ko untuk menjadi monyet\r\n\r\nSegala cara akan si monyet lakukan\r\nMembodohi, menyiksa bahkan membunuhmu\r\nMenjarah habitatmu adalah harga mati bagi si monyet\r\n\r\nWalau kau tahu si monyet memang serakah\r\nSelalu ingin menjarah kau punya rumah\r\nTetaplah berdendang dengan menggunakan tifa\r\nHingga kau merdeka\r\nMerdeka dari monyet yang ingin memonyetkanmu\r\n\r\nPenulis: DitootiD<\/strong>","post_title":"Sajak: Ko Bukan Monyet","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"sajak-ko-bukan-monyet","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-03-24 05:15:08","post_modified_gmt":"2024-03-24 05:15:08","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/www.anotasiar.com\/ie\/?p=8928","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":8659,"post_author":"2","post_date":"2023-11-27 11:18:56","post_date_gmt":"2023-11-27 11:18:56","post_content":"Sajak Rindu Untuk Mu\r\n\r\nOleh : Ridha Muhammad\r\n\r\n \r\n\r\nDalam irama kata yang kususun dengan indah,\r\nBibir yang berkata, kisah membebaskan diri dalam bisikan sunyi.\r\nRasa yang merajut, melukis diriku dalam kesunyian yang mendalam,\r\nRindu yang mengalun, sebagaimana sungai yang mengalir.\r\n\r\nSemua itu karena kamu,\r\nKarena kamu yang kurindu,\r\nKarena kamu yang kucinta,\r\nKarena kamu, rasa itu ada.\r\n\r\nKamu tahu,\r\nAku gila tanpa sadar,\r\nAku luka tanpa penawar,\r\nAku derita tanpa bahagia,\r\nAku gelap tanpa cahaya.\r\n\r\nHarus kukatakan,\r\nSenja adalah gambaran dirimu,\r\nTak tersentuh oleh genggaman jemariku,\r\nTak bisa teraih oleh jutaan rindu.\r\n\r\nTerkadang,\r\nAku ingin menjadi bulan purnama,\r\n\r\nMembias cahaya indahmu,\r\nBersinar bak rembulan yang terang benderang.\r\n\r\nMeski sunyi terasa, tetap kukisahkan kerinduanku,\r\nDalam serpihan kisah yang tak kunjung padam,\r\nNamamu terus mengalun, bersama detak jantung yang berdentum.\r\nDengan bayanganmu, namamu abadi dalam kalbu.","post_title":"Sajak Rindu Untuk Mu","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"sajak-rindu-untuk-mu","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2023-11-27 11:18:56","post_modified_gmt":"2023-11-27 11:18:56","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/www.anotasiar.com\/ie\/?p=8659","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":8653,"post_author":"2","post_date":"2023-11-26 07:33:43","post_date_gmt":"2023-11-26 07:33:43","post_content":"Sang Kekasih\r\n\r\nGemerlap senja akan hilang\r\nKunikmati setiap detik yang tersisa\r\nAku sadar bertemu denganmu sangat berarti\r\nDenganmu aku mengenal cinta dengan bahagia\r\n\r\nSaat rembulan mulai bersinar\r\nBeberapa bintang ikut menyinari\r\nSaat diriku sedang tertidur\r\nBayang dirimu senantiasa kesana kemari\r\n\r\nAngin malam yang bertiup\r\nMenggelitik setiap kulit yang ia sentuh\r\nUcapan kasih sayang padamu selalu terselip\r\nTerus bersama hingga nanti sang kekasih\r\n\r\n \r\n\r\nPenulis: Hulwana","post_title":"Sang Kekasih","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"sang-kekasih","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2023-11-26 07:33:53","post_modified_gmt":"2023-11-26 07:33:53","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/www.anotasiar.com\/ie\/?p=8653","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":8535,"post_author":"2","post_date":"2023-08-13 11:20:31","post_date_gmt":"2023-08-13 11:20:31","post_content":"Angin sore tiba-tiba berembus pelan, bertamasya memberi isyarat agar segera berhenti mengejar gendola.Tiba disore itu, mataku gelagapan mencari terang, meraba kenyataan, perihal percakapan yang terdengar sepintas, bahwa isi puisiku telah jatuh ke dekapan orang lain.\r\n\r\nSangat menyebalkan, saat tawa mulai mekar tiba-tiba kembali diterjang oleh kecewa yang serupa.seolah semesta kembali mengajarkan cara memeluk diri sendiri, tanpa pernah membiarkan sejenak berteduh dibawah rindang cinta yang menyegarkan.\r\n\r\nKetidak beranianku mengikatmu memberi ruang bagi orang asing mendekatimu. Pantas saja jika orang asing, sudah lebih dahulu menyodorkan cinta yang segara kau terima dengan hangat.\r\n\r\nSebab, keberaniannya jauh melampaui cakrawala. Sebab, tanpa menunggu aba-aba segera membawa sebongkah bunga mawar bersisakan duri di peruntukkan bagiku.\r\n\r\nTidak seperti aku yang bebal, terlalu banyak neko-neko bak filsuf menyusun algoritma sebelum memulai laga arena diatas hamparan lautan cinta.\r\n\r\nTapi, tak mengapa. Kataku \"Selamat\" meski dalam keadaan terpaksa.\r\n\r\n \r\n\r\nPenulis: Ahmad Syarif\r\n\r\n ","post_title":"Selamat","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"selamat","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2023-08-13 11:22:48","post_modified_gmt":"2023-08-13 11:22:48","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/www.anotasiar.com\/ie\/?p=8535","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":8510,"post_author":"2","post_date":"2023-08-01 07:36:24","post_date_gmt":"2023-08-01 07:36:24","post_content":"Perihal kamu, rupa pria yang tertata\r\nTata rias matamu, tata rias rambutmu, tata rias wajahmu, semuanya tentang kau dan senja dikala sore, ini tentang anggapan\r\nTak tahu lagi harus bagaimana melukis harapan\r\nRindu ini tak kunjung padam, ku harus bagaimana\r\nMerindumu menjadi rutinitas malamku, hatiku kian merana\r\nAkankah ada cara menuntaskan segala rupa mengesalkan ini?\r\nBagaimana mungkin tak merindukan sosokmu\r\nsosok pria yang sudah tak mampu aku menikmati parasnya, yang tak mampu lagi aku menemani malamnya, yang tak mampu lagi aku menggengam tangannya,\r\nyang hanya kerap mengulik kenangannya\r\nBagaimana jika yang mampu aku lakukan hanyalah sebatas meramu doa, agar sampai kepada sang pemilik kerinduan dihati ini\r\nBagaimana kau disana?\r\nBagaimana dengan hari-harimu?\r\nApa gerangan yang kau lakukan, ketika tanggal lima menyilih tanggal enam?\r\nbagaimana kabarmu bersama heningnya malam?\r\nRindukah kau padaku?\r\nPada kami?\r\nPada orang-orang yang senantiasa menyanyangimu?\r\nAku gila, piluh, kesedihan ku beragam, terkutuk oleh kesedihan, rindu tak pernah teralih\r\nAku takut kesedihan, bersamamu mengadu kasih\r\nAku merindukanmu, menunggu kabarmu\r\nBagaimana dengan hari-harimu?\r\nBukankah di hari itu kau mengaku cinta padaku?\r\nBerhari-hari cerita romantis kita habis di perbincangkan di gedung sana\r\nLihatlah sekarang aku merana\r\nTak ada kesempatan untuk berdua lagi menatap keindahan kota yang kaku\r\nSungguh rindu ini sulit lepas di benakku\r\nJika bukan semerbak bunga yang kau tinggalkan, ruang rindu abadi dihatiku mungkin tak hanya berotasi padamu saja.\r\n\r\n \r\n\r\nPenulis: Annisa Azzahra","post_title":"Tentang Jarak: Melampiaskan Rindu Melalui Tulisan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"tentang-jarak-melampiaskan-rindu-melalui-tulisan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2023-08-01 07:43:32","post_modified_gmt":"2023-08-01 07:43:32","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/www.anotasiar.com\/ie\/?p=8510","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":8496,"post_author":"2","post_date":"2023-07-30 03:54:03","post_date_gmt":"2023-07-30 03:54:03","post_content":"Malam yang terasa dingin dan sunyi ini, ku hadirkan dengan sebuah ilusi dan mimpi\r\n\r\nBerjalan-jalan dan menikmati di dalam mimpi yang begitu sangat indah\r\n\r\nDi sana, kita bersama, mesra, pada akhirnya berbahagia\r\n\r\nNamun, hanya dalam kenyataan mimpiku tak mampu menggapainya\r\n\r\n \r\n\r\nKita berlari melintasi taman yang begitu indah\r\n\r\nMelihat bunga yang mekar menjadi metafora bahwa kita akan tumbuh dan berkembang sepanjang hidup\r\n\r\nSenyummu memancar seperti matahari di pagi hari\r\n\r\nNamun, itu hanyalah sebuah ilusi yang tak dapat terwujud\r\n\r\n \r\n\r\nKita mendengarkan instrumen musik begitu sedap di telinga\r\n\r\nCobalah lagu pendengar setiamu, hal selalu membawa tenang ketika berduduk sendiri di telaga\r\n\r\nKita bernyanyi bersama di bawah gemerlap rembulan yang menerangi seluruh alam semesta\r\n\r\nNamun, itu hanyalah sebuah imaji yang tak dapat tercipta\r\n\r\n \r\n\r\nKebersamaan kita, dalam dunia khayal ini nyata ada nya\r\n\r\nNamun pada saat aku membuka mata, tak ada yang menjadi kenyataan\r\n\r\nKita hanya bertemu di mimpi-mimpi telanjangku pada saat aku menutup mataku untuk memperistirahatkan tubuhku sejenak\r\n\r\nDan kembali hidup dalam kehampaan dan kerinduan di manapun aku berpijak\r\n\r\n \r\n\r\nKita menjalani sebuah kisah, perjalanan yang begitu meninggalkan kesan yang sangat mendalam\r\n\r\nEntah di tuangkan ke dalam bentuk apapun pasti tidak akan menyerupai sebuah mimpi dan ilusi yang terpendam\r\n\r\n \r\n\r\nNamun sayang seribu harapan\r\n\r\nDiri ku hanya mampu beragan-angan\r\n\r\nMenapaki sepanjang pelataran sekretariat ini\r\n\r\nMewujudkan salah satu mimpi agar kau menghampiriku disini\r\n\r\nAkankah ada ruang untuk kita bertemu\r\n\r\nAkankah ada waktu untuk kita bercumbu dan merayu\r\n\r\nSemoga esok kita berjumpa kembali bersamamu\r\n\r\nJalanan menjadi saksi semua mimpiku\r\n\r\nSuaraku menggelegar di sepanjang kota\r\n\r\nMarahku ingin disaksikan olehmu\r\n\r\nBerteriak mencaci kebijakan pemerintahmu\r\n\r\nIni bunga untukmu kupersembahkan sukaku padamu\r\n\r\n \r\n\r\nKita berlari mengejar impian\r\n\r\nMenggapai sejengkal kehidupan\r\n\r\nBersamamu aku tenang dalam kesepian\r\n\r\nAku mencintai kebersamaan, itulah mengapa aku menaruh harapan.\r\n\r\n \r\n\r\nPenulis: Syarif Hidayatullah","post_title":"Melintasi mimpi malam: Kemari memberontak bersama","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"melintasi-mimpi-malam-kemari-memberontak-bersama","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2023-07-30 04:25:28","post_modified_gmt":"2023-07-30 04:25:28","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/www.anotasiar.com\/ie\/?p=8496","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":false,"total_page":1},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"jnews_block_3"};

Page 1 of 2 1 2
\n

anak-anak sekolah di pinggir sungai
sementara istana dibangun lebih tinggi
kami menonton berita seperti menonton luka
tapi tetap saja berharap pada pagi<\/p>\n\n\n\n

negara ini belum kalah
tapi lelah,
seperti ibu yang tetap masak meski dapur sudah dingin
seperti ayah yang tetap tersenyum
meski gaji tak cukup untuk mimpi<\/p>\n\n\n\n

tak apa, kita tidak sedang baik-baik saja
tapi kita juga belum menyerah
karena tanah ini,
meski bergetar,
masih bisa ditanam doa
dan doa yang tumbuh, tak akan sia-sia<\/p>\n\n\n\n

Penulis: Rahmawaty<\/p>\n\n\n\n

Editor: M Yusrifar<\/p>\n","post_title":"Tanah yang Masih Bergetar","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"9821","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2025-07-28 08:51:38","post_modified_gmt":"2025-07-28 08:51:38","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/www.anotasiar.com\/ie\/?p=9821","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":8928,"post_author":"2","post_date":"2024-03-24 05:15:08","post_date_gmt":"2024-03-24 05:15:08","post_content":"

Sajak: Ko Bukan Monyet<\/strong><\/p>\r\nMereka menyebut ko monyet\r\nMungkin dari perawakan ko yang mereka anggap seperti monyet\r\nTapi ko bukanlah monyet\r\nHanya seperti monyet\r\nMonyet yang ingin hidup damai di habitat\r\n\r\nMereka memanggil ko monyet\r\nMungkin dari perawakan ko yang mereka lihat seperti monyet\r\nTapi ko bukanlah monyet\r\nHanya seperti monyet\r\nMonyet yang akan memberontak ketika terganggu di habitat\r\nDan tak akan mengganggu ketika tak terganggu di habitat\r\n\r\nMereka menganggap ko monyet\r\nMungkin karena hitam ko punya kulit\r\nTapi ko bukanlah monyet\r\nHanya seperti monyet\r\nYang ingin dijadikan monyet oleh si monyet\r\nSi monyet yang ingin membabat habis ko punya habitat\r\n\r\nKo yang mereka sebut monyet butuh makan\r\nMereka yang monyet juga butuh makan\r\nSial bagi ko, si monyet terus memaksa ko untuk menjadi monyet\r\n\r\nSegala cara akan si monyet lakukan\r\nMembodohi, menyiksa bahkan membunuhmu\r\nMenjarah habitatmu adalah harga mati bagi si monyet\r\n\r\nWalau kau tahu si monyet memang serakah\r\nSelalu ingin menjarah kau punya rumah\r\nTetaplah berdendang dengan menggunakan tifa\r\nHingga kau merdeka\r\nMerdeka dari monyet yang ingin memonyetkanmu\r\n\r\nPenulis: DitootiD<\/strong>","post_title":"Sajak: Ko Bukan Monyet","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"sajak-ko-bukan-monyet","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-03-24 05:15:08","post_modified_gmt":"2024-03-24 05:15:08","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/www.anotasiar.com\/ie\/?p=8928","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":8659,"post_author":"2","post_date":"2023-11-27 11:18:56","post_date_gmt":"2023-11-27 11:18:56","post_content":"Sajak Rindu Untuk Mu\r\n\r\nOleh : Ridha Muhammad\r\n\r\n \r\n\r\nDalam irama kata yang kususun dengan indah,\r\nBibir yang berkata, kisah membebaskan diri dalam bisikan sunyi.\r\nRasa yang merajut, melukis diriku dalam kesunyian yang mendalam,\r\nRindu yang mengalun, sebagaimana sungai yang mengalir.\r\n\r\nSemua itu karena kamu,\r\nKarena kamu yang kurindu,\r\nKarena kamu yang kucinta,\r\nKarena kamu, rasa itu ada.\r\n\r\nKamu tahu,\r\nAku gila tanpa sadar,\r\nAku luka tanpa penawar,\r\nAku derita tanpa bahagia,\r\nAku gelap tanpa cahaya.\r\n\r\nHarus kukatakan,\r\nSenja adalah gambaran dirimu,\r\nTak tersentuh oleh genggaman jemariku,\r\nTak bisa teraih oleh jutaan rindu.\r\n\r\nTerkadang,\r\nAku ingin menjadi bulan purnama,\r\n\r\nMembias cahaya indahmu,\r\nBersinar bak rembulan yang terang benderang.\r\n\r\nMeski sunyi terasa, tetap kukisahkan kerinduanku,\r\nDalam serpihan kisah yang tak kunjung padam,\r\nNamamu terus mengalun, bersama detak jantung yang berdentum.\r\nDengan bayanganmu, namamu abadi dalam kalbu.","post_title":"Sajak Rindu Untuk Mu","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"sajak-rindu-untuk-mu","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2023-11-27 11:18:56","post_modified_gmt":"2023-11-27 11:18:56","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/www.anotasiar.com\/ie\/?p=8659","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":8653,"post_author":"2","post_date":"2023-11-26 07:33:43","post_date_gmt":"2023-11-26 07:33:43","post_content":"Sang Kekasih\r\n\r\nGemerlap senja akan hilang\r\nKunikmati setiap detik yang tersisa\r\nAku sadar bertemu denganmu sangat berarti\r\nDenganmu aku mengenal cinta dengan bahagia\r\n\r\nSaat rembulan mulai bersinar\r\nBeberapa bintang ikut menyinari\r\nSaat diriku sedang tertidur\r\nBayang dirimu senantiasa kesana kemari\r\n\r\nAngin malam yang bertiup\r\nMenggelitik setiap kulit yang ia sentuh\r\nUcapan kasih sayang padamu selalu terselip\r\nTerus bersama hingga nanti sang kekasih\r\n\r\n \r\n\r\nPenulis: Hulwana","post_title":"Sang Kekasih","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"sang-kekasih","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2023-11-26 07:33:53","post_modified_gmt":"2023-11-26 07:33:53","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/www.anotasiar.com\/ie\/?p=8653","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":8535,"post_author":"2","post_date":"2023-08-13 11:20:31","post_date_gmt":"2023-08-13 11:20:31","post_content":"Angin sore tiba-tiba berembus pelan, bertamasya memberi isyarat agar segera berhenti mengejar gendola.Tiba disore itu, mataku gelagapan mencari terang, meraba kenyataan, perihal percakapan yang terdengar sepintas, bahwa isi puisiku telah jatuh ke dekapan orang lain.\r\n\r\nSangat menyebalkan, saat tawa mulai mekar tiba-tiba kembali diterjang oleh kecewa yang serupa.seolah semesta kembali mengajarkan cara memeluk diri sendiri, tanpa pernah membiarkan sejenak berteduh dibawah rindang cinta yang menyegarkan.\r\n\r\nKetidak beranianku mengikatmu memberi ruang bagi orang asing mendekatimu. Pantas saja jika orang asing, sudah lebih dahulu menyodorkan cinta yang segara kau terima dengan hangat.\r\n\r\nSebab, keberaniannya jauh melampaui cakrawala. Sebab, tanpa menunggu aba-aba segera membawa sebongkah bunga mawar bersisakan duri di peruntukkan bagiku.\r\n\r\nTidak seperti aku yang bebal, terlalu banyak neko-neko bak filsuf menyusun algoritma sebelum memulai laga arena diatas hamparan lautan cinta.\r\n\r\nTapi, tak mengapa. Kataku \"Selamat\" meski dalam keadaan terpaksa.\r\n\r\n \r\n\r\nPenulis: Ahmad Syarif\r\n\r\n ","post_title":"Selamat","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"selamat","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2023-08-13 11:22:48","post_modified_gmt":"2023-08-13 11:22:48","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/www.anotasiar.com\/ie\/?p=8535","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":8510,"post_author":"2","post_date":"2023-08-01 07:36:24","post_date_gmt":"2023-08-01 07:36:24","post_content":"Perihal kamu, rupa pria yang tertata\r\nTata rias matamu, tata rias rambutmu, tata rias wajahmu, semuanya tentang kau dan senja dikala sore, ini tentang anggapan\r\nTak tahu lagi harus bagaimana melukis harapan\r\nRindu ini tak kunjung padam, ku harus bagaimana\r\nMerindumu menjadi rutinitas malamku, hatiku kian merana\r\nAkankah ada cara menuntaskan segala rupa mengesalkan ini?\r\nBagaimana mungkin tak merindukan sosokmu\r\nsosok pria yang sudah tak mampu aku menikmati parasnya, yang tak mampu lagi aku menemani malamnya, yang tak mampu lagi aku menggengam tangannya,\r\nyang hanya kerap mengulik kenangannya\r\nBagaimana jika yang mampu aku lakukan hanyalah sebatas meramu doa, agar sampai kepada sang pemilik kerinduan dihati ini\r\nBagaimana kau disana?\r\nBagaimana dengan hari-harimu?\r\nApa gerangan yang kau lakukan, ketika tanggal lima menyilih tanggal enam?\r\nbagaimana kabarmu bersama heningnya malam?\r\nRindukah kau padaku?\r\nPada kami?\r\nPada orang-orang yang senantiasa menyanyangimu?\r\nAku gila, piluh, kesedihan ku beragam, terkutuk oleh kesedihan, rindu tak pernah teralih\r\nAku takut kesedihan, bersamamu mengadu kasih\r\nAku merindukanmu, menunggu kabarmu\r\nBagaimana dengan hari-harimu?\r\nBukankah di hari itu kau mengaku cinta padaku?\r\nBerhari-hari cerita romantis kita habis di perbincangkan di gedung sana\r\nLihatlah sekarang aku merana\r\nTak ada kesempatan untuk berdua lagi menatap keindahan kota yang kaku\r\nSungguh rindu ini sulit lepas di benakku\r\nJika bukan semerbak bunga yang kau tinggalkan, ruang rindu abadi dihatiku mungkin tak hanya berotasi padamu saja.\r\n\r\n \r\n\r\nPenulis: Annisa Azzahra","post_title":"Tentang Jarak: Melampiaskan Rindu Melalui Tulisan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"tentang-jarak-melampiaskan-rindu-melalui-tulisan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2023-08-01 07:43:32","post_modified_gmt":"2023-08-01 07:43:32","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/www.anotasiar.com\/ie\/?p=8510","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":8496,"post_author":"2","post_date":"2023-07-30 03:54:03","post_date_gmt":"2023-07-30 03:54:03","post_content":"Malam yang terasa dingin dan sunyi ini, ku hadirkan dengan sebuah ilusi dan mimpi\r\n\r\nBerjalan-jalan dan menikmati di dalam mimpi yang begitu sangat indah\r\n\r\nDi sana, kita bersama, mesra, pada akhirnya berbahagia\r\n\r\nNamun, hanya dalam kenyataan mimpiku tak mampu menggapainya\r\n\r\n \r\n\r\nKita berlari melintasi taman yang begitu indah\r\n\r\nMelihat bunga yang mekar menjadi metafora bahwa kita akan tumbuh dan berkembang sepanjang hidup\r\n\r\nSenyummu memancar seperti matahari di pagi hari\r\n\r\nNamun, itu hanyalah sebuah ilusi yang tak dapat terwujud\r\n\r\n \r\n\r\nKita mendengarkan instrumen musik begitu sedap di telinga\r\n\r\nCobalah lagu pendengar setiamu, hal selalu membawa tenang ketika berduduk sendiri di telaga\r\n\r\nKita bernyanyi bersama di bawah gemerlap rembulan yang menerangi seluruh alam semesta\r\n\r\nNamun, itu hanyalah sebuah imaji yang tak dapat tercipta\r\n\r\n \r\n\r\nKebersamaan kita, dalam dunia khayal ini nyata ada nya\r\n\r\nNamun pada saat aku membuka mata, tak ada yang menjadi kenyataan\r\n\r\nKita hanya bertemu di mimpi-mimpi telanjangku pada saat aku menutup mataku untuk memperistirahatkan tubuhku sejenak\r\n\r\nDan kembali hidup dalam kehampaan dan kerinduan di manapun aku berpijak\r\n\r\n \r\n\r\nKita menjalani sebuah kisah, perjalanan yang begitu meninggalkan kesan yang sangat mendalam\r\n\r\nEntah di tuangkan ke dalam bentuk apapun pasti tidak akan menyerupai sebuah mimpi dan ilusi yang terpendam\r\n\r\n \r\n\r\nNamun sayang seribu harapan\r\n\r\nDiri ku hanya mampu beragan-angan\r\n\r\nMenapaki sepanjang pelataran sekretariat ini\r\n\r\nMewujudkan salah satu mimpi agar kau menghampiriku disini\r\n\r\nAkankah ada ruang untuk kita bertemu\r\n\r\nAkankah ada waktu untuk kita bercumbu dan merayu\r\n\r\nSemoga esok kita berjumpa kembali bersamamu\r\n\r\nJalanan menjadi saksi semua mimpiku\r\n\r\nSuaraku menggelegar di sepanjang kota\r\n\r\nMarahku ingin disaksikan olehmu\r\n\r\nBerteriak mencaci kebijakan pemerintahmu\r\n\r\nIni bunga untukmu kupersembahkan sukaku padamu\r\n\r\n \r\n\r\nKita berlari mengejar impian\r\n\r\nMenggapai sejengkal kehidupan\r\n\r\nBersamamu aku tenang dalam kesepian\r\n\r\nAku mencintai kebersamaan, itulah mengapa aku menaruh harapan.\r\n\r\n \r\n\r\nPenulis: Syarif Hidayatullah","post_title":"Melintasi mimpi malam: Kemari memberontak bersama","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"melintasi-mimpi-malam-kemari-memberontak-bersama","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2023-07-30 04:25:28","post_modified_gmt":"2023-07-30 04:25:28","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/www.anotasiar.com\/ie\/?p=8496","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":false,"total_page":1},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"jnews_block_3"};

Page 1 of 2 1 2
\n

kemarin tanah longsor membawa rumah
hari ini harga naik,
dan besok\u2014mungkin suara kita lagi yang tenggelam<\/p>\n\n\n\n

anak-anak sekolah di pinggir sungai
sementara istana dibangun lebih tinggi
kami menonton berita seperti menonton luka
tapi tetap saja berharap pada pagi<\/p>\n\n\n\n

negara ini belum kalah
tapi lelah,
seperti ibu yang tetap masak meski dapur sudah dingin
seperti ayah yang tetap tersenyum
meski gaji tak cukup untuk mimpi<\/p>\n\n\n\n

tak apa, kita tidak sedang baik-baik saja
tapi kita juga belum menyerah
karena tanah ini,
meski bergetar,
masih bisa ditanam doa
dan doa yang tumbuh, tak akan sia-sia<\/p>\n\n\n\n

Penulis: Rahmawaty<\/p>\n\n\n\n

Editor: M Yusrifar<\/p>\n","post_title":"Tanah yang Masih Bergetar","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"9821","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2025-07-28 08:51:38","post_modified_gmt":"2025-07-28 08:51:38","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/www.anotasiar.com\/ie\/?p=9821","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":8928,"post_author":"2","post_date":"2024-03-24 05:15:08","post_date_gmt":"2024-03-24 05:15:08","post_content":"

Sajak: Ko Bukan Monyet<\/strong><\/p>\r\nMereka menyebut ko monyet\r\nMungkin dari perawakan ko yang mereka anggap seperti monyet\r\nTapi ko bukanlah monyet\r\nHanya seperti monyet\r\nMonyet yang ingin hidup damai di habitat\r\n\r\nMereka memanggil ko monyet\r\nMungkin dari perawakan ko yang mereka lihat seperti monyet\r\nTapi ko bukanlah monyet\r\nHanya seperti monyet\r\nMonyet yang akan memberontak ketika terganggu di habitat\r\nDan tak akan mengganggu ketika tak terganggu di habitat\r\n\r\nMereka menganggap ko monyet\r\nMungkin karena hitam ko punya kulit\r\nTapi ko bukanlah monyet\r\nHanya seperti monyet\r\nYang ingin dijadikan monyet oleh si monyet\r\nSi monyet yang ingin membabat habis ko punya habitat\r\n\r\nKo yang mereka sebut monyet butuh makan\r\nMereka yang monyet juga butuh makan\r\nSial bagi ko, si monyet terus memaksa ko untuk menjadi monyet\r\n\r\nSegala cara akan si monyet lakukan\r\nMembodohi, menyiksa bahkan membunuhmu\r\nMenjarah habitatmu adalah harga mati bagi si monyet\r\n\r\nWalau kau tahu si monyet memang serakah\r\nSelalu ingin menjarah kau punya rumah\r\nTetaplah berdendang dengan menggunakan tifa\r\nHingga kau merdeka\r\nMerdeka dari monyet yang ingin memonyetkanmu\r\n\r\nPenulis: DitootiD<\/strong>","post_title":"Sajak: Ko Bukan Monyet","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"sajak-ko-bukan-monyet","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-03-24 05:15:08","post_modified_gmt":"2024-03-24 05:15:08","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/www.anotasiar.com\/ie\/?p=8928","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":8659,"post_author":"2","post_date":"2023-11-27 11:18:56","post_date_gmt":"2023-11-27 11:18:56","post_content":"Sajak Rindu Untuk Mu\r\n\r\nOleh : Ridha Muhammad\r\n\r\n \r\n\r\nDalam irama kata yang kususun dengan indah,\r\nBibir yang berkata, kisah membebaskan diri dalam bisikan sunyi.\r\nRasa yang merajut, melukis diriku dalam kesunyian yang mendalam,\r\nRindu yang mengalun, sebagaimana sungai yang mengalir.\r\n\r\nSemua itu karena kamu,\r\nKarena kamu yang kurindu,\r\nKarena kamu yang kucinta,\r\nKarena kamu, rasa itu ada.\r\n\r\nKamu tahu,\r\nAku gila tanpa sadar,\r\nAku luka tanpa penawar,\r\nAku derita tanpa bahagia,\r\nAku gelap tanpa cahaya.\r\n\r\nHarus kukatakan,\r\nSenja adalah gambaran dirimu,\r\nTak tersentuh oleh genggaman jemariku,\r\nTak bisa teraih oleh jutaan rindu.\r\n\r\nTerkadang,\r\nAku ingin menjadi bulan purnama,\r\n\r\nMembias cahaya indahmu,\r\nBersinar bak rembulan yang terang benderang.\r\n\r\nMeski sunyi terasa, tetap kukisahkan kerinduanku,\r\nDalam serpihan kisah yang tak kunjung padam,\r\nNamamu terus mengalun, bersama detak jantung yang berdentum.\r\nDengan bayanganmu, namamu abadi dalam kalbu.","post_title":"Sajak Rindu Untuk Mu","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"sajak-rindu-untuk-mu","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2023-11-27 11:18:56","post_modified_gmt":"2023-11-27 11:18:56","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/www.anotasiar.com\/ie\/?p=8659","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":8653,"post_author":"2","post_date":"2023-11-26 07:33:43","post_date_gmt":"2023-11-26 07:33:43","post_content":"Sang Kekasih\r\n\r\nGemerlap senja akan hilang\r\nKunikmati setiap detik yang tersisa\r\nAku sadar bertemu denganmu sangat berarti\r\nDenganmu aku mengenal cinta dengan bahagia\r\n\r\nSaat rembulan mulai bersinar\r\nBeberapa bintang ikut menyinari\r\nSaat diriku sedang tertidur\r\nBayang dirimu senantiasa kesana kemari\r\n\r\nAngin malam yang bertiup\r\nMenggelitik setiap kulit yang ia sentuh\r\nUcapan kasih sayang padamu selalu terselip\r\nTerus bersama hingga nanti sang kekasih\r\n\r\n \r\n\r\nPenulis: Hulwana","post_title":"Sang Kekasih","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"sang-kekasih","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2023-11-26 07:33:53","post_modified_gmt":"2023-11-26 07:33:53","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/www.anotasiar.com\/ie\/?p=8653","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":8535,"post_author":"2","post_date":"2023-08-13 11:20:31","post_date_gmt":"2023-08-13 11:20:31","post_content":"Angin sore tiba-tiba berembus pelan, bertamasya memberi isyarat agar segera berhenti mengejar gendola.Tiba disore itu, mataku gelagapan mencari terang, meraba kenyataan, perihal percakapan yang terdengar sepintas, bahwa isi puisiku telah jatuh ke dekapan orang lain.\r\n\r\nSangat menyebalkan, saat tawa mulai mekar tiba-tiba kembali diterjang oleh kecewa yang serupa.seolah semesta kembali mengajarkan cara memeluk diri sendiri, tanpa pernah membiarkan sejenak berteduh dibawah rindang cinta yang menyegarkan.\r\n\r\nKetidak beranianku mengikatmu memberi ruang bagi orang asing mendekatimu. Pantas saja jika orang asing, sudah lebih dahulu menyodorkan cinta yang segara kau terima dengan hangat.\r\n\r\nSebab, keberaniannya jauh melampaui cakrawala. Sebab, tanpa menunggu aba-aba segera membawa sebongkah bunga mawar bersisakan duri di peruntukkan bagiku.\r\n\r\nTidak seperti aku yang bebal, terlalu banyak neko-neko bak filsuf menyusun algoritma sebelum memulai laga arena diatas hamparan lautan cinta.\r\n\r\nTapi, tak mengapa. Kataku \"Selamat\" meski dalam keadaan terpaksa.\r\n\r\n \r\n\r\nPenulis: Ahmad Syarif\r\n\r\n ","post_title":"Selamat","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"selamat","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2023-08-13 11:22:48","post_modified_gmt":"2023-08-13 11:22:48","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/www.anotasiar.com\/ie\/?p=8535","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":8510,"post_author":"2","post_date":"2023-08-01 07:36:24","post_date_gmt":"2023-08-01 07:36:24","post_content":"Perihal kamu, rupa pria yang tertata\r\nTata rias matamu, tata rias rambutmu, tata rias wajahmu, semuanya tentang kau dan senja dikala sore, ini tentang anggapan\r\nTak tahu lagi harus bagaimana melukis harapan\r\nRindu ini tak kunjung padam, ku harus bagaimana\r\nMerindumu menjadi rutinitas malamku, hatiku kian merana\r\nAkankah ada cara menuntaskan segala rupa mengesalkan ini?\r\nBagaimana mungkin tak merindukan sosokmu\r\nsosok pria yang sudah tak mampu aku menikmati parasnya, yang tak mampu lagi aku menemani malamnya, yang tak mampu lagi aku menggengam tangannya,\r\nyang hanya kerap mengulik kenangannya\r\nBagaimana jika yang mampu aku lakukan hanyalah sebatas meramu doa, agar sampai kepada sang pemilik kerinduan dihati ini\r\nBagaimana kau disana?\r\nBagaimana dengan hari-harimu?\r\nApa gerangan yang kau lakukan, ketika tanggal lima menyilih tanggal enam?\r\nbagaimana kabarmu bersama heningnya malam?\r\nRindukah kau padaku?\r\nPada kami?\r\nPada orang-orang yang senantiasa menyanyangimu?\r\nAku gila, piluh, kesedihan ku beragam, terkutuk oleh kesedihan, rindu tak pernah teralih\r\nAku takut kesedihan, bersamamu mengadu kasih\r\nAku merindukanmu, menunggu kabarmu\r\nBagaimana dengan hari-harimu?\r\nBukankah di hari itu kau mengaku cinta padaku?\r\nBerhari-hari cerita romantis kita habis di perbincangkan di gedung sana\r\nLihatlah sekarang aku merana\r\nTak ada kesempatan untuk berdua lagi menatap keindahan kota yang kaku\r\nSungguh rindu ini sulit lepas di benakku\r\nJika bukan semerbak bunga yang kau tinggalkan, ruang rindu abadi dihatiku mungkin tak hanya berotasi padamu saja.\r\n\r\n \r\n\r\nPenulis: Annisa Azzahra","post_title":"Tentang Jarak: Melampiaskan Rindu Melalui Tulisan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"tentang-jarak-melampiaskan-rindu-melalui-tulisan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2023-08-01 07:43:32","post_modified_gmt":"2023-08-01 07:43:32","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/www.anotasiar.com\/ie\/?p=8510","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":8496,"post_author":"2","post_date":"2023-07-30 03:54:03","post_date_gmt":"2023-07-30 03:54:03","post_content":"Malam yang terasa dingin dan sunyi ini, ku hadirkan dengan sebuah ilusi dan mimpi\r\n\r\nBerjalan-jalan dan menikmati di dalam mimpi yang begitu sangat indah\r\n\r\nDi sana, kita bersama, mesra, pada akhirnya berbahagia\r\n\r\nNamun, hanya dalam kenyataan mimpiku tak mampu menggapainya\r\n\r\n \r\n\r\nKita berlari melintasi taman yang begitu indah\r\n\r\nMelihat bunga yang mekar menjadi metafora bahwa kita akan tumbuh dan berkembang sepanjang hidup\r\n\r\nSenyummu memancar seperti matahari di pagi hari\r\n\r\nNamun, itu hanyalah sebuah ilusi yang tak dapat terwujud\r\n\r\n \r\n\r\nKita mendengarkan instrumen musik begitu sedap di telinga\r\n\r\nCobalah lagu pendengar setiamu, hal selalu membawa tenang ketika berduduk sendiri di telaga\r\n\r\nKita bernyanyi bersama di bawah gemerlap rembulan yang menerangi seluruh alam semesta\r\n\r\nNamun, itu hanyalah sebuah imaji yang tak dapat tercipta\r\n\r\n \r\n\r\nKebersamaan kita, dalam dunia khayal ini nyata ada nya\r\n\r\nNamun pada saat aku membuka mata, tak ada yang menjadi kenyataan\r\n\r\nKita hanya bertemu di mimpi-mimpi telanjangku pada saat aku menutup mataku untuk memperistirahatkan tubuhku sejenak\r\n\r\nDan kembali hidup dalam kehampaan dan kerinduan di manapun aku berpijak\r\n\r\n \r\n\r\nKita menjalani sebuah kisah, perjalanan yang begitu meninggalkan kesan yang sangat mendalam\r\n\r\nEntah di tuangkan ke dalam bentuk apapun pasti tidak akan menyerupai sebuah mimpi dan ilusi yang terpendam\r\n\r\n \r\n\r\nNamun sayang seribu harapan\r\n\r\nDiri ku hanya mampu beragan-angan\r\n\r\nMenapaki sepanjang pelataran sekretariat ini\r\n\r\nMewujudkan salah satu mimpi agar kau menghampiriku disini\r\n\r\nAkankah ada ruang untuk kita bertemu\r\n\r\nAkankah ada waktu untuk kita bercumbu dan merayu\r\n\r\nSemoga esok kita berjumpa kembali bersamamu\r\n\r\nJalanan menjadi saksi semua mimpiku\r\n\r\nSuaraku menggelegar di sepanjang kota\r\n\r\nMarahku ingin disaksikan olehmu\r\n\r\nBerteriak mencaci kebijakan pemerintahmu\r\n\r\nIni bunga untukmu kupersembahkan sukaku padamu\r\n\r\n \r\n\r\nKita berlari mengejar impian\r\n\r\nMenggapai sejengkal kehidupan\r\n\r\nBersamamu aku tenang dalam kesepian\r\n\r\nAku mencintai kebersamaan, itulah mengapa aku menaruh harapan.\r\n\r\n \r\n\r\nPenulis: Syarif Hidayatullah","post_title":"Melintasi mimpi malam: Kemari memberontak bersama","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"melintasi-mimpi-malam-kemari-memberontak-bersama","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2023-07-30 04:25:28","post_modified_gmt":"2023-07-30 04:25:28","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/www.anotasiar.com\/ie\/?p=8496","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":false,"total_page":1},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"jnews_block_3"};

Page 1 of 2 1 2
\n

negara ini sering sunyi dalam ramai
suara-suara tinggi, tapi makna hilang di antara sorak
di layar, kita saling memaki
di jalan, kita saling bertahan hidup<\/p>\n\n\n\n

kemarin tanah longsor membawa rumah
hari ini harga naik,
dan besok\u2014mungkin suara kita lagi yang tenggelam<\/p>\n\n\n\n

anak-anak sekolah di pinggir sungai
sementara istana dibangun lebih tinggi
kami menonton berita seperti menonton luka
tapi tetap saja berharap pada pagi<\/p>\n\n\n\n

negara ini belum kalah
tapi lelah,
seperti ibu yang tetap masak meski dapur sudah dingin
seperti ayah yang tetap tersenyum
meski gaji tak cukup untuk mimpi<\/p>\n\n\n\n

tak apa, kita tidak sedang baik-baik saja
tapi kita juga belum menyerah
karena tanah ini,
meski bergetar,
masih bisa ditanam doa
dan doa yang tumbuh, tak akan sia-sia<\/p>\n\n\n\n

Penulis: Rahmawaty<\/p>\n\n\n\n

Editor: M Yusrifar<\/p>\n","post_title":"Tanah yang Masih Bergetar","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"9821","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2025-07-28 08:51:38","post_modified_gmt":"2025-07-28 08:51:38","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/www.anotasiar.com\/ie\/?p=9821","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":8928,"post_author":"2","post_date":"2024-03-24 05:15:08","post_date_gmt":"2024-03-24 05:15:08","post_content":"

Sajak: Ko Bukan Monyet<\/strong><\/p>\r\nMereka menyebut ko monyet\r\nMungkin dari perawakan ko yang mereka anggap seperti monyet\r\nTapi ko bukanlah monyet\r\nHanya seperti monyet\r\nMonyet yang ingin hidup damai di habitat\r\n\r\nMereka memanggil ko monyet\r\nMungkin dari perawakan ko yang mereka lihat seperti monyet\r\nTapi ko bukanlah monyet\r\nHanya seperti monyet\r\nMonyet yang akan memberontak ketika terganggu di habitat\r\nDan tak akan mengganggu ketika tak terganggu di habitat\r\n\r\nMereka menganggap ko monyet\r\nMungkin karena hitam ko punya kulit\r\nTapi ko bukanlah monyet\r\nHanya seperti monyet\r\nYang ingin dijadikan monyet oleh si monyet\r\nSi monyet yang ingin membabat habis ko punya habitat\r\n\r\nKo yang mereka sebut monyet butuh makan\r\nMereka yang monyet juga butuh makan\r\nSial bagi ko, si monyet terus memaksa ko untuk menjadi monyet\r\n\r\nSegala cara akan si monyet lakukan\r\nMembodohi, menyiksa bahkan membunuhmu\r\nMenjarah habitatmu adalah harga mati bagi si monyet\r\n\r\nWalau kau tahu si monyet memang serakah\r\nSelalu ingin menjarah kau punya rumah\r\nTetaplah berdendang dengan menggunakan tifa\r\nHingga kau merdeka\r\nMerdeka dari monyet yang ingin memonyetkanmu\r\n\r\nPenulis: DitootiD<\/strong>","post_title":"Sajak: Ko Bukan Monyet","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"sajak-ko-bukan-monyet","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-03-24 05:15:08","post_modified_gmt":"2024-03-24 05:15:08","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/www.anotasiar.com\/ie\/?p=8928","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":8659,"post_author":"2","post_date":"2023-11-27 11:18:56","post_date_gmt":"2023-11-27 11:18:56","post_content":"Sajak Rindu Untuk Mu\r\n\r\nOleh : Ridha Muhammad\r\n\r\n \r\n\r\nDalam irama kata yang kususun dengan indah,\r\nBibir yang berkata, kisah membebaskan diri dalam bisikan sunyi.\r\nRasa yang merajut, melukis diriku dalam kesunyian yang mendalam,\r\nRindu yang mengalun, sebagaimana sungai yang mengalir.\r\n\r\nSemua itu karena kamu,\r\nKarena kamu yang kurindu,\r\nKarena kamu yang kucinta,\r\nKarena kamu, rasa itu ada.\r\n\r\nKamu tahu,\r\nAku gila tanpa sadar,\r\nAku luka tanpa penawar,\r\nAku derita tanpa bahagia,\r\nAku gelap tanpa cahaya.\r\n\r\nHarus kukatakan,\r\nSenja adalah gambaran dirimu,\r\nTak tersentuh oleh genggaman jemariku,\r\nTak bisa teraih oleh jutaan rindu.\r\n\r\nTerkadang,\r\nAku ingin menjadi bulan purnama,\r\n\r\nMembias cahaya indahmu,\r\nBersinar bak rembulan yang terang benderang.\r\n\r\nMeski sunyi terasa, tetap kukisahkan kerinduanku,\r\nDalam serpihan kisah yang tak kunjung padam,\r\nNamamu terus mengalun, bersama detak jantung yang berdentum.\r\nDengan bayanganmu, namamu abadi dalam kalbu.","post_title":"Sajak Rindu Untuk Mu","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"sajak-rindu-untuk-mu","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2023-11-27 11:18:56","post_modified_gmt":"2023-11-27 11:18:56","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/www.anotasiar.com\/ie\/?p=8659","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":8653,"post_author":"2","post_date":"2023-11-26 07:33:43","post_date_gmt":"2023-11-26 07:33:43","post_content":"Sang Kekasih\r\n\r\nGemerlap senja akan hilang\r\nKunikmati setiap detik yang tersisa\r\nAku sadar bertemu denganmu sangat berarti\r\nDenganmu aku mengenal cinta dengan bahagia\r\n\r\nSaat rembulan mulai bersinar\r\nBeberapa bintang ikut menyinari\r\nSaat diriku sedang tertidur\r\nBayang dirimu senantiasa kesana kemari\r\n\r\nAngin malam yang bertiup\r\nMenggelitik setiap kulit yang ia sentuh\r\nUcapan kasih sayang padamu selalu terselip\r\nTerus bersama hingga nanti sang kekasih\r\n\r\n \r\n\r\nPenulis: Hulwana","post_title":"Sang Kekasih","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"sang-kekasih","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2023-11-26 07:33:53","post_modified_gmt":"2023-11-26 07:33:53","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/www.anotasiar.com\/ie\/?p=8653","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":8535,"post_author":"2","post_date":"2023-08-13 11:20:31","post_date_gmt":"2023-08-13 11:20:31","post_content":"Angin sore tiba-tiba berembus pelan, bertamasya memberi isyarat agar segera berhenti mengejar gendola.Tiba disore itu, mataku gelagapan mencari terang, meraba kenyataan, perihal percakapan yang terdengar sepintas, bahwa isi puisiku telah jatuh ke dekapan orang lain.\r\n\r\nSangat menyebalkan, saat tawa mulai mekar tiba-tiba kembali diterjang oleh kecewa yang serupa.seolah semesta kembali mengajarkan cara memeluk diri sendiri, tanpa pernah membiarkan sejenak berteduh dibawah rindang cinta yang menyegarkan.\r\n\r\nKetidak beranianku mengikatmu memberi ruang bagi orang asing mendekatimu. Pantas saja jika orang asing, sudah lebih dahulu menyodorkan cinta yang segara kau terima dengan hangat.\r\n\r\nSebab, keberaniannya jauh melampaui cakrawala. Sebab, tanpa menunggu aba-aba segera membawa sebongkah bunga mawar bersisakan duri di peruntukkan bagiku.\r\n\r\nTidak seperti aku yang bebal, terlalu banyak neko-neko bak filsuf menyusun algoritma sebelum memulai laga arena diatas hamparan lautan cinta.\r\n\r\nTapi, tak mengapa. Kataku \"Selamat\" meski dalam keadaan terpaksa.\r\n\r\n \r\n\r\nPenulis: Ahmad Syarif\r\n\r\n ","post_title":"Selamat","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"selamat","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2023-08-13 11:22:48","post_modified_gmt":"2023-08-13 11:22:48","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/www.anotasiar.com\/ie\/?p=8535","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":8510,"post_author":"2","post_date":"2023-08-01 07:36:24","post_date_gmt":"2023-08-01 07:36:24","post_content":"Perihal kamu, rupa pria yang tertata\r\nTata rias matamu, tata rias rambutmu, tata rias wajahmu, semuanya tentang kau dan senja dikala sore, ini tentang anggapan\r\nTak tahu lagi harus bagaimana melukis harapan\r\nRindu ini tak kunjung padam, ku harus bagaimana\r\nMerindumu menjadi rutinitas malamku, hatiku kian merana\r\nAkankah ada cara menuntaskan segala rupa mengesalkan ini?\r\nBagaimana mungkin tak merindukan sosokmu\r\nsosok pria yang sudah tak mampu aku menikmati parasnya, yang tak mampu lagi aku menemani malamnya, yang tak mampu lagi aku menggengam tangannya,\r\nyang hanya kerap mengulik kenangannya\r\nBagaimana jika yang mampu aku lakukan hanyalah sebatas meramu doa, agar sampai kepada sang pemilik kerinduan dihati ini\r\nBagaimana kau disana?\r\nBagaimana dengan hari-harimu?\r\nApa gerangan yang kau lakukan, ketika tanggal lima menyilih tanggal enam?\r\nbagaimana kabarmu bersama heningnya malam?\r\nRindukah kau padaku?\r\nPada kami?\r\nPada orang-orang yang senantiasa menyanyangimu?\r\nAku gila, piluh, kesedihan ku beragam, terkutuk oleh kesedihan, rindu tak pernah teralih\r\nAku takut kesedihan, bersamamu mengadu kasih\r\nAku merindukanmu, menunggu kabarmu\r\nBagaimana dengan hari-harimu?\r\nBukankah di hari itu kau mengaku cinta padaku?\r\nBerhari-hari cerita romantis kita habis di perbincangkan di gedung sana\r\nLihatlah sekarang aku merana\r\nTak ada kesempatan untuk berdua lagi menatap keindahan kota yang kaku\r\nSungguh rindu ini sulit lepas di benakku\r\nJika bukan semerbak bunga yang kau tinggalkan, ruang rindu abadi dihatiku mungkin tak hanya berotasi padamu saja.\r\n\r\n \r\n\r\nPenulis: Annisa Azzahra","post_title":"Tentang Jarak: Melampiaskan Rindu Melalui Tulisan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"tentang-jarak-melampiaskan-rindu-melalui-tulisan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2023-08-01 07:43:32","post_modified_gmt":"2023-08-01 07:43:32","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/www.anotasiar.com\/ie\/?p=8510","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":8496,"post_author":"2","post_date":"2023-07-30 03:54:03","post_date_gmt":"2023-07-30 03:54:03","post_content":"Malam yang terasa dingin dan sunyi ini, ku hadirkan dengan sebuah ilusi dan mimpi\r\n\r\nBerjalan-jalan dan menikmati di dalam mimpi yang begitu sangat indah\r\n\r\nDi sana, kita bersama, mesra, pada akhirnya berbahagia\r\n\r\nNamun, hanya dalam kenyataan mimpiku tak mampu menggapainya\r\n\r\n \r\n\r\nKita berlari melintasi taman yang begitu indah\r\n\r\nMelihat bunga yang mekar menjadi metafora bahwa kita akan tumbuh dan berkembang sepanjang hidup\r\n\r\nSenyummu memancar seperti matahari di pagi hari\r\n\r\nNamun, itu hanyalah sebuah ilusi yang tak dapat terwujud\r\n\r\n \r\n\r\nKita mendengarkan instrumen musik begitu sedap di telinga\r\n\r\nCobalah lagu pendengar setiamu, hal selalu membawa tenang ketika berduduk sendiri di telaga\r\n\r\nKita bernyanyi bersama di bawah gemerlap rembulan yang menerangi seluruh alam semesta\r\n\r\nNamun, itu hanyalah sebuah imaji yang tak dapat tercipta\r\n\r\n \r\n\r\nKebersamaan kita, dalam dunia khayal ini nyata ada nya\r\n\r\nNamun pada saat aku membuka mata, tak ada yang menjadi kenyataan\r\n\r\nKita hanya bertemu di mimpi-mimpi telanjangku pada saat aku menutup mataku untuk memperistirahatkan tubuhku sejenak\r\n\r\nDan kembali hidup dalam kehampaan dan kerinduan di manapun aku berpijak\r\n\r\n \r\n\r\nKita menjalani sebuah kisah, perjalanan yang begitu meninggalkan kesan yang sangat mendalam\r\n\r\nEntah di tuangkan ke dalam bentuk apapun pasti tidak akan menyerupai sebuah mimpi dan ilusi yang terpendam\r\n\r\n \r\n\r\nNamun sayang seribu harapan\r\n\r\nDiri ku hanya mampu beragan-angan\r\n\r\nMenapaki sepanjang pelataran sekretariat ini\r\n\r\nMewujudkan salah satu mimpi agar kau menghampiriku disini\r\n\r\nAkankah ada ruang untuk kita bertemu\r\n\r\nAkankah ada waktu untuk kita bercumbu dan merayu\r\n\r\nSemoga esok kita berjumpa kembali bersamamu\r\n\r\nJalanan menjadi saksi semua mimpiku\r\n\r\nSuaraku menggelegar di sepanjang kota\r\n\r\nMarahku ingin disaksikan olehmu\r\n\r\nBerteriak mencaci kebijakan pemerintahmu\r\n\r\nIni bunga untukmu kupersembahkan sukaku padamu\r\n\r\n \r\n\r\nKita berlari mengejar impian\r\n\r\nMenggapai sejengkal kehidupan\r\n\r\nBersamamu aku tenang dalam kesepian\r\n\r\nAku mencintai kebersamaan, itulah mengapa aku menaruh harapan.\r\n\r\n \r\n\r\nPenulis: Syarif Hidayatullah","post_title":"Melintasi mimpi malam: Kemari memberontak bersama","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"melintasi-mimpi-malam-kemari-memberontak-bersama","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2023-07-30 04:25:28","post_modified_gmt":"2023-07-30 04:25:28","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/www.anotasiar.com\/ie\/?p=8496","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":false,"total_page":1},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"jnews_block_3"};

Page 1 of 2 1 2
\n

Editor: M Yusrifar<\/p>\n","post_title":"Suara dari jalanan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"suara-dari-jalanan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2025-08-16 23:15:52","post_modified_gmt":"2025-08-16 23:15:52","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/www.anotasiar.com\/ie\/?p=9842","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":9821,"post_author":"2","post_date":"2025-07-28 08:50:53","post_date_gmt":"2025-07-28 08:50:53","post_content":"\n

negara ini sering sunyi dalam ramai
suara-suara tinggi, tapi makna hilang di antara sorak
di layar, kita saling memaki
di jalan, kita saling bertahan hidup<\/p>\n\n\n\n

kemarin tanah longsor membawa rumah
hari ini harga naik,
dan besok\u2014mungkin suara kita lagi yang tenggelam<\/p>\n\n\n\n

anak-anak sekolah di pinggir sungai
sementara istana dibangun lebih tinggi
kami menonton berita seperti menonton luka
tapi tetap saja berharap pada pagi<\/p>\n\n\n\n

negara ini belum kalah
tapi lelah,
seperti ibu yang tetap masak meski dapur sudah dingin
seperti ayah yang tetap tersenyum
meski gaji tak cukup untuk mimpi<\/p>\n\n\n\n

tak apa, kita tidak sedang baik-baik saja
tapi kita juga belum menyerah
karena tanah ini,
meski bergetar,
masih bisa ditanam doa
dan doa yang tumbuh, tak akan sia-sia<\/p>\n\n\n\n

Penulis: Rahmawaty<\/p>\n\n\n\n

Editor: M Yusrifar<\/p>\n","post_title":"Tanah yang Masih Bergetar","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"9821","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2025-07-28 08:51:38","post_modified_gmt":"2025-07-28 08:51:38","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/www.anotasiar.com\/ie\/?p=9821","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":8928,"post_author":"2","post_date":"2024-03-24 05:15:08","post_date_gmt":"2024-03-24 05:15:08","post_content":"

Sajak: Ko Bukan Monyet<\/strong><\/p>\r\nMereka menyebut ko monyet\r\nMungkin dari perawakan ko yang mereka anggap seperti monyet\r\nTapi ko bukanlah monyet\r\nHanya seperti monyet\r\nMonyet yang ingin hidup damai di habitat\r\n\r\nMereka memanggil ko monyet\r\nMungkin dari perawakan ko yang mereka lihat seperti monyet\r\nTapi ko bukanlah monyet\r\nHanya seperti monyet\r\nMonyet yang akan memberontak ketika terganggu di habitat\r\nDan tak akan mengganggu ketika tak terganggu di habitat\r\n\r\nMereka menganggap ko monyet\r\nMungkin karena hitam ko punya kulit\r\nTapi ko bukanlah monyet\r\nHanya seperti monyet\r\nYang ingin dijadikan monyet oleh si monyet\r\nSi monyet yang ingin membabat habis ko punya habitat\r\n\r\nKo yang mereka sebut monyet butuh makan\r\nMereka yang monyet juga butuh makan\r\nSial bagi ko, si monyet terus memaksa ko untuk menjadi monyet\r\n\r\nSegala cara akan si monyet lakukan\r\nMembodohi, menyiksa bahkan membunuhmu\r\nMenjarah habitatmu adalah harga mati bagi si monyet\r\n\r\nWalau kau tahu si monyet memang serakah\r\nSelalu ingin menjarah kau punya rumah\r\nTetaplah berdendang dengan menggunakan tifa\r\nHingga kau merdeka\r\nMerdeka dari monyet yang ingin memonyetkanmu\r\n\r\nPenulis: DitootiD<\/strong>","post_title":"Sajak: Ko Bukan Monyet","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"sajak-ko-bukan-monyet","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-03-24 05:15:08","post_modified_gmt":"2024-03-24 05:15:08","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/www.anotasiar.com\/ie\/?p=8928","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":8659,"post_author":"2","post_date":"2023-11-27 11:18:56","post_date_gmt":"2023-11-27 11:18:56","post_content":"Sajak Rindu Untuk Mu\r\n\r\nOleh : Ridha Muhammad\r\n\r\n \r\n\r\nDalam irama kata yang kususun dengan indah,\r\nBibir yang berkata, kisah membebaskan diri dalam bisikan sunyi.\r\nRasa yang merajut, melukis diriku dalam kesunyian yang mendalam,\r\nRindu yang mengalun, sebagaimana sungai yang mengalir.\r\n\r\nSemua itu karena kamu,\r\nKarena kamu yang kurindu,\r\nKarena kamu yang kucinta,\r\nKarena kamu, rasa itu ada.\r\n\r\nKamu tahu,\r\nAku gila tanpa sadar,\r\nAku luka tanpa penawar,\r\nAku derita tanpa bahagia,\r\nAku gelap tanpa cahaya.\r\n\r\nHarus kukatakan,\r\nSenja adalah gambaran dirimu,\r\nTak tersentuh oleh genggaman jemariku,\r\nTak bisa teraih oleh jutaan rindu.\r\n\r\nTerkadang,\r\nAku ingin menjadi bulan purnama,\r\n\r\nMembias cahaya indahmu,\r\nBersinar bak rembulan yang terang benderang.\r\n\r\nMeski sunyi terasa, tetap kukisahkan kerinduanku,\r\nDalam serpihan kisah yang tak kunjung padam,\r\nNamamu terus mengalun, bersama detak jantung yang berdentum.\r\nDengan bayanganmu, namamu abadi dalam kalbu.","post_title":"Sajak Rindu Untuk Mu","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"sajak-rindu-untuk-mu","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2023-11-27 11:18:56","post_modified_gmt":"2023-11-27 11:18:56","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/www.anotasiar.com\/ie\/?p=8659","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":8653,"post_author":"2","post_date":"2023-11-26 07:33:43","post_date_gmt":"2023-11-26 07:33:43","post_content":"Sang Kekasih\r\n\r\nGemerlap senja akan hilang\r\nKunikmati setiap detik yang tersisa\r\nAku sadar bertemu denganmu sangat berarti\r\nDenganmu aku mengenal cinta dengan bahagia\r\n\r\nSaat rembulan mulai bersinar\r\nBeberapa bintang ikut menyinari\r\nSaat diriku sedang tertidur\r\nBayang dirimu senantiasa kesana kemari\r\n\r\nAngin malam yang bertiup\r\nMenggelitik setiap kulit yang ia sentuh\r\nUcapan kasih sayang padamu selalu terselip\r\nTerus bersama hingga nanti sang kekasih\r\n\r\n \r\n\r\nPenulis: Hulwana","post_title":"Sang Kekasih","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"sang-kekasih","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2023-11-26 07:33:53","post_modified_gmt":"2023-11-26 07:33:53","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/www.anotasiar.com\/ie\/?p=8653","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":8535,"post_author":"2","post_date":"2023-08-13 11:20:31","post_date_gmt":"2023-08-13 11:20:31","post_content":"Angin sore tiba-tiba berembus pelan, bertamasya memberi isyarat agar segera berhenti mengejar gendola.Tiba disore itu, mataku gelagapan mencari terang, meraba kenyataan, perihal percakapan yang terdengar sepintas, bahwa isi puisiku telah jatuh ke dekapan orang lain.\r\n\r\nSangat menyebalkan, saat tawa mulai mekar tiba-tiba kembali diterjang oleh kecewa yang serupa.seolah semesta kembali mengajarkan cara memeluk diri sendiri, tanpa pernah membiarkan sejenak berteduh dibawah rindang cinta yang menyegarkan.\r\n\r\nKetidak beranianku mengikatmu memberi ruang bagi orang asing mendekatimu. Pantas saja jika orang asing, sudah lebih dahulu menyodorkan cinta yang segara kau terima dengan hangat.\r\n\r\nSebab, keberaniannya jauh melampaui cakrawala. Sebab, tanpa menunggu aba-aba segera membawa sebongkah bunga mawar bersisakan duri di peruntukkan bagiku.\r\n\r\nTidak seperti aku yang bebal, terlalu banyak neko-neko bak filsuf menyusun algoritma sebelum memulai laga arena diatas hamparan lautan cinta.\r\n\r\nTapi, tak mengapa. Kataku \"Selamat\" meski dalam keadaan terpaksa.\r\n\r\n \r\n\r\nPenulis: Ahmad Syarif\r\n\r\n ","post_title":"Selamat","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"selamat","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2023-08-13 11:22:48","post_modified_gmt":"2023-08-13 11:22:48","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/www.anotasiar.com\/ie\/?p=8535","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":8510,"post_author":"2","post_date":"2023-08-01 07:36:24","post_date_gmt":"2023-08-01 07:36:24","post_content":"Perihal kamu, rupa pria yang tertata\r\nTata rias matamu, tata rias rambutmu, tata rias wajahmu, semuanya tentang kau dan senja dikala sore, ini tentang anggapan\r\nTak tahu lagi harus bagaimana melukis harapan\r\nRindu ini tak kunjung padam, ku harus bagaimana\r\nMerindumu menjadi rutinitas malamku, hatiku kian merana\r\nAkankah ada cara menuntaskan segala rupa mengesalkan ini?\r\nBagaimana mungkin tak merindukan sosokmu\r\nsosok pria yang sudah tak mampu aku menikmati parasnya, yang tak mampu lagi aku menemani malamnya, yang tak mampu lagi aku menggengam tangannya,\r\nyang hanya kerap mengulik kenangannya\r\nBagaimana jika yang mampu aku lakukan hanyalah sebatas meramu doa, agar sampai kepada sang pemilik kerinduan dihati ini\r\nBagaimana kau disana?\r\nBagaimana dengan hari-harimu?\r\nApa gerangan yang kau lakukan, ketika tanggal lima menyilih tanggal enam?\r\nbagaimana kabarmu bersama heningnya malam?\r\nRindukah kau padaku?\r\nPada kami?\r\nPada orang-orang yang senantiasa menyanyangimu?\r\nAku gila, piluh, kesedihan ku beragam, terkutuk oleh kesedihan, rindu tak pernah teralih\r\nAku takut kesedihan, bersamamu mengadu kasih\r\nAku merindukanmu, menunggu kabarmu\r\nBagaimana dengan hari-harimu?\r\nBukankah di hari itu kau mengaku cinta padaku?\r\nBerhari-hari cerita romantis kita habis di perbincangkan di gedung sana\r\nLihatlah sekarang aku merana\r\nTak ada kesempatan untuk berdua lagi menatap keindahan kota yang kaku\r\nSungguh rindu ini sulit lepas di benakku\r\nJika bukan semerbak bunga yang kau tinggalkan, ruang rindu abadi dihatiku mungkin tak hanya berotasi padamu saja.\r\n\r\n \r\n\r\nPenulis: Annisa Azzahra","post_title":"Tentang Jarak: Melampiaskan Rindu Melalui Tulisan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"tentang-jarak-melampiaskan-rindu-melalui-tulisan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2023-08-01 07:43:32","post_modified_gmt":"2023-08-01 07:43:32","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/www.anotasiar.com\/ie\/?p=8510","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":8496,"post_author":"2","post_date":"2023-07-30 03:54:03","post_date_gmt":"2023-07-30 03:54:03","post_content":"Malam yang terasa dingin dan sunyi ini, ku hadirkan dengan sebuah ilusi dan mimpi\r\n\r\nBerjalan-jalan dan menikmati di dalam mimpi yang begitu sangat indah\r\n\r\nDi sana, kita bersama, mesra, pada akhirnya berbahagia\r\n\r\nNamun, hanya dalam kenyataan mimpiku tak mampu menggapainya\r\n\r\n \r\n\r\nKita berlari melintasi taman yang begitu indah\r\n\r\nMelihat bunga yang mekar menjadi metafora bahwa kita akan tumbuh dan berkembang sepanjang hidup\r\n\r\nSenyummu memancar seperti matahari di pagi hari\r\n\r\nNamun, itu hanyalah sebuah ilusi yang tak dapat terwujud\r\n\r\n \r\n\r\nKita mendengarkan instrumen musik begitu sedap di telinga\r\n\r\nCobalah lagu pendengar setiamu, hal selalu membawa tenang ketika berduduk sendiri di telaga\r\n\r\nKita bernyanyi bersama di bawah gemerlap rembulan yang menerangi seluruh alam semesta\r\n\r\nNamun, itu hanyalah sebuah imaji yang tak dapat tercipta\r\n\r\n \r\n\r\nKebersamaan kita, dalam dunia khayal ini nyata ada nya\r\n\r\nNamun pada saat aku membuka mata, tak ada yang menjadi kenyataan\r\n\r\nKita hanya bertemu di mimpi-mimpi telanjangku pada saat aku menutup mataku untuk memperistirahatkan tubuhku sejenak\r\n\r\nDan kembali hidup dalam kehampaan dan kerinduan di manapun aku berpijak\r\n\r\n \r\n\r\nKita menjalani sebuah kisah, perjalanan yang begitu meninggalkan kesan yang sangat mendalam\r\n\r\nEntah di tuangkan ke dalam bentuk apapun pasti tidak akan menyerupai sebuah mimpi dan ilusi yang terpendam\r\n\r\n \r\n\r\nNamun sayang seribu harapan\r\n\r\nDiri ku hanya mampu beragan-angan\r\n\r\nMenapaki sepanjang pelataran sekretariat ini\r\n\r\nMewujudkan salah satu mimpi agar kau menghampiriku disini\r\n\r\nAkankah ada ruang untuk kita bertemu\r\n\r\nAkankah ada waktu untuk kita bercumbu dan merayu\r\n\r\nSemoga esok kita berjumpa kembali bersamamu\r\n\r\nJalanan menjadi saksi semua mimpiku\r\n\r\nSuaraku menggelegar di sepanjang kota\r\n\r\nMarahku ingin disaksikan olehmu\r\n\r\nBerteriak mencaci kebijakan pemerintahmu\r\n\r\nIni bunga untukmu kupersembahkan sukaku padamu\r\n\r\n \r\n\r\nKita berlari mengejar impian\r\n\r\nMenggapai sejengkal kehidupan\r\n\r\nBersamamu aku tenang dalam kesepian\r\n\r\nAku mencintai kebersamaan, itulah mengapa aku menaruh harapan.\r\n\r\n \r\n\r\nPenulis: Syarif Hidayatullah","post_title":"Melintasi mimpi malam: Kemari memberontak bersama","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"melintasi-mimpi-malam-kemari-memberontak-bersama","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2023-07-30 04:25:28","post_modified_gmt":"2023-07-30 04:25:28","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/www.anotasiar.com\/ie\/?p=8496","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":false,"total_page":1},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"jnews_block_3"};

Page 1 of 2 1 2
\n

Penulis: Rahmawaty<\/p>\n\n\n\n

Editor: M Yusrifar<\/p>\n","post_title":"Suara dari jalanan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"suara-dari-jalanan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2025-08-16 23:15:52","post_modified_gmt":"2025-08-16 23:15:52","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/www.anotasiar.com\/ie\/?p=9842","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":9821,"post_author":"2","post_date":"2025-07-28 08:50:53","post_date_gmt":"2025-07-28 08:50:53","post_content":"\n

negara ini sering sunyi dalam ramai
suara-suara tinggi, tapi makna hilang di antara sorak
di layar, kita saling memaki
di jalan, kita saling bertahan hidup<\/p>\n\n\n\n

kemarin tanah longsor membawa rumah
hari ini harga naik,
dan besok\u2014mungkin suara kita lagi yang tenggelam<\/p>\n\n\n\n

anak-anak sekolah di pinggir sungai
sementara istana dibangun lebih tinggi
kami menonton berita seperti menonton luka
tapi tetap saja berharap pada pagi<\/p>\n\n\n\n

negara ini belum kalah
tapi lelah,
seperti ibu yang tetap masak meski dapur sudah dingin
seperti ayah yang tetap tersenyum
meski gaji tak cukup untuk mimpi<\/p>\n\n\n\n

tak apa, kita tidak sedang baik-baik saja
tapi kita juga belum menyerah
karena tanah ini,
meski bergetar,
masih bisa ditanam doa
dan doa yang tumbuh, tak akan sia-sia<\/p>\n\n\n\n

Penulis: Rahmawaty<\/p>\n\n\n\n

Editor: M Yusrifar<\/p>\n","post_title":"Tanah yang Masih Bergetar","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"9821","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2025-07-28 08:51:38","post_modified_gmt":"2025-07-28 08:51:38","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/www.anotasiar.com\/ie\/?p=9821","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":8928,"post_author":"2","post_date":"2024-03-24 05:15:08","post_date_gmt":"2024-03-24 05:15:08","post_content":"

Sajak: Ko Bukan Monyet<\/strong><\/p>\r\nMereka menyebut ko monyet\r\nMungkin dari perawakan ko yang mereka anggap seperti monyet\r\nTapi ko bukanlah monyet\r\nHanya seperti monyet\r\nMonyet yang ingin hidup damai di habitat\r\n\r\nMereka memanggil ko monyet\r\nMungkin dari perawakan ko yang mereka lihat seperti monyet\r\nTapi ko bukanlah monyet\r\nHanya seperti monyet\r\nMonyet yang akan memberontak ketika terganggu di habitat\r\nDan tak akan mengganggu ketika tak terganggu di habitat\r\n\r\nMereka menganggap ko monyet\r\nMungkin karena hitam ko punya kulit\r\nTapi ko bukanlah monyet\r\nHanya seperti monyet\r\nYang ingin dijadikan monyet oleh si monyet\r\nSi monyet yang ingin membabat habis ko punya habitat\r\n\r\nKo yang mereka sebut monyet butuh makan\r\nMereka yang monyet juga butuh makan\r\nSial bagi ko, si monyet terus memaksa ko untuk menjadi monyet\r\n\r\nSegala cara akan si monyet lakukan\r\nMembodohi, menyiksa bahkan membunuhmu\r\nMenjarah habitatmu adalah harga mati bagi si monyet\r\n\r\nWalau kau tahu si monyet memang serakah\r\nSelalu ingin menjarah kau punya rumah\r\nTetaplah berdendang dengan menggunakan tifa\r\nHingga kau merdeka\r\nMerdeka dari monyet yang ingin memonyetkanmu\r\n\r\nPenulis: DitootiD<\/strong>","post_title":"Sajak: Ko Bukan Monyet","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"sajak-ko-bukan-monyet","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-03-24 05:15:08","post_modified_gmt":"2024-03-24 05:15:08","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/www.anotasiar.com\/ie\/?p=8928","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":8659,"post_author":"2","post_date":"2023-11-27 11:18:56","post_date_gmt":"2023-11-27 11:18:56","post_content":"Sajak Rindu Untuk Mu\r\n\r\nOleh : Ridha Muhammad\r\n\r\n \r\n\r\nDalam irama kata yang kususun dengan indah,\r\nBibir yang berkata, kisah membebaskan diri dalam bisikan sunyi.\r\nRasa yang merajut, melukis diriku dalam kesunyian yang mendalam,\r\nRindu yang mengalun, sebagaimana sungai yang mengalir.\r\n\r\nSemua itu karena kamu,\r\nKarena kamu yang kurindu,\r\nKarena kamu yang kucinta,\r\nKarena kamu, rasa itu ada.\r\n\r\nKamu tahu,\r\nAku gila tanpa sadar,\r\nAku luka tanpa penawar,\r\nAku derita tanpa bahagia,\r\nAku gelap tanpa cahaya.\r\n\r\nHarus kukatakan,\r\nSenja adalah gambaran dirimu,\r\nTak tersentuh oleh genggaman jemariku,\r\nTak bisa teraih oleh jutaan rindu.\r\n\r\nTerkadang,\r\nAku ingin menjadi bulan purnama,\r\n\r\nMembias cahaya indahmu,\r\nBersinar bak rembulan yang terang benderang.\r\n\r\nMeski sunyi terasa, tetap kukisahkan kerinduanku,\r\nDalam serpihan kisah yang tak kunjung padam,\r\nNamamu terus mengalun, bersama detak jantung yang berdentum.\r\nDengan bayanganmu, namamu abadi dalam kalbu.","post_title":"Sajak Rindu Untuk Mu","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"sajak-rindu-untuk-mu","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2023-11-27 11:18:56","post_modified_gmt":"2023-11-27 11:18:56","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/www.anotasiar.com\/ie\/?p=8659","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":8653,"post_author":"2","post_date":"2023-11-26 07:33:43","post_date_gmt":"2023-11-26 07:33:43","post_content":"Sang Kekasih\r\n\r\nGemerlap senja akan hilang\r\nKunikmati setiap detik yang tersisa\r\nAku sadar bertemu denganmu sangat berarti\r\nDenganmu aku mengenal cinta dengan bahagia\r\n\r\nSaat rembulan mulai bersinar\r\nBeberapa bintang ikut menyinari\r\nSaat diriku sedang tertidur\r\nBayang dirimu senantiasa kesana kemari\r\n\r\nAngin malam yang bertiup\r\nMenggelitik setiap kulit yang ia sentuh\r\nUcapan kasih sayang padamu selalu terselip\r\nTerus bersama hingga nanti sang kekasih\r\n\r\n \r\n\r\nPenulis: Hulwana","post_title":"Sang Kekasih","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"sang-kekasih","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2023-11-26 07:33:53","post_modified_gmt":"2023-11-26 07:33:53","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/www.anotasiar.com\/ie\/?p=8653","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":8535,"post_author":"2","post_date":"2023-08-13 11:20:31","post_date_gmt":"2023-08-13 11:20:31","post_content":"Angin sore tiba-tiba berembus pelan, bertamasya memberi isyarat agar segera berhenti mengejar gendola.Tiba disore itu, mataku gelagapan mencari terang, meraba kenyataan, perihal percakapan yang terdengar sepintas, bahwa isi puisiku telah jatuh ke dekapan orang lain.\r\n\r\nSangat menyebalkan, saat tawa mulai mekar tiba-tiba kembali diterjang oleh kecewa yang serupa.seolah semesta kembali mengajarkan cara memeluk diri sendiri, tanpa pernah membiarkan sejenak berteduh dibawah rindang cinta yang menyegarkan.\r\n\r\nKetidak beranianku mengikatmu memberi ruang bagi orang asing mendekatimu. Pantas saja jika orang asing, sudah lebih dahulu menyodorkan cinta yang segara kau terima dengan hangat.\r\n\r\nSebab, keberaniannya jauh melampaui cakrawala. Sebab, tanpa menunggu aba-aba segera membawa sebongkah bunga mawar bersisakan duri di peruntukkan bagiku.\r\n\r\nTidak seperti aku yang bebal, terlalu banyak neko-neko bak filsuf menyusun algoritma sebelum memulai laga arena diatas hamparan lautan cinta.\r\n\r\nTapi, tak mengapa. Kataku \"Selamat\" meski dalam keadaan terpaksa.\r\n\r\n \r\n\r\nPenulis: Ahmad Syarif\r\n\r\n ","post_title":"Selamat","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"selamat","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2023-08-13 11:22:48","post_modified_gmt":"2023-08-13 11:22:48","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/www.anotasiar.com\/ie\/?p=8535","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":8510,"post_author":"2","post_date":"2023-08-01 07:36:24","post_date_gmt":"2023-08-01 07:36:24","post_content":"Perihal kamu, rupa pria yang tertata\r\nTata rias matamu, tata rias rambutmu, tata rias wajahmu, semuanya tentang kau dan senja dikala sore, ini tentang anggapan\r\nTak tahu lagi harus bagaimana melukis harapan\r\nRindu ini tak kunjung padam, ku harus bagaimana\r\nMerindumu menjadi rutinitas malamku, hatiku kian merana\r\nAkankah ada cara menuntaskan segala rupa mengesalkan ini?\r\nBagaimana mungkin tak merindukan sosokmu\r\nsosok pria yang sudah tak mampu aku menikmati parasnya, yang tak mampu lagi aku menemani malamnya, yang tak mampu lagi aku menggengam tangannya,\r\nyang hanya kerap mengulik kenangannya\r\nBagaimana jika yang mampu aku lakukan hanyalah sebatas meramu doa, agar sampai kepada sang pemilik kerinduan dihati ini\r\nBagaimana kau disana?\r\nBagaimana dengan hari-harimu?\r\nApa gerangan yang kau lakukan, ketika tanggal lima menyilih tanggal enam?\r\nbagaimana kabarmu bersama heningnya malam?\r\nRindukah kau padaku?\r\nPada kami?\r\nPada orang-orang yang senantiasa menyanyangimu?\r\nAku gila, piluh, kesedihan ku beragam, terkutuk oleh kesedihan, rindu tak pernah teralih\r\nAku takut kesedihan, bersamamu mengadu kasih\r\nAku merindukanmu, menunggu kabarmu\r\nBagaimana dengan hari-harimu?\r\nBukankah di hari itu kau mengaku cinta padaku?\r\nBerhari-hari cerita romantis kita habis di perbincangkan di gedung sana\r\nLihatlah sekarang aku merana\r\nTak ada kesempatan untuk berdua lagi menatap keindahan kota yang kaku\r\nSungguh rindu ini sulit lepas di benakku\r\nJika bukan semerbak bunga yang kau tinggalkan, ruang rindu abadi dihatiku mungkin tak hanya berotasi padamu saja.\r\n\r\n \r\n\r\nPenulis: Annisa Azzahra","post_title":"Tentang Jarak: Melampiaskan Rindu Melalui Tulisan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"tentang-jarak-melampiaskan-rindu-melalui-tulisan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2023-08-01 07:43:32","post_modified_gmt":"2023-08-01 07:43:32","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/www.anotasiar.com\/ie\/?p=8510","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":8496,"post_author":"2","post_date":"2023-07-30 03:54:03","post_date_gmt":"2023-07-30 03:54:03","post_content":"Malam yang terasa dingin dan sunyi ini, ku hadirkan dengan sebuah ilusi dan mimpi\r\n\r\nBerjalan-jalan dan menikmati di dalam mimpi yang begitu sangat indah\r\n\r\nDi sana, kita bersama, mesra, pada akhirnya berbahagia\r\n\r\nNamun, hanya dalam kenyataan mimpiku tak mampu menggapainya\r\n\r\n \r\n\r\nKita berlari melintasi taman yang begitu indah\r\n\r\nMelihat bunga yang mekar menjadi metafora bahwa kita akan tumbuh dan berkembang sepanjang hidup\r\n\r\nSenyummu memancar seperti matahari di pagi hari\r\n\r\nNamun, itu hanyalah sebuah ilusi yang tak dapat terwujud\r\n\r\n \r\n\r\nKita mendengarkan instrumen musik begitu sedap di telinga\r\n\r\nCobalah lagu pendengar setiamu, hal selalu membawa tenang ketika berduduk sendiri di telaga\r\n\r\nKita bernyanyi bersama di bawah gemerlap rembulan yang menerangi seluruh alam semesta\r\n\r\nNamun, itu hanyalah sebuah imaji yang tak dapat tercipta\r\n\r\n \r\n\r\nKebersamaan kita, dalam dunia khayal ini nyata ada nya\r\n\r\nNamun pada saat aku membuka mata, tak ada yang menjadi kenyataan\r\n\r\nKita hanya bertemu di mimpi-mimpi telanjangku pada saat aku menutup mataku untuk memperistirahatkan tubuhku sejenak\r\n\r\nDan kembali hidup dalam kehampaan dan kerinduan di manapun aku berpijak\r\n\r\n \r\n\r\nKita menjalani sebuah kisah, perjalanan yang begitu meninggalkan kesan yang sangat mendalam\r\n\r\nEntah di tuangkan ke dalam bentuk apapun pasti tidak akan menyerupai sebuah mimpi dan ilusi yang terpendam\r\n\r\n \r\n\r\nNamun sayang seribu harapan\r\n\r\nDiri ku hanya mampu beragan-angan\r\n\r\nMenapaki sepanjang pelataran sekretariat ini\r\n\r\nMewujudkan salah satu mimpi agar kau menghampiriku disini\r\n\r\nAkankah ada ruang untuk kita bertemu\r\n\r\nAkankah ada waktu untuk kita bercumbu dan merayu\r\n\r\nSemoga esok kita berjumpa kembali bersamamu\r\n\r\nJalanan menjadi saksi semua mimpiku\r\n\r\nSuaraku menggelegar di sepanjang kota\r\n\r\nMarahku ingin disaksikan olehmu\r\n\r\nBerteriak mencaci kebijakan pemerintahmu\r\n\r\nIni bunga untukmu kupersembahkan sukaku padamu\r\n\r\n \r\n\r\nKita berlari mengejar impian\r\n\r\nMenggapai sejengkal kehidupan\r\n\r\nBersamamu aku tenang dalam kesepian\r\n\r\nAku mencintai kebersamaan, itulah mengapa aku menaruh harapan.\r\n\r\n \r\n\r\nPenulis: Syarif Hidayatullah","post_title":"Melintasi mimpi malam: Kemari memberontak bersama","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"melintasi-mimpi-malam-kemari-memberontak-bersama","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2023-07-30 04:25:28","post_modified_gmt":"2023-07-30 04:25:28","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/www.anotasiar.com\/ie\/?p=8496","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":false,"total_page":1},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"jnews_block_3"};

Page 1 of 2 1 2
\n

Dan apabila suara ini belum juga didengar,
jalan tetap akan menjadi ruang terbuka
bagi kebenaran yang enggan dipadamkan,
sebab suara dari jalanan
adalah suara yang paling jujur
tentang negeri yang belum selesai belajar menghargai manusia.<\/p>\n\n\n\n

Penulis: Rahmawaty<\/p>\n\n\n\n

Editor: M Yusrifar<\/p>\n","post_title":"Suara dari jalanan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"suara-dari-jalanan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2025-08-16 23:15:52","post_modified_gmt":"2025-08-16 23:15:52","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/www.anotasiar.com\/ie\/?p=9842","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":9821,"post_author":"2","post_date":"2025-07-28 08:50:53","post_date_gmt":"2025-07-28 08:50:53","post_content":"\n

negara ini sering sunyi dalam ramai
suara-suara tinggi, tapi makna hilang di antara sorak
di layar, kita saling memaki
di jalan, kita saling bertahan hidup<\/p>\n\n\n\n

kemarin tanah longsor membawa rumah
hari ini harga naik,
dan besok\u2014mungkin suara kita lagi yang tenggelam<\/p>\n\n\n\n

anak-anak sekolah di pinggir sungai
sementara istana dibangun lebih tinggi
kami menonton berita seperti menonton luka
tapi tetap saja berharap pada pagi<\/p>\n\n\n\n

negara ini belum kalah
tapi lelah,
seperti ibu yang tetap masak meski dapur sudah dingin
seperti ayah yang tetap tersenyum
meski gaji tak cukup untuk mimpi<\/p>\n\n\n\n

tak apa, kita tidak sedang baik-baik saja
tapi kita juga belum menyerah
karena tanah ini,
meski bergetar,
masih bisa ditanam doa
dan doa yang tumbuh, tak akan sia-sia<\/p>\n\n\n\n

Penulis: Rahmawaty<\/p>\n\n\n\n

Editor: M Yusrifar<\/p>\n","post_title":"Tanah yang Masih Bergetar","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"9821","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2025-07-28 08:51:38","post_modified_gmt":"2025-07-28 08:51:38","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/www.anotasiar.com\/ie\/?p=9821","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":8928,"post_author":"2","post_date":"2024-03-24 05:15:08","post_date_gmt":"2024-03-24 05:15:08","post_content":"

Sajak: Ko Bukan Monyet<\/strong><\/p>\r\nMereka menyebut ko monyet\r\nMungkin dari perawakan ko yang mereka anggap seperti monyet\r\nTapi ko bukanlah monyet\r\nHanya seperti monyet\r\nMonyet yang ingin hidup damai di habitat\r\n\r\nMereka memanggil ko monyet\r\nMungkin dari perawakan ko yang mereka lihat seperti monyet\r\nTapi ko bukanlah monyet\r\nHanya seperti monyet\r\nMonyet yang akan memberontak ketika terganggu di habitat\r\nDan tak akan mengganggu ketika tak terganggu di habitat\r\n\r\nMereka menganggap ko monyet\r\nMungkin karena hitam ko punya kulit\r\nTapi ko bukanlah monyet\r\nHanya seperti monyet\r\nYang ingin dijadikan monyet oleh si monyet\r\nSi monyet yang ingin membabat habis ko punya habitat\r\n\r\nKo yang mereka sebut monyet butuh makan\r\nMereka yang monyet juga butuh makan\r\nSial bagi ko, si monyet terus memaksa ko untuk menjadi monyet\r\n\r\nSegala cara akan si monyet lakukan\r\nMembodohi, menyiksa bahkan membunuhmu\r\nMenjarah habitatmu adalah harga mati bagi si monyet\r\n\r\nWalau kau tahu si monyet memang serakah\r\nSelalu ingin menjarah kau punya rumah\r\nTetaplah berdendang dengan menggunakan tifa\r\nHingga kau merdeka\r\nMerdeka dari monyet yang ingin memonyetkanmu\r\n\r\nPenulis: DitootiD<\/strong>","post_title":"Sajak: Ko Bukan Monyet","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"sajak-ko-bukan-monyet","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-03-24 05:15:08","post_modified_gmt":"2024-03-24 05:15:08","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/www.anotasiar.com\/ie\/?p=8928","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":8659,"post_author":"2","post_date":"2023-11-27 11:18:56","post_date_gmt":"2023-11-27 11:18:56","post_content":"Sajak Rindu Untuk Mu\r\n\r\nOleh : Ridha Muhammad\r\n\r\n \r\n\r\nDalam irama kata yang kususun dengan indah,\r\nBibir yang berkata, kisah membebaskan diri dalam bisikan sunyi.\r\nRasa yang merajut, melukis diriku dalam kesunyian yang mendalam,\r\nRindu yang mengalun, sebagaimana sungai yang mengalir.\r\n\r\nSemua itu karena kamu,\r\nKarena kamu yang kurindu,\r\nKarena kamu yang kucinta,\r\nKarena kamu, rasa itu ada.\r\n\r\nKamu tahu,\r\nAku gila tanpa sadar,\r\nAku luka tanpa penawar,\r\nAku derita tanpa bahagia,\r\nAku gelap tanpa cahaya.\r\n\r\nHarus kukatakan,\r\nSenja adalah gambaran dirimu,\r\nTak tersentuh oleh genggaman jemariku,\r\nTak bisa teraih oleh jutaan rindu.\r\n\r\nTerkadang,\r\nAku ingin menjadi bulan purnama,\r\n\r\nMembias cahaya indahmu,\r\nBersinar bak rembulan yang terang benderang.\r\n\r\nMeski sunyi terasa, tetap kukisahkan kerinduanku,\r\nDalam serpihan kisah yang tak kunjung padam,\r\nNamamu terus mengalun, bersama detak jantung yang berdentum.\r\nDengan bayanganmu, namamu abadi dalam kalbu.","post_title":"Sajak Rindu Untuk Mu","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"sajak-rindu-untuk-mu","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2023-11-27 11:18:56","post_modified_gmt":"2023-11-27 11:18:56","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/www.anotasiar.com\/ie\/?p=8659","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":8653,"post_author":"2","post_date":"2023-11-26 07:33:43","post_date_gmt":"2023-11-26 07:33:43","post_content":"Sang Kekasih\r\n\r\nGemerlap senja akan hilang\r\nKunikmati setiap detik yang tersisa\r\nAku sadar bertemu denganmu sangat berarti\r\nDenganmu aku mengenal cinta dengan bahagia\r\n\r\nSaat rembulan mulai bersinar\r\nBeberapa bintang ikut menyinari\r\nSaat diriku sedang tertidur\r\nBayang dirimu senantiasa kesana kemari\r\n\r\nAngin malam yang bertiup\r\nMenggelitik setiap kulit yang ia sentuh\r\nUcapan kasih sayang padamu selalu terselip\r\nTerus bersama hingga nanti sang kekasih\r\n\r\n \r\n\r\nPenulis: Hulwana","post_title":"Sang Kekasih","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"sang-kekasih","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2023-11-26 07:33:53","post_modified_gmt":"2023-11-26 07:33:53","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/www.anotasiar.com\/ie\/?p=8653","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":8535,"post_author":"2","post_date":"2023-08-13 11:20:31","post_date_gmt":"2023-08-13 11:20:31","post_content":"Angin sore tiba-tiba berembus pelan, bertamasya memberi isyarat agar segera berhenti mengejar gendola.Tiba disore itu, mataku gelagapan mencari terang, meraba kenyataan, perihal percakapan yang terdengar sepintas, bahwa isi puisiku telah jatuh ke dekapan orang lain.\r\n\r\nSangat menyebalkan, saat tawa mulai mekar tiba-tiba kembali diterjang oleh kecewa yang serupa.seolah semesta kembali mengajarkan cara memeluk diri sendiri, tanpa pernah membiarkan sejenak berteduh dibawah rindang cinta yang menyegarkan.\r\n\r\nKetidak beranianku mengikatmu memberi ruang bagi orang asing mendekatimu. Pantas saja jika orang asing, sudah lebih dahulu menyodorkan cinta yang segara kau terima dengan hangat.\r\n\r\nSebab, keberaniannya jauh melampaui cakrawala. Sebab, tanpa menunggu aba-aba segera membawa sebongkah bunga mawar bersisakan duri di peruntukkan bagiku.\r\n\r\nTidak seperti aku yang bebal, terlalu banyak neko-neko bak filsuf menyusun algoritma sebelum memulai laga arena diatas hamparan lautan cinta.\r\n\r\nTapi, tak mengapa. Kataku \"Selamat\" meski dalam keadaan terpaksa.\r\n\r\n \r\n\r\nPenulis: Ahmad Syarif\r\n\r\n ","post_title":"Selamat","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"selamat","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2023-08-13 11:22:48","post_modified_gmt":"2023-08-13 11:22:48","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/www.anotasiar.com\/ie\/?p=8535","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":8510,"post_author":"2","post_date":"2023-08-01 07:36:24","post_date_gmt":"2023-08-01 07:36:24","post_content":"Perihal kamu, rupa pria yang tertata\r\nTata rias matamu, tata rias rambutmu, tata rias wajahmu, semuanya tentang kau dan senja dikala sore, ini tentang anggapan\r\nTak tahu lagi harus bagaimana melukis harapan\r\nRindu ini tak kunjung padam, ku harus bagaimana\r\nMerindumu menjadi rutinitas malamku, hatiku kian merana\r\nAkankah ada cara menuntaskan segala rupa mengesalkan ini?\r\nBagaimana mungkin tak merindukan sosokmu\r\nsosok pria yang sudah tak mampu aku menikmati parasnya, yang tak mampu lagi aku menemani malamnya, yang tak mampu lagi aku menggengam tangannya,\r\nyang hanya kerap mengulik kenangannya\r\nBagaimana jika yang mampu aku lakukan hanyalah sebatas meramu doa, agar sampai kepada sang pemilik kerinduan dihati ini\r\nBagaimana kau disana?\r\nBagaimana dengan hari-harimu?\r\nApa gerangan yang kau lakukan, ketika tanggal lima menyilih tanggal enam?\r\nbagaimana kabarmu bersama heningnya malam?\r\nRindukah kau padaku?\r\nPada kami?\r\nPada orang-orang yang senantiasa menyanyangimu?\r\nAku gila, piluh, kesedihan ku beragam, terkutuk oleh kesedihan, rindu tak pernah teralih\r\nAku takut kesedihan, bersamamu mengadu kasih\r\nAku merindukanmu, menunggu kabarmu\r\nBagaimana dengan hari-harimu?\r\nBukankah di hari itu kau mengaku cinta padaku?\r\nBerhari-hari cerita romantis kita habis di perbincangkan di gedung sana\r\nLihatlah sekarang aku merana\r\nTak ada kesempatan untuk berdua lagi menatap keindahan kota yang kaku\r\nSungguh rindu ini sulit lepas di benakku\r\nJika bukan semerbak bunga yang kau tinggalkan, ruang rindu abadi dihatiku mungkin tak hanya berotasi padamu saja.\r\n\r\n \r\n\r\nPenulis: Annisa Azzahra","post_title":"Tentang Jarak: Melampiaskan Rindu Melalui Tulisan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"tentang-jarak-melampiaskan-rindu-melalui-tulisan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2023-08-01 07:43:32","post_modified_gmt":"2023-08-01 07:43:32","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/www.anotasiar.com\/ie\/?p=8510","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":8496,"post_author":"2","post_date":"2023-07-30 03:54:03","post_date_gmt":"2023-07-30 03:54:03","post_content":"Malam yang terasa dingin dan sunyi ini, ku hadirkan dengan sebuah ilusi dan mimpi\r\n\r\nBerjalan-jalan dan menikmati di dalam mimpi yang begitu sangat indah\r\n\r\nDi sana, kita bersama, mesra, pada akhirnya berbahagia\r\n\r\nNamun, hanya dalam kenyataan mimpiku tak mampu menggapainya\r\n\r\n \r\n\r\nKita berlari melintasi taman yang begitu indah\r\n\r\nMelihat bunga yang mekar menjadi metafora bahwa kita akan tumbuh dan berkembang sepanjang hidup\r\n\r\nSenyummu memancar seperti matahari di pagi hari\r\n\r\nNamun, itu hanyalah sebuah ilusi yang tak dapat terwujud\r\n\r\n \r\n\r\nKita mendengarkan instrumen musik begitu sedap di telinga\r\n\r\nCobalah lagu pendengar setiamu, hal selalu membawa tenang ketika berduduk sendiri di telaga\r\n\r\nKita bernyanyi bersama di bawah gemerlap rembulan yang menerangi seluruh alam semesta\r\n\r\nNamun, itu hanyalah sebuah imaji yang tak dapat tercipta\r\n\r\n \r\n\r\nKebersamaan kita, dalam dunia khayal ini nyata ada nya\r\n\r\nNamun pada saat aku membuka mata, tak ada yang menjadi kenyataan\r\n\r\nKita hanya bertemu di mimpi-mimpi telanjangku pada saat aku menutup mataku untuk memperistirahatkan tubuhku sejenak\r\n\r\nDan kembali hidup dalam kehampaan dan kerinduan di manapun aku berpijak\r\n\r\n \r\n\r\nKita menjalani sebuah kisah, perjalanan yang begitu meninggalkan kesan yang sangat mendalam\r\n\r\nEntah di tuangkan ke dalam bentuk apapun pasti tidak akan menyerupai sebuah mimpi dan ilusi yang terpendam\r\n\r\n \r\n\r\nNamun sayang seribu harapan\r\n\r\nDiri ku hanya mampu beragan-angan\r\n\r\nMenapaki sepanjang pelataran sekretariat ini\r\n\r\nMewujudkan salah satu mimpi agar kau menghampiriku disini\r\n\r\nAkankah ada ruang untuk kita bertemu\r\n\r\nAkankah ada waktu untuk kita bercumbu dan merayu\r\n\r\nSemoga esok kita berjumpa kembali bersamamu\r\n\r\nJalanan menjadi saksi semua mimpiku\r\n\r\nSuaraku menggelegar di sepanjang kota\r\n\r\nMarahku ingin disaksikan olehmu\r\n\r\nBerteriak mencaci kebijakan pemerintahmu\r\n\r\nIni bunga untukmu kupersembahkan sukaku padamu\r\n\r\n \r\n\r\nKita berlari mengejar impian\r\n\r\nMenggapai sejengkal kehidupan\r\n\r\nBersamamu aku tenang dalam kesepian\r\n\r\nAku mencintai kebersamaan, itulah mengapa aku menaruh harapan.\r\n\r\n \r\n\r\nPenulis: Syarif Hidayatullah","post_title":"Melintasi mimpi malam: Kemari memberontak bersama","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"melintasi-mimpi-malam-kemari-memberontak-bersama","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2023-07-30 04:25:28","post_modified_gmt":"2023-07-30 04:25:28","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/www.anotasiar.com\/ie\/?p=8496","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":false,"total_page":1},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"jnews_block_3"};

Page 1 of 2 1 2
\n

Mereka tidak menuntut nama, kedudukan, atau pujian,
mereka hanya menginginkan keadilan
bagi mereka yang menggantungkan hidup pada upah yang layak,
bagi mereka yang bekerja tanpa rasa aman.<\/p>\n\n\n\n

Dan apabila suara ini belum juga didengar,
jalan tetap akan menjadi ruang terbuka
bagi kebenaran yang enggan dipadamkan,
sebab suara dari jalanan
adalah suara yang paling jujur
tentang negeri yang belum selesai belajar menghargai manusia.<\/p>\n\n\n\n

Penulis: Rahmawaty<\/p>\n\n\n\n

Editor: M Yusrifar<\/p>\n","post_title":"Suara dari jalanan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"suara-dari-jalanan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2025-08-16 23:15:52","post_modified_gmt":"2025-08-16 23:15:52","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/www.anotasiar.com\/ie\/?p=9842","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":9821,"post_author":"2","post_date":"2025-07-28 08:50:53","post_date_gmt":"2025-07-28 08:50:53","post_content":"\n

negara ini sering sunyi dalam ramai
suara-suara tinggi, tapi makna hilang di antara sorak
di layar, kita saling memaki
di jalan, kita saling bertahan hidup<\/p>\n\n\n\n

kemarin tanah longsor membawa rumah
hari ini harga naik,
dan besok\u2014mungkin suara kita lagi yang tenggelam<\/p>\n\n\n\n

anak-anak sekolah di pinggir sungai
sementara istana dibangun lebih tinggi
kami menonton berita seperti menonton luka
tapi tetap saja berharap pada pagi<\/p>\n\n\n\n

negara ini belum kalah
tapi lelah,
seperti ibu yang tetap masak meski dapur sudah dingin
seperti ayah yang tetap tersenyum
meski gaji tak cukup untuk mimpi<\/p>\n\n\n\n

tak apa, kita tidak sedang baik-baik saja
tapi kita juga belum menyerah
karena tanah ini,
meski bergetar,
masih bisa ditanam doa
dan doa yang tumbuh, tak akan sia-sia<\/p>\n\n\n\n

Penulis: Rahmawaty<\/p>\n\n\n\n

Editor: M Yusrifar<\/p>\n","post_title":"Tanah yang Masih Bergetar","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"9821","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2025-07-28 08:51:38","post_modified_gmt":"2025-07-28 08:51:38","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/www.anotasiar.com\/ie\/?p=9821","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":8928,"post_author":"2","post_date":"2024-03-24 05:15:08","post_date_gmt":"2024-03-24 05:15:08","post_content":"

Sajak: Ko Bukan Monyet<\/strong><\/p>\r\nMereka menyebut ko monyet\r\nMungkin dari perawakan ko yang mereka anggap seperti monyet\r\nTapi ko bukanlah monyet\r\nHanya seperti monyet\r\nMonyet yang ingin hidup damai di habitat\r\n\r\nMereka memanggil ko monyet\r\nMungkin dari perawakan ko yang mereka lihat seperti monyet\r\nTapi ko bukanlah monyet\r\nHanya seperti monyet\r\nMonyet yang akan memberontak ketika terganggu di habitat\r\nDan tak akan mengganggu ketika tak terganggu di habitat\r\n\r\nMereka menganggap ko monyet\r\nMungkin karena hitam ko punya kulit\r\nTapi ko bukanlah monyet\r\nHanya seperti monyet\r\nYang ingin dijadikan monyet oleh si monyet\r\nSi monyet yang ingin membabat habis ko punya habitat\r\n\r\nKo yang mereka sebut monyet butuh makan\r\nMereka yang monyet juga butuh makan\r\nSial bagi ko, si monyet terus memaksa ko untuk menjadi monyet\r\n\r\nSegala cara akan si monyet lakukan\r\nMembodohi, menyiksa bahkan membunuhmu\r\nMenjarah habitatmu adalah harga mati bagi si monyet\r\n\r\nWalau kau tahu si monyet memang serakah\r\nSelalu ingin menjarah kau punya rumah\r\nTetaplah berdendang dengan menggunakan tifa\r\nHingga kau merdeka\r\nMerdeka dari monyet yang ingin memonyetkanmu\r\n\r\nPenulis: DitootiD<\/strong>","post_title":"Sajak: Ko Bukan Monyet","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"sajak-ko-bukan-monyet","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-03-24 05:15:08","post_modified_gmt":"2024-03-24 05:15:08","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/www.anotasiar.com\/ie\/?p=8928","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":8659,"post_author":"2","post_date":"2023-11-27 11:18:56","post_date_gmt":"2023-11-27 11:18:56","post_content":"Sajak Rindu Untuk Mu\r\n\r\nOleh : Ridha Muhammad\r\n\r\n \r\n\r\nDalam irama kata yang kususun dengan indah,\r\nBibir yang berkata, kisah membebaskan diri dalam bisikan sunyi.\r\nRasa yang merajut, melukis diriku dalam kesunyian yang mendalam,\r\nRindu yang mengalun, sebagaimana sungai yang mengalir.\r\n\r\nSemua itu karena kamu,\r\nKarena kamu yang kurindu,\r\nKarena kamu yang kucinta,\r\nKarena kamu, rasa itu ada.\r\n\r\nKamu tahu,\r\nAku gila tanpa sadar,\r\nAku luka tanpa penawar,\r\nAku derita tanpa bahagia,\r\nAku gelap tanpa cahaya.\r\n\r\nHarus kukatakan,\r\nSenja adalah gambaran dirimu,\r\nTak tersentuh oleh genggaman jemariku,\r\nTak bisa teraih oleh jutaan rindu.\r\n\r\nTerkadang,\r\nAku ingin menjadi bulan purnama,\r\n\r\nMembias cahaya indahmu,\r\nBersinar bak rembulan yang terang benderang.\r\n\r\nMeski sunyi terasa, tetap kukisahkan kerinduanku,\r\nDalam serpihan kisah yang tak kunjung padam,\r\nNamamu terus mengalun, bersama detak jantung yang berdentum.\r\nDengan bayanganmu, namamu abadi dalam kalbu.","post_title":"Sajak Rindu Untuk Mu","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"sajak-rindu-untuk-mu","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2023-11-27 11:18:56","post_modified_gmt":"2023-11-27 11:18:56","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/www.anotasiar.com\/ie\/?p=8659","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":8653,"post_author":"2","post_date":"2023-11-26 07:33:43","post_date_gmt":"2023-11-26 07:33:43","post_content":"Sang Kekasih\r\n\r\nGemerlap senja akan hilang\r\nKunikmati setiap detik yang tersisa\r\nAku sadar bertemu denganmu sangat berarti\r\nDenganmu aku mengenal cinta dengan bahagia\r\n\r\nSaat rembulan mulai bersinar\r\nBeberapa bintang ikut menyinari\r\nSaat diriku sedang tertidur\r\nBayang dirimu senantiasa kesana kemari\r\n\r\nAngin malam yang bertiup\r\nMenggelitik setiap kulit yang ia sentuh\r\nUcapan kasih sayang padamu selalu terselip\r\nTerus bersama hingga nanti sang kekasih\r\n\r\n \r\n\r\nPenulis: Hulwana","post_title":"Sang Kekasih","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"sang-kekasih","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2023-11-26 07:33:53","post_modified_gmt":"2023-11-26 07:33:53","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/www.anotasiar.com\/ie\/?p=8653","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":8535,"post_author":"2","post_date":"2023-08-13 11:20:31","post_date_gmt":"2023-08-13 11:20:31","post_content":"Angin sore tiba-tiba berembus pelan, bertamasya memberi isyarat agar segera berhenti mengejar gendola.Tiba disore itu, mataku gelagapan mencari terang, meraba kenyataan, perihal percakapan yang terdengar sepintas, bahwa isi puisiku telah jatuh ke dekapan orang lain.\r\n\r\nSangat menyebalkan, saat tawa mulai mekar tiba-tiba kembali diterjang oleh kecewa yang serupa.seolah semesta kembali mengajarkan cara memeluk diri sendiri, tanpa pernah membiarkan sejenak berteduh dibawah rindang cinta yang menyegarkan.\r\n\r\nKetidak beranianku mengikatmu memberi ruang bagi orang asing mendekatimu. Pantas saja jika orang asing, sudah lebih dahulu menyodorkan cinta yang segara kau terima dengan hangat.\r\n\r\nSebab, keberaniannya jauh melampaui cakrawala. Sebab, tanpa menunggu aba-aba segera membawa sebongkah bunga mawar bersisakan duri di peruntukkan bagiku.\r\n\r\nTidak seperti aku yang bebal, terlalu banyak neko-neko bak filsuf menyusun algoritma sebelum memulai laga arena diatas hamparan lautan cinta.\r\n\r\nTapi, tak mengapa. Kataku \"Selamat\" meski dalam keadaan terpaksa.\r\n\r\n \r\n\r\nPenulis: Ahmad Syarif\r\n\r\n ","post_title":"Selamat","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"selamat","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2023-08-13 11:22:48","post_modified_gmt":"2023-08-13 11:22:48","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/www.anotasiar.com\/ie\/?p=8535","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":8510,"post_author":"2","post_date":"2023-08-01 07:36:24","post_date_gmt":"2023-08-01 07:36:24","post_content":"Perihal kamu, rupa pria yang tertata\r\nTata rias matamu, tata rias rambutmu, tata rias wajahmu, semuanya tentang kau dan senja dikala sore, ini tentang anggapan\r\nTak tahu lagi harus bagaimana melukis harapan\r\nRindu ini tak kunjung padam, ku harus bagaimana\r\nMerindumu menjadi rutinitas malamku, hatiku kian merana\r\nAkankah ada cara menuntaskan segala rupa mengesalkan ini?\r\nBagaimana mungkin tak merindukan sosokmu\r\nsosok pria yang sudah tak mampu aku menikmati parasnya, yang tak mampu lagi aku menemani malamnya, yang tak mampu lagi aku menggengam tangannya,\r\nyang hanya kerap mengulik kenangannya\r\nBagaimana jika yang mampu aku lakukan hanyalah sebatas meramu doa, agar sampai kepada sang pemilik kerinduan dihati ini\r\nBagaimana kau disana?\r\nBagaimana dengan hari-harimu?\r\nApa gerangan yang kau lakukan, ketika tanggal lima menyilih tanggal enam?\r\nbagaimana kabarmu bersama heningnya malam?\r\nRindukah kau padaku?\r\nPada kami?\r\nPada orang-orang yang senantiasa menyanyangimu?\r\nAku gila, piluh, kesedihan ku beragam, terkutuk oleh kesedihan, rindu tak pernah teralih\r\nAku takut kesedihan, bersamamu mengadu kasih\r\nAku merindukanmu, menunggu kabarmu\r\nBagaimana dengan hari-harimu?\r\nBukankah di hari itu kau mengaku cinta padaku?\r\nBerhari-hari cerita romantis kita habis di perbincangkan di gedung sana\r\nLihatlah sekarang aku merana\r\nTak ada kesempatan untuk berdua lagi menatap keindahan kota yang kaku\r\nSungguh rindu ini sulit lepas di benakku\r\nJika bukan semerbak bunga yang kau tinggalkan, ruang rindu abadi dihatiku mungkin tak hanya berotasi padamu saja.\r\n\r\n \r\n\r\nPenulis: Annisa Azzahra","post_title":"Tentang Jarak: Melampiaskan Rindu Melalui Tulisan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"tentang-jarak-melampiaskan-rindu-melalui-tulisan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2023-08-01 07:43:32","post_modified_gmt":"2023-08-01 07:43:32","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/www.anotasiar.com\/ie\/?p=8510","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":8496,"post_author":"2","post_date":"2023-07-30 03:54:03","post_date_gmt":"2023-07-30 03:54:03","post_content":"Malam yang terasa dingin dan sunyi ini, ku hadirkan dengan sebuah ilusi dan mimpi\r\n\r\nBerjalan-jalan dan menikmati di dalam mimpi yang begitu sangat indah\r\n\r\nDi sana, kita bersama, mesra, pada akhirnya berbahagia\r\n\r\nNamun, hanya dalam kenyataan mimpiku tak mampu menggapainya\r\n\r\n \r\n\r\nKita berlari melintasi taman yang begitu indah\r\n\r\nMelihat bunga yang mekar menjadi metafora bahwa kita akan tumbuh dan berkembang sepanjang hidup\r\n\r\nSenyummu memancar seperti matahari di pagi hari\r\n\r\nNamun, itu hanyalah sebuah ilusi yang tak dapat terwujud\r\n\r\n \r\n\r\nKita mendengarkan instrumen musik begitu sedap di telinga\r\n\r\nCobalah lagu pendengar setiamu, hal selalu membawa tenang ketika berduduk sendiri di telaga\r\n\r\nKita bernyanyi bersama di bawah gemerlap rembulan yang menerangi seluruh alam semesta\r\n\r\nNamun, itu hanyalah sebuah imaji yang tak dapat tercipta\r\n\r\n \r\n\r\nKebersamaan kita, dalam dunia khayal ini nyata ada nya\r\n\r\nNamun pada saat aku membuka mata, tak ada yang menjadi kenyataan\r\n\r\nKita hanya bertemu di mimpi-mimpi telanjangku pada saat aku menutup mataku untuk memperistirahatkan tubuhku sejenak\r\n\r\nDan kembali hidup dalam kehampaan dan kerinduan di manapun aku berpijak\r\n\r\n \r\n\r\nKita menjalani sebuah kisah, perjalanan yang begitu meninggalkan kesan yang sangat mendalam\r\n\r\nEntah di tuangkan ke dalam bentuk apapun pasti tidak akan menyerupai sebuah mimpi dan ilusi yang terpendam\r\n\r\n \r\n\r\nNamun sayang seribu harapan\r\n\r\nDiri ku hanya mampu beragan-angan\r\n\r\nMenapaki sepanjang pelataran sekretariat ini\r\n\r\nMewujudkan salah satu mimpi agar kau menghampiriku disini\r\n\r\nAkankah ada ruang untuk kita bertemu\r\n\r\nAkankah ada waktu untuk kita bercumbu dan merayu\r\n\r\nSemoga esok kita berjumpa kembali bersamamu\r\n\r\nJalanan menjadi saksi semua mimpiku\r\n\r\nSuaraku menggelegar di sepanjang kota\r\n\r\nMarahku ingin disaksikan olehmu\r\n\r\nBerteriak mencaci kebijakan pemerintahmu\r\n\r\nIni bunga untukmu kupersembahkan sukaku padamu\r\n\r\n \r\n\r\nKita berlari mengejar impian\r\n\r\nMenggapai sejengkal kehidupan\r\n\r\nBersamamu aku tenang dalam kesepian\r\n\r\nAku mencintai kebersamaan, itulah mengapa aku menaruh harapan.\r\n\r\n \r\n\r\nPenulis: Syarif Hidayatullah","post_title":"Melintasi mimpi malam: Kemari memberontak bersama","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"melintasi-mimpi-malam-kemari-memberontak-bersama","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2023-07-30 04:25:28","post_modified_gmt":"2023-07-30 04:25:28","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/www.anotasiar.com\/ie\/?p=8496","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":false,"total_page":1},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"jnews_block_3"};

Page 1 of 2 1 2
\n

Di jalanan, suara menjadi bentuk perlawanan
yang tidak kasar, tidak penuh benci,
melainkan mengetuk kesadaran
dengan keberanian dan ketulusan.<\/p>\n\n\n\n

Mereka tidak menuntut nama, kedudukan, atau pujian,
mereka hanya menginginkan keadilan
bagi mereka yang menggantungkan hidup pada upah yang layak,
bagi mereka yang bekerja tanpa rasa aman.<\/p>\n\n\n\n

Dan apabila suara ini belum juga didengar,
jalan tetap akan menjadi ruang terbuka
bagi kebenaran yang enggan dipadamkan,
sebab suara dari jalanan
adalah suara yang paling jujur
tentang negeri yang belum selesai belajar menghargai manusia.<\/p>\n\n\n\n

Penulis: Rahmawaty<\/p>\n\n\n\n

Editor: M Yusrifar<\/p>\n","post_title":"Suara dari jalanan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"suara-dari-jalanan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2025-08-16 23:15:52","post_modified_gmt":"2025-08-16 23:15:52","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/www.anotasiar.com\/ie\/?p=9842","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":9821,"post_author":"2","post_date":"2025-07-28 08:50:53","post_date_gmt":"2025-07-28 08:50:53","post_content":"\n

negara ini sering sunyi dalam ramai
suara-suara tinggi, tapi makna hilang di antara sorak
di layar, kita saling memaki
di jalan, kita saling bertahan hidup<\/p>\n\n\n\n

kemarin tanah longsor membawa rumah
hari ini harga naik,
dan besok\u2014mungkin suara kita lagi yang tenggelam<\/p>\n\n\n\n

anak-anak sekolah di pinggir sungai
sementara istana dibangun lebih tinggi
kami menonton berita seperti menonton luka
tapi tetap saja berharap pada pagi<\/p>\n\n\n\n

negara ini belum kalah
tapi lelah,
seperti ibu yang tetap masak meski dapur sudah dingin
seperti ayah yang tetap tersenyum
meski gaji tak cukup untuk mimpi<\/p>\n\n\n\n

tak apa, kita tidak sedang baik-baik saja
tapi kita juga belum menyerah
karena tanah ini,
meski bergetar,
masih bisa ditanam doa
dan doa yang tumbuh, tak akan sia-sia<\/p>\n\n\n\n

Penulis: Rahmawaty<\/p>\n\n\n\n

Editor: M Yusrifar<\/p>\n","post_title":"Tanah yang Masih Bergetar","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"9821","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2025-07-28 08:51:38","post_modified_gmt":"2025-07-28 08:51:38","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/www.anotasiar.com\/ie\/?p=9821","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":8928,"post_author":"2","post_date":"2024-03-24 05:15:08","post_date_gmt":"2024-03-24 05:15:08","post_content":"

Sajak: Ko Bukan Monyet<\/strong><\/p>\r\nMereka menyebut ko monyet\r\nMungkin dari perawakan ko yang mereka anggap seperti monyet\r\nTapi ko bukanlah monyet\r\nHanya seperti monyet\r\nMonyet yang ingin hidup damai di habitat\r\n\r\nMereka memanggil ko monyet\r\nMungkin dari perawakan ko yang mereka lihat seperti monyet\r\nTapi ko bukanlah monyet\r\nHanya seperti monyet\r\nMonyet yang akan memberontak ketika terganggu di habitat\r\nDan tak akan mengganggu ketika tak terganggu di habitat\r\n\r\nMereka menganggap ko monyet\r\nMungkin karena hitam ko punya kulit\r\nTapi ko bukanlah monyet\r\nHanya seperti monyet\r\nYang ingin dijadikan monyet oleh si monyet\r\nSi monyet yang ingin membabat habis ko punya habitat\r\n\r\nKo yang mereka sebut monyet butuh makan\r\nMereka yang monyet juga butuh makan\r\nSial bagi ko, si monyet terus memaksa ko untuk menjadi monyet\r\n\r\nSegala cara akan si monyet lakukan\r\nMembodohi, menyiksa bahkan membunuhmu\r\nMenjarah habitatmu adalah harga mati bagi si monyet\r\n\r\nWalau kau tahu si monyet memang serakah\r\nSelalu ingin menjarah kau punya rumah\r\nTetaplah berdendang dengan menggunakan tifa\r\nHingga kau merdeka\r\nMerdeka dari monyet yang ingin memonyetkanmu\r\n\r\nPenulis: DitootiD<\/strong>","post_title":"Sajak: Ko Bukan Monyet","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"sajak-ko-bukan-monyet","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-03-24 05:15:08","post_modified_gmt":"2024-03-24 05:15:08","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/www.anotasiar.com\/ie\/?p=8928","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":8659,"post_author":"2","post_date":"2023-11-27 11:18:56","post_date_gmt":"2023-11-27 11:18:56","post_content":"Sajak Rindu Untuk Mu\r\n\r\nOleh : Ridha Muhammad\r\n\r\n \r\n\r\nDalam irama kata yang kususun dengan indah,\r\nBibir yang berkata, kisah membebaskan diri dalam bisikan sunyi.\r\nRasa yang merajut, melukis diriku dalam kesunyian yang mendalam,\r\nRindu yang mengalun, sebagaimana sungai yang mengalir.\r\n\r\nSemua itu karena kamu,\r\nKarena kamu yang kurindu,\r\nKarena kamu yang kucinta,\r\nKarena kamu, rasa itu ada.\r\n\r\nKamu tahu,\r\nAku gila tanpa sadar,\r\nAku luka tanpa penawar,\r\nAku derita tanpa bahagia,\r\nAku gelap tanpa cahaya.\r\n\r\nHarus kukatakan,\r\nSenja adalah gambaran dirimu,\r\nTak tersentuh oleh genggaman jemariku,\r\nTak bisa teraih oleh jutaan rindu.\r\n\r\nTerkadang,\r\nAku ingin menjadi bulan purnama,\r\n\r\nMembias cahaya indahmu,\r\nBersinar bak rembulan yang terang benderang.\r\n\r\nMeski sunyi terasa, tetap kukisahkan kerinduanku,\r\nDalam serpihan kisah yang tak kunjung padam,\r\nNamamu terus mengalun, bersama detak jantung yang berdentum.\r\nDengan bayanganmu, namamu abadi dalam kalbu.","post_title":"Sajak Rindu Untuk Mu","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"sajak-rindu-untuk-mu","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2023-11-27 11:18:56","post_modified_gmt":"2023-11-27 11:18:56","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/www.anotasiar.com\/ie\/?p=8659","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":8653,"post_author":"2","post_date":"2023-11-26 07:33:43","post_date_gmt":"2023-11-26 07:33:43","post_content":"Sang Kekasih\r\n\r\nGemerlap senja akan hilang\r\nKunikmati setiap detik yang tersisa\r\nAku sadar bertemu denganmu sangat berarti\r\nDenganmu aku mengenal cinta dengan bahagia\r\n\r\nSaat rembulan mulai bersinar\r\nBeberapa bintang ikut menyinari\r\nSaat diriku sedang tertidur\r\nBayang dirimu senantiasa kesana kemari\r\n\r\nAngin malam yang bertiup\r\nMenggelitik setiap kulit yang ia sentuh\r\nUcapan kasih sayang padamu selalu terselip\r\nTerus bersama hingga nanti sang kekasih\r\n\r\n \r\n\r\nPenulis: Hulwana","post_title":"Sang Kekasih","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"sang-kekasih","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2023-11-26 07:33:53","post_modified_gmt":"2023-11-26 07:33:53","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/www.anotasiar.com\/ie\/?p=8653","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":8535,"post_author":"2","post_date":"2023-08-13 11:20:31","post_date_gmt":"2023-08-13 11:20:31","post_content":"Angin sore tiba-tiba berembus pelan, bertamasya memberi isyarat agar segera berhenti mengejar gendola.Tiba disore itu, mataku gelagapan mencari terang, meraba kenyataan, perihal percakapan yang terdengar sepintas, bahwa isi puisiku telah jatuh ke dekapan orang lain.\r\n\r\nSangat menyebalkan, saat tawa mulai mekar tiba-tiba kembali diterjang oleh kecewa yang serupa.seolah semesta kembali mengajarkan cara memeluk diri sendiri, tanpa pernah membiarkan sejenak berteduh dibawah rindang cinta yang menyegarkan.\r\n\r\nKetidak beranianku mengikatmu memberi ruang bagi orang asing mendekatimu. Pantas saja jika orang asing, sudah lebih dahulu menyodorkan cinta yang segara kau terima dengan hangat.\r\n\r\nSebab, keberaniannya jauh melampaui cakrawala. Sebab, tanpa menunggu aba-aba segera membawa sebongkah bunga mawar bersisakan duri di peruntukkan bagiku.\r\n\r\nTidak seperti aku yang bebal, terlalu banyak neko-neko bak filsuf menyusun algoritma sebelum memulai laga arena diatas hamparan lautan cinta.\r\n\r\nTapi, tak mengapa. Kataku \"Selamat\" meski dalam keadaan terpaksa.\r\n\r\n \r\n\r\nPenulis: Ahmad Syarif\r\n\r\n ","post_title":"Selamat","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"selamat","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2023-08-13 11:22:48","post_modified_gmt":"2023-08-13 11:22:48","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/www.anotasiar.com\/ie\/?p=8535","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":8510,"post_author":"2","post_date":"2023-08-01 07:36:24","post_date_gmt":"2023-08-01 07:36:24","post_content":"Perihal kamu, rupa pria yang tertata\r\nTata rias matamu, tata rias rambutmu, tata rias wajahmu, semuanya tentang kau dan senja dikala sore, ini tentang anggapan\r\nTak tahu lagi harus bagaimana melukis harapan\r\nRindu ini tak kunjung padam, ku harus bagaimana\r\nMerindumu menjadi rutinitas malamku, hatiku kian merana\r\nAkankah ada cara menuntaskan segala rupa mengesalkan ini?\r\nBagaimana mungkin tak merindukan sosokmu\r\nsosok pria yang sudah tak mampu aku menikmati parasnya, yang tak mampu lagi aku menemani malamnya, yang tak mampu lagi aku menggengam tangannya,\r\nyang hanya kerap mengulik kenangannya\r\nBagaimana jika yang mampu aku lakukan hanyalah sebatas meramu doa, agar sampai kepada sang pemilik kerinduan dihati ini\r\nBagaimana kau disana?\r\nBagaimana dengan hari-harimu?\r\nApa gerangan yang kau lakukan, ketika tanggal lima menyilih tanggal enam?\r\nbagaimana kabarmu bersama heningnya malam?\r\nRindukah kau padaku?\r\nPada kami?\r\nPada orang-orang yang senantiasa menyanyangimu?\r\nAku gila, piluh, kesedihan ku beragam, terkutuk oleh kesedihan, rindu tak pernah teralih\r\nAku takut kesedihan, bersamamu mengadu kasih\r\nAku merindukanmu, menunggu kabarmu\r\nBagaimana dengan hari-harimu?\r\nBukankah di hari itu kau mengaku cinta padaku?\r\nBerhari-hari cerita romantis kita habis di perbincangkan di gedung sana\r\nLihatlah sekarang aku merana\r\nTak ada kesempatan untuk berdua lagi menatap keindahan kota yang kaku\r\nSungguh rindu ini sulit lepas di benakku\r\nJika bukan semerbak bunga yang kau tinggalkan, ruang rindu abadi dihatiku mungkin tak hanya berotasi padamu saja.\r\n\r\n \r\n\r\nPenulis: Annisa Azzahra","post_title":"Tentang Jarak: Melampiaskan Rindu Melalui Tulisan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"tentang-jarak-melampiaskan-rindu-melalui-tulisan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2023-08-01 07:43:32","post_modified_gmt":"2023-08-01 07:43:32","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/www.anotasiar.com\/ie\/?p=8510","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":8496,"post_author":"2","post_date":"2023-07-30 03:54:03","post_date_gmt":"2023-07-30 03:54:03","post_content":"Malam yang terasa dingin dan sunyi ini, ku hadirkan dengan sebuah ilusi dan mimpi\r\n\r\nBerjalan-jalan dan menikmati di dalam mimpi yang begitu sangat indah\r\n\r\nDi sana, kita bersama, mesra, pada akhirnya berbahagia\r\n\r\nNamun, hanya dalam kenyataan mimpiku tak mampu menggapainya\r\n\r\n \r\n\r\nKita berlari melintasi taman yang begitu indah\r\n\r\nMelihat bunga yang mekar menjadi metafora bahwa kita akan tumbuh dan berkembang sepanjang hidup\r\n\r\nSenyummu memancar seperti matahari di pagi hari\r\n\r\nNamun, itu hanyalah sebuah ilusi yang tak dapat terwujud\r\n\r\n \r\n\r\nKita mendengarkan instrumen musik begitu sedap di telinga\r\n\r\nCobalah lagu pendengar setiamu, hal selalu membawa tenang ketika berduduk sendiri di telaga\r\n\r\nKita bernyanyi bersama di bawah gemerlap rembulan yang menerangi seluruh alam semesta\r\n\r\nNamun, itu hanyalah sebuah imaji yang tak dapat tercipta\r\n\r\n \r\n\r\nKebersamaan kita, dalam dunia khayal ini nyata ada nya\r\n\r\nNamun pada saat aku membuka mata, tak ada yang menjadi kenyataan\r\n\r\nKita hanya bertemu di mimpi-mimpi telanjangku pada saat aku menutup mataku untuk memperistirahatkan tubuhku sejenak\r\n\r\nDan kembali hidup dalam kehampaan dan kerinduan di manapun aku berpijak\r\n\r\n \r\n\r\nKita menjalani sebuah kisah, perjalanan yang begitu meninggalkan kesan yang sangat mendalam\r\n\r\nEntah di tuangkan ke dalam bentuk apapun pasti tidak akan menyerupai sebuah mimpi dan ilusi yang terpendam\r\n\r\n \r\n\r\nNamun sayang seribu harapan\r\n\r\nDiri ku hanya mampu beragan-angan\r\n\r\nMenapaki sepanjang pelataran sekretariat ini\r\n\r\nMewujudkan salah satu mimpi agar kau menghampiriku disini\r\n\r\nAkankah ada ruang untuk kita bertemu\r\n\r\nAkankah ada waktu untuk kita bercumbu dan merayu\r\n\r\nSemoga esok kita berjumpa kembali bersamamu\r\n\r\nJalanan menjadi saksi semua mimpiku\r\n\r\nSuaraku menggelegar di sepanjang kota\r\n\r\nMarahku ingin disaksikan olehmu\r\n\r\nBerteriak mencaci kebijakan pemerintahmu\r\n\r\nIni bunga untukmu kupersembahkan sukaku padamu\r\n\r\n \r\n\r\nKita berlari mengejar impian\r\n\r\nMenggapai sejengkal kehidupan\r\n\r\nBersamamu aku tenang dalam kesepian\r\n\r\nAku mencintai kebersamaan, itulah mengapa aku menaruh harapan.\r\n\r\n \r\n\r\nPenulis: Syarif Hidayatullah","post_title":"Melintasi mimpi malam: Kemari memberontak bersama","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"melintasi-mimpi-malam-kemari-memberontak-bersama","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2023-07-30 04:25:28","post_modified_gmt":"2023-07-30 04:25:28","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/www.anotasiar.com\/ie\/?p=8496","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":false,"total_page":1},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"jnews_block_3"};

Page 1 of 2 1 2
\n

Tulisan-tulisan di atas karton itu tampak sederhana,
namun memuat makna mendalam:
tentang hak yang terenggut,
tentang manusia yang dipaksa bekerja tanpa perlindungan.<\/p>\n\n\n\n

Di jalanan, suara menjadi bentuk perlawanan
yang tidak kasar, tidak penuh benci,
melainkan mengetuk kesadaran
dengan keberanian dan ketulusan.<\/p>\n\n\n\n

Mereka tidak menuntut nama, kedudukan, atau pujian,
mereka hanya menginginkan keadilan
bagi mereka yang menggantungkan hidup pada upah yang layak,
bagi mereka yang bekerja tanpa rasa aman.<\/p>\n\n\n\n

Dan apabila suara ini belum juga didengar,
jalan tetap akan menjadi ruang terbuka
bagi kebenaran yang enggan dipadamkan,
sebab suara dari jalanan
adalah suara yang paling jujur
tentang negeri yang belum selesai belajar menghargai manusia.<\/p>\n\n\n\n

Penulis: Rahmawaty<\/p>\n\n\n\n

Editor: M Yusrifar<\/p>\n","post_title":"Suara dari jalanan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"suara-dari-jalanan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2025-08-16 23:15:52","post_modified_gmt":"2025-08-16 23:15:52","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/www.anotasiar.com\/ie\/?p=9842","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":9821,"post_author":"2","post_date":"2025-07-28 08:50:53","post_date_gmt":"2025-07-28 08:50:53","post_content":"\n

negara ini sering sunyi dalam ramai
suara-suara tinggi, tapi makna hilang di antara sorak
di layar, kita saling memaki
di jalan, kita saling bertahan hidup<\/p>\n\n\n\n

kemarin tanah longsor membawa rumah
hari ini harga naik,
dan besok\u2014mungkin suara kita lagi yang tenggelam<\/p>\n\n\n\n

anak-anak sekolah di pinggir sungai
sementara istana dibangun lebih tinggi
kami menonton berita seperti menonton luka
tapi tetap saja berharap pada pagi<\/p>\n\n\n\n

negara ini belum kalah
tapi lelah,
seperti ibu yang tetap masak meski dapur sudah dingin
seperti ayah yang tetap tersenyum
meski gaji tak cukup untuk mimpi<\/p>\n\n\n\n

tak apa, kita tidak sedang baik-baik saja
tapi kita juga belum menyerah
karena tanah ini,
meski bergetar,
masih bisa ditanam doa
dan doa yang tumbuh, tak akan sia-sia<\/p>\n\n\n\n

Penulis: Rahmawaty<\/p>\n\n\n\n

Editor: M Yusrifar<\/p>\n","post_title":"Tanah yang Masih Bergetar","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"9821","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2025-07-28 08:51:38","post_modified_gmt":"2025-07-28 08:51:38","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/www.anotasiar.com\/ie\/?p=9821","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":8928,"post_author":"2","post_date":"2024-03-24 05:15:08","post_date_gmt":"2024-03-24 05:15:08","post_content":"

Sajak: Ko Bukan Monyet<\/strong><\/p>\r\nMereka menyebut ko monyet\r\nMungkin dari perawakan ko yang mereka anggap seperti monyet\r\nTapi ko bukanlah monyet\r\nHanya seperti monyet\r\nMonyet yang ingin hidup damai di habitat\r\n\r\nMereka memanggil ko monyet\r\nMungkin dari perawakan ko yang mereka lihat seperti monyet\r\nTapi ko bukanlah monyet\r\nHanya seperti monyet\r\nMonyet yang akan memberontak ketika terganggu di habitat\r\nDan tak akan mengganggu ketika tak terganggu di habitat\r\n\r\nMereka menganggap ko monyet\r\nMungkin karena hitam ko punya kulit\r\nTapi ko bukanlah monyet\r\nHanya seperti monyet\r\nYang ingin dijadikan monyet oleh si monyet\r\nSi monyet yang ingin membabat habis ko punya habitat\r\n\r\nKo yang mereka sebut monyet butuh makan\r\nMereka yang monyet juga butuh makan\r\nSial bagi ko, si monyet terus memaksa ko untuk menjadi monyet\r\n\r\nSegala cara akan si monyet lakukan\r\nMembodohi, menyiksa bahkan membunuhmu\r\nMenjarah habitatmu adalah harga mati bagi si monyet\r\n\r\nWalau kau tahu si monyet memang serakah\r\nSelalu ingin menjarah kau punya rumah\r\nTetaplah berdendang dengan menggunakan tifa\r\nHingga kau merdeka\r\nMerdeka dari monyet yang ingin memonyetkanmu\r\n\r\nPenulis: DitootiD<\/strong>","post_title":"Sajak: Ko Bukan Monyet","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"sajak-ko-bukan-monyet","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-03-24 05:15:08","post_modified_gmt":"2024-03-24 05:15:08","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/www.anotasiar.com\/ie\/?p=8928","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":8659,"post_author":"2","post_date":"2023-11-27 11:18:56","post_date_gmt":"2023-11-27 11:18:56","post_content":"Sajak Rindu Untuk Mu\r\n\r\nOleh : Ridha Muhammad\r\n\r\n \r\n\r\nDalam irama kata yang kususun dengan indah,\r\nBibir yang berkata, kisah membebaskan diri dalam bisikan sunyi.\r\nRasa yang merajut, melukis diriku dalam kesunyian yang mendalam,\r\nRindu yang mengalun, sebagaimana sungai yang mengalir.\r\n\r\nSemua itu karena kamu,\r\nKarena kamu yang kurindu,\r\nKarena kamu yang kucinta,\r\nKarena kamu, rasa itu ada.\r\n\r\nKamu tahu,\r\nAku gila tanpa sadar,\r\nAku luka tanpa penawar,\r\nAku derita tanpa bahagia,\r\nAku gelap tanpa cahaya.\r\n\r\nHarus kukatakan,\r\nSenja adalah gambaran dirimu,\r\nTak tersentuh oleh genggaman jemariku,\r\nTak bisa teraih oleh jutaan rindu.\r\n\r\nTerkadang,\r\nAku ingin menjadi bulan purnama,\r\n\r\nMembias cahaya indahmu,\r\nBersinar bak rembulan yang terang benderang.\r\n\r\nMeski sunyi terasa, tetap kukisahkan kerinduanku,\r\nDalam serpihan kisah yang tak kunjung padam,\r\nNamamu terus mengalun, bersama detak jantung yang berdentum.\r\nDengan bayanganmu, namamu abadi dalam kalbu.","post_title":"Sajak Rindu Untuk Mu","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"sajak-rindu-untuk-mu","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2023-11-27 11:18:56","post_modified_gmt":"2023-11-27 11:18:56","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/www.anotasiar.com\/ie\/?p=8659","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":8653,"post_author":"2","post_date":"2023-11-26 07:33:43","post_date_gmt":"2023-11-26 07:33:43","post_content":"Sang Kekasih\r\n\r\nGemerlap senja akan hilang\r\nKunikmati setiap detik yang tersisa\r\nAku sadar bertemu denganmu sangat berarti\r\nDenganmu aku mengenal cinta dengan bahagia\r\n\r\nSaat rembulan mulai bersinar\r\nBeberapa bintang ikut menyinari\r\nSaat diriku sedang tertidur\r\nBayang dirimu senantiasa kesana kemari\r\n\r\nAngin malam yang bertiup\r\nMenggelitik setiap kulit yang ia sentuh\r\nUcapan kasih sayang padamu selalu terselip\r\nTerus bersama hingga nanti sang kekasih\r\n\r\n \r\n\r\nPenulis: Hulwana","post_title":"Sang Kekasih","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"sang-kekasih","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2023-11-26 07:33:53","post_modified_gmt":"2023-11-26 07:33:53","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/www.anotasiar.com\/ie\/?p=8653","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":8535,"post_author":"2","post_date":"2023-08-13 11:20:31","post_date_gmt":"2023-08-13 11:20:31","post_content":"Angin sore tiba-tiba berembus pelan, bertamasya memberi isyarat agar segera berhenti mengejar gendola.Tiba disore itu, mataku gelagapan mencari terang, meraba kenyataan, perihal percakapan yang terdengar sepintas, bahwa isi puisiku telah jatuh ke dekapan orang lain.\r\n\r\nSangat menyebalkan, saat tawa mulai mekar tiba-tiba kembali diterjang oleh kecewa yang serupa.seolah semesta kembali mengajarkan cara memeluk diri sendiri, tanpa pernah membiarkan sejenak berteduh dibawah rindang cinta yang menyegarkan.\r\n\r\nKetidak beranianku mengikatmu memberi ruang bagi orang asing mendekatimu. Pantas saja jika orang asing, sudah lebih dahulu menyodorkan cinta yang segara kau terima dengan hangat.\r\n\r\nSebab, keberaniannya jauh melampaui cakrawala. Sebab, tanpa menunggu aba-aba segera membawa sebongkah bunga mawar bersisakan duri di peruntukkan bagiku.\r\n\r\nTidak seperti aku yang bebal, terlalu banyak neko-neko bak filsuf menyusun algoritma sebelum memulai laga arena diatas hamparan lautan cinta.\r\n\r\nTapi, tak mengapa. Kataku \"Selamat\" meski dalam keadaan terpaksa.\r\n\r\n \r\n\r\nPenulis: Ahmad Syarif\r\n\r\n ","post_title":"Selamat","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"selamat","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2023-08-13 11:22:48","post_modified_gmt":"2023-08-13 11:22:48","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/www.anotasiar.com\/ie\/?p=8535","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":8510,"post_author":"2","post_date":"2023-08-01 07:36:24","post_date_gmt":"2023-08-01 07:36:24","post_content":"Perihal kamu, rupa pria yang tertata\r\nTata rias matamu, tata rias rambutmu, tata rias wajahmu, semuanya tentang kau dan senja dikala sore, ini tentang anggapan\r\nTak tahu lagi harus bagaimana melukis harapan\r\nRindu ini tak kunjung padam, ku harus bagaimana\r\nMerindumu menjadi rutinitas malamku, hatiku kian merana\r\nAkankah ada cara menuntaskan segala rupa mengesalkan ini?\r\nBagaimana mungkin tak merindukan sosokmu\r\nsosok pria yang sudah tak mampu aku menikmati parasnya, yang tak mampu lagi aku menemani malamnya, yang tak mampu lagi aku menggengam tangannya,\r\nyang hanya kerap mengulik kenangannya\r\nBagaimana jika yang mampu aku lakukan hanyalah sebatas meramu doa, agar sampai kepada sang pemilik kerinduan dihati ini\r\nBagaimana kau disana?\r\nBagaimana dengan hari-harimu?\r\nApa gerangan yang kau lakukan, ketika tanggal lima menyilih tanggal enam?\r\nbagaimana kabarmu bersama heningnya malam?\r\nRindukah kau padaku?\r\nPada kami?\r\nPada orang-orang yang senantiasa menyanyangimu?\r\nAku gila, piluh, kesedihan ku beragam, terkutuk oleh kesedihan, rindu tak pernah teralih\r\nAku takut kesedihan, bersamamu mengadu kasih\r\nAku merindukanmu, menunggu kabarmu\r\nBagaimana dengan hari-harimu?\r\nBukankah di hari itu kau mengaku cinta padaku?\r\nBerhari-hari cerita romantis kita habis di perbincangkan di gedung sana\r\nLihatlah sekarang aku merana\r\nTak ada kesempatan untuk berdua lagi menatap keindahan kota yang kaku\r\nSungguh rindu ini sulit lepas di benakku\r\nJika bukan semerbak bunga yang kau tinggalkan, ruang rindu abadi dihatiku mungkin tak hanya berotasi padamu saja.\r\n\r\n \r\n\r\nPenulis: Annisa Azzahra","post_title":"Tentang Jarak: Melampiaskan Rindu Melalui Tulisan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"tentang-jarak-melampiaskan-rindu-melalui-tulisan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2023-08-01 07:43:32","post_modified_gmt":"2023-08-01 07:43:32","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/www.anotasiar.com\/ie\/?p=8510","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":8496,"post_author":"2","post_date":"2023-07-30 03:54:03","post_date_gmt":"2023-07-30 03:54:03","post_content":"Malam yang terasa dingin dan sunyi ini, ku hadirkan dengan sebuah ilusi dan mimpi\r\n\r\nBerjalan-jalan dan menikmati di dalam mimpi yang begitu sangat indah\r\n\r\nDi sana, kita bersama, mesra, pada akhirnya berbahagia\r\n\r\nNamun, hanya dalam kenyataan mimpiku tak mampu menggapainya\r\n\r\n \r\n\r\nKita berlari melintasi taman yang begitu indah\r\n\r\nMelihat bunga yang mekar menjadi metafora bahwa kita akan tumbuh dan berkembang sepanjang hidup\r\n\r\nSenyummu memancar seperti matahari di pagi hari\r\n\r\nNamun, itu hanyalah sebuah ilusi yang tak dapat terwujud\r\n\r\n \r\n\r\nKita mendengarkan instrumen musik begitu sedap di telinga\r\n\r\nCobalah lagu pendengar setiamu, hal selalu membawa tenang ketika berduduk sendiri di telaga\r\n\r\nKita bernyanyi bersama di bawah gemerlap rembulan yang menerangi seluruh alam semesta\r\n\r\nNamun, itu hanyalah sebuah imaji yang tak dapat tercipta\r\n\r\n \r\n\r\nKebersamaan kita, dalam dunia khayal ini nyata ada nya\r\n\r\nNamun pada saat aku membuka mata, tak ada yang menjadi kenyataan\r\n\r\nKita hanya bertemu di mimpi-mimpi telanjangku pada saat aku menutup mataku untuk memperistirahatkan tubuhku sejenak\r\n\r\nDan kembali hidup dalam kehampaan dan kerinduan di manapun aku berpijak\r\n\r\n \r\n\r\nKita menjalani sebuah kisah, perjalanan yang begitu meninggalkan kesan yang sangat mendalam\r\n\r\nEntah di tuangkan ke dalam bentuk apapun pasti tidak akan menyerupai sebuah mimpi dan ilusi yang terpendam\r\n\r\n \r\n\r\nNamun sayang seribu harapan\r\n\r\nDiri ku hanya mampu beragan-angan\r\n\r\nMenapaki sepanjang pelataran sekretariat ini\r\n\r\nMewujudkan salah satu mimpi agar kau menghampiriku disini\r\n\r\nAkankah ada ruang untuk kita bertemu\r\n\r\nAkankah ada waktu untuk kita bercumbu dan merayu\r\n\r\nSemoga esok kita berjumpa kembali bersamamu\r\n\r\nJalanan menjadi saksi semua mimpiku\r\n\r\nSuaraku menggelegar di sepanjang kota\r\n\r\nMarahku ingin disaksikan olehmu\r\n\r\nBerteriak mencaci kebijakan pemerintahmu\r\n\r\nIni bunga untukmu kupersembahkan sukaku padamu\r\n\r\n \r\n\r\nKita berlari mengejar impian\r\n\r\nMenggapai sejengkal kehidupan\r\n\r\nBersamamu aku tenang dalam kesepian\r\n\r\nAku mencintai kebersamaan, itulah mengapa aku menaruh harapan.\r\n\r\n \r\n\r\nPenulis: Syarif Hidayatullah","post_title":"Melintasi mimpi malam: Kemari memberontak bersama","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"melintasi-mimpi-malam-kemari-memberontak-bersama","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2023-07-30 04:25:28","post_modified_gmt":"2023-07-30 04:25:28","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/www.anotasiar.com\/ie\/?p=8496","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":false,"total_page":1},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"jnews_block_3"};

Page 1 of 2 1 2
\n

Mereka tidak membawa kekerasan,
tetapi membawa keyakinan dan suara nurani
yang lahir dari keprihatinan
atas hak-hak pekerja yang sering diabaikan.<\/p>\n\n\n\n

Tulisan-tulisan di atas karton itu tampak sederhana,
namun memuat makna mendalam:
tentang hak yang terenggut,
tentang manusia yang dipaksa bekerja tanpa perlindungan.<\/p>\n\n\n\n

Di jalanan, suara menjadi bentuk perlawanan
yang tidak kasar, tidak penuh benci,
melainkan mengetuk kesadaran
dengan keberanian dan ketulusan.<\/p>\n\n\n\n

Mereka tidak menuntut nama, kedudukan, atau pujian,
mereka hanya menginginkan keadilan
bagi mereka yang menggantungkan hidup pada upah yang layak,
bagi mereka yang bekerja tanpa rasa aman.<\/p>\n\n\n\n

Dan apabila suara ini belum juga didengar,
jalan tetap akan menjadi ruang terbuka
bagi kebenaran yang enggan dipadamkan,
sebab suara dari jalanan
adalah suara yang paling jujur
tentang negeri yang belum selesai belajar menghargai manusia.<\/p>\n\n\n\n

Penulis: Rahmawaty<\/p>\n\n\n\n

Editor: M Yusrifar<\/p>\n","post_title":"Suara dari jalanan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"suara-dari-jalanan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2025-08-16 23:15:52","post_modified_gmt":"2025-08-16 23:15:52","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/www.anotasiar.com\/ie\/?p=9842","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":9821,"post_author":"2","post_date":"2025-07-28 08:50:53","post_date_gmt":"2025-07-28 08:50:53","post_content":"\n

negara ini sering sunyi dalam ramai
suara-suara tinggi, tapi makna hilang di antara sorak
di layar, kita saling memaki
di jalan, kita saling bertahan hidup<\/p>\n\n\n\n

kemarin tanah longsor membawa rumah
hari ini harga naik,
dan besok\u2014mungkin suara kita lagi yang tenggelam<\/p>\n\n\n\n

anak-anak sekolah di pinggir sungai
sementara istana dibangun lebih tinggi
kami menonton berita seperti menonton luka
tapi tetap saja berharap pada pagi<\/p>\n\n\n\n

negara ini belum kalah
tapi lelah,
seperti ibu yang tetap masak meski dapur sudah dingin
seperti ayah yang tetap tersenyum
meski gaji tak cukup untuk mimpi<\/p>\n\n\n\n

tak apa, kita tidak sedang baik-baik saja
tapi kita juga belum menyerah
karena tanah ini,
meski bergetar,
masih bisa ditanam doa
dan doa yang tumbuh, tak akan sia-sia<\/p>\n\n\n\n

Penulis: Rahmawaty<\/p>\n\n\n\n

Editor: M Yusrifar<\/p>\n","post_title":"Tanah yang Masih Bergetar","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"9821","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2025-07-28 08:51:38","post_modified_gmt":"2025-07-28 08:51:38","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/www.anotasiar.com\/ie\/?p=9821","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":8928,"post_author":"2","post_date":"2024-03-24 05:15:08","post_date_gmt":"2024-03-24 05:15:08","post_content":"

Sajak: Ko Bukan Monyet<\/strong><\/p>\r\nMereka menyebut ko monyet\r\nMungkin dari perawakan ko yang mereka anggap seperti monyet\r\nTapi ko bukanlah monyet\r\nHanya seperti monyet\r\nMonyet yang ingin hidup damai di habitat\r\n\r\nMereka memanggil ko monyet\r\nMungkin dari perawakan ko yang mereka lihat seperti monyet\r\nTapi ko bukanlah monyet\r\nHanya seperti monyet\r\nMonyet yang akan memberontak ketika terganggu di habitat\r\nDan tak akan mengganggu ketika tak terganggu di habitat\r\n\r\nMereka menganggap ko monyet\r\nMungkin karena hitam ko punya kulit\r\nTapi ko bukanlah monyet\r\nHanya seperti monyet\r\nYang ingin dijadikan monyet oleh si monyet\r\nSi monyet yang ingin membabat habis ko punya habitat\r\n\r\nKo yang mereka sebut monyet butuh makan\r\nMereka yang monyet juga butuh makan\r\nSial bagi ko, si monyet terus memaksa ko untuk menjadi monyet\r\n\r\nSegala cara akan si monyet lakukan\r\nMembodohi, menyiksa bahkan membunuhmu\r\nMenjarah habitatmu adalah harga mati bagi si monyet\r\n\r\nWalau kau tahu si monyet memang serakah\r\nSelalu ingin menjarah kau punya rumah\r\nTetaplah berdendang dengan menggunakan tifa\r\nHingga kau merdeka\r\nMerdeka dari monyet yang ingin memonyetkanmu\r\n\r\nPenulis: DitootiD<\/strong>","post_title":"Sajak: Ko Bukan Monyet","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"sajak-ko-bukan-monyet","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-03-24 05:15:08","post_modified_gmt":"2024-03-24 05:15:08","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/www.anotasiar.com\/ie\/?p=8928","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":8659,"post_author":"2","post_date":"2023-11-27 11:18:56","post_date_gmt":"2023-11-27 11:18:56","post_content":"Sajak Rindu Untuk Mu\r\n\r\nOleh : Ridha Muhammad\r\n\r\n \r\n\r\nDalam irama kata yang kususun dengan indah,\r\nBibir yang berkata, kisah membebaskan diri dalam bisikan sunyi.\r\nRasa yang merajut, melukis diriku dalam kesunyian yang mendalam,\r\nRindu yang mengalun, sebagaimana sungai yang mengalir.\r\n\r\nSemua itu karena kamu,\r\nKarena kamu yang kurindu,\r\nKarena kamu yang kucinta,\r\nKarena kamu, rasa itu ada.\r\n\r\nKamu tahu,\r\nAku gila tanpa sadar,\r\nAku luka tanpa penawar,\r\nAku derita tanpa bahagia,\r\nAku gelap tanpa cahaya.\r\n\r\nHarus kukatakan,\r\nSenja adalah gambaran dirimu,\r\nTak tersentuh oleh genggaman jemariku,\r\nTak bisa teraih oleh jutaan rindu.\r\n\r\nTerkadang,\r\nAku ingin menjadi bulan purnama,\r\n\r\nMembias cahaya indahmu,\r\nBersinar bak rembulan yang terang benderang.\r\n\r\nMeski sunyi terasa, tetap kukisahkan kerinduanku,\r\nDalam serpihan kisah yang tak kunjung padam,\r\nNamamu terus mengalun, bersama detak jantung yang berdentum.\r\nDengan bayanganmu, namamu abadi dalam kalbu.","post_title":"Sajak Rindu Untuk Mu","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"sajak-rindu-untuk-mu","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2023-11-27 11:18:56","post_modified_gmt":"2023-11-27 11:18:56","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/www.anotasiar.com\/ie\/?p=8659","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":8653,"post_author":"2","post_date":"2023-11-26 07:33:43","post_date_gmt":"2023-11-26 07:33:43","post_content":"Sang Kekasih\r\n\r\nGemerlap senja akan hilang\r\nKunikmati setiap detik yang tersisa\r\nAku sadar bertemu denganmu sangat berarti\r\nDenganmu aku mengenal cinta dengan bahagia\r\n\r\nSaat rembulan mulai bersinar\r\nBeberapa bintang ikut menyinari\r\nSaat diriku sedang tertidur\r\nBayang dirimu senantiasa kesana kemari\r\n\r\nAngin malam yang bertiup\r\nMenggelitik setiap kulit yang ia sentuh\r\nUcapan kasih sayang padamu selalu terselip\r\nTerus bersama hingga nanti sang kekasih\r\n\r\n \r\n\r\nPenulis: Hulwana","post_title":"Sang Kekasih","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"sang-kekasih","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2023-11-26 07:33:53","post_modified_gmt":"2023-11-26 07:33:53","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/www.anotasiar.com\/ie\/?p=8653","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":8535,"post_author":"2","post_date":"2023-08-13 11:20:31","post_date_gmt":"2023-08-13 11:20:31","post_content":"Angin sore tiba-tiba berembus pelan, bertamasya memberi isyarat agar segera berhenti mengejar gendola.Tiba disore itu, mataku gelagapan mencari terang, meraba kenyataan, perihal percakapan yang terdengar sepintas, bahwa isi puisiku telah jatuh ke dekapan orang lain.\r\n\r\nSangat menyebalkan, saat tawa mulai mekar tiba-tiba kembali diterjang oleh kecewa yang serupa.seolah semesta kembali mengajarkan cara memeluk diri sendiri, tanpa pernah membiarkan sejenak berteduh dibawah rindang cinta yang menyegarkan.\r\n\r\nKetidak beranianku mengikatmu memberi ruang bagi orang asing mendekatimu. Pantas saja jika orang asing, sudah lebih dahulu menyodorkan cinta yang segara kau terima dengan hangat.\r\n\r\nSebab, keberaniannya jauh melampaui cakrawala. Sebab, tanpa menunggu aba-aba segera membawa sebongkah bunga mawar bersisakan duri di peruntukkan bagiku.\r\n\r\nTidak seperti aku yang bebal, terlalu banyak neko-neko bak filsuf menyusun algoritma sebelum memulai laga arena diatas hamparan lautan cinta.\r\n\r\nTapi, tak mengapa. Kataku \"Selamat\" meski dalam keadaan terpaksa.\r\n\r\n \r\n\r\nPenulis: Ahmad Syarif\r\n\r\n ","post_title":"Selamat","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"selamat","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2023-08-13 11:22:48","post_modified_gmt":"2023-08-13 11:22:48","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/www.anotasiar.com\/ie\/?p=8535","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":8510,"post_author":"2","post_date":"2023-08-01 07:36:24","post_date_gmt":"2023-08-01 07:36:24","post_content":"Perihal kamu, rupa pria yang tertata\r\nTata rias matamu, tata rias rambutmu, tata rias wajahmu, semuanya tentang kau dan senja dikala sore, ini tentang anggapan\r\nTak tahu lagi harus bagaimana melukis harapan\r\nRindu ini tak kunjung padam, ku harus bagaimana\r\nMerindumu menjadi rutinitas malamku, hatiku kian merana\r\nAkankah ada cara menuntaskan segala rupa mengesalkan ini?\r\nBagaimana mungkin tak merindukan sosokmu\r\nsosok pria yang sudah tak mampu aku menikmati parasnya, yang tak mampu lagi aku menemani malamnya, yang tak mampu lagi aku menggengam tangannya,\r\nyang hanya kerap mengulik kenangannya\r\nBagaimana jika yang mampu aku lakukan hanyalah sebatas meramu doa, agar sampai kepada sang pemilik kerinduan dihati ini\r\nBagaimana kau disana?\r\nBagaimana dengan hari-harimu?\r\nApa gerangan yang kau lakukan, ketika tanggal lima menyilih tanggal enam?\r\nbagaimana kabarmu bersama heningnya malam?\r\nRindukah kau padaku?\r\nPada kami?\r\nPada orang-orang yang senantiasa menyanyangimu?\r\nAku gila, piluh, kesedihan ku beragam, terkutuk oleh kesedihan, rindu tak pernah teralih\r\nAku takut kesedihan, bersamamu mengadu kasih\r\nAku merindukanmu, menunggu kabarmu\r\nBagaimana dengan hari-harimu?\r\nBukankah di hari itu kau mengaku cinta padaku?\r\nBerhari-hari cerita romantis kita habis di perbincangkan di gedung sana\r\nLihatlah sekarang aku merana\r\nTak ada kesempatan untuk berdua lagi menatap keindahan kota yang kaku\r\nSungguh rindu ini sulit lepas di benakku\r\nJika bukan semerbak bunga yang kau tinggalkan, ruang rindu abadi dihatiku mungkin tak hanya berotasi padamu saja.\r\n\r\n \r\n\r\nPenulis: Annisa Azzahra","post_title":"Tentang Jarak: Melampiaskan Rindu Melalui Tulisan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"tentang-jarak-melampiaskan-rindu-melalui-tulisan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2023-08-01 07:43:32","post_modified_gmt":"2023-08-01 07:43:32","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/www.anotasiar.com\/ie\/?p=8510","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":8496,"post_author":"2","post_date":"2023-07-30 03:54:03","post_date_gmt":"2023-07-30 03:54:03","post_content":"Malam yang terasa dingin dan sunyi ini, ku hadirkan dengan sebuah ilusi dan mimpi\r\n\r\nBerjalan-jalan dan menikmati di dalam mimpi yang begitu sangat indah\r\n\r\nDi sana, kita bersama, mesra, pada akhirnya berbahagia\r\n\r\nNamun, hanya dalam kenyataan mimpiku tak mampu menggapainya\r\n\r\n \r\n\r\nKita berlari melintasi taman yang begitu indah\r\n\r\nMelihat bunga yang mekar menjadi metafora bahwa kita akan tumbuh dan berkembang sepanjang hidup\r\n\r\nSenyummu memancar seperti matahari di pagi hari\r\n\r\nNamun, itu hanyalah sebuah ilusi yang tak dapat terwujud\r\n\r\n \r\n\r\nKita mendengarkan instrumen musik begitu sedap di telinga\r\n\r\nCobalah lagu pendengar setiamu, hal selalu membawa tenang ketika berduduk sendiri di telaga\r\n\r\nKita bernyanyi bersama di bawah gemerlap rembulan yang menerangi seluruh alam semesta\r\n\r\nNamun, itu hanyalah sebuah imaji yang tak dapat tercipta\r\n\r\n \r\n\r\nKebersamaan kita, dalam dunia khayal ini nyata ada nya\r\n\r\nNamun pada saat aku membuka mata, tak ada yang menjadi kenyataan\r\n\r\nKita hanya bertemu di mimpi-mimpi telanjangku pada saat aku menutup mataku untuk memperistirahatkan tubuhku sejenak\r\n\r\nDan kembali hidup dalam kehampaan dan kerinduan di manapun aku berpijak\r\n\r\n \r\n\r\nKita menjalani sebuah kisah, perjalanan yang begitu meninggalkan kesan yang sangat mendalam\r\n\r\nEntah di tuangkan ke dalam bentuk apapun pasti tidak akan menyerupai sebuah mimpi dan ilusi yang terpendam\r\n\r\n \r\n\r\nNamun sayang seribu harapan\r\n\r\nDiri ku hanya mampu beragan-angan\r\n\r\nMenapaki sepanjang pelataran sekretariat ini\r\n\r\nMewujudkan salah satu mimpi agar kau menghampiriku disini\r\n\r\nAkankah ada ruang untuk kita bertemu\r\n\r\nAkankah ada waktu untuk kita bercumbu dan merayu\r\n\r\nSemoga esok kita berjumpa kembali bersamamu\r\n\r\nJalanan menjadi saksi semua mimpiku\r\n\r\nSuaraku menggelegar di sepanjang kota\r\n\r\nMarahku ingin disaksikan olehmu\r\n\r\nBerteriak mencaci kebijakan pemerintahmu\r\n\r\nIni bunga untukmu kupersembahkan sukaku padamu\r\n\r\n \r\n\r\nKita berlari mengejar impian\r\n\r\nMenggapai sejengkal kehidupan\r\n\r\nBersamamu aku tenang dalam kesepian\r\n\r\nAku mencintai kebersamaan, itulah mengapa aku menaruh harapan.\r\n\r\n \r\n\r\nPenulis: Syarif Hidayatullah","post_title":"Melintasi mimpi malam: Kemari memberontak bersama","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"melintasi-mimpi-malam-kemari-memberontak-bersama","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2023-07-30 04:25:28","post_modified_gmt":"2023-07-30 04:25:28","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/www.anotasiar.com\/ie\/?p=8496","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":false,"total_page":1},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"jnews_block_3"};

Page 1 of 2 1 2
\n

Di hadapan institusi yang semestinya menjadi pelindung,
langkah-langkah muda tersusun dalam ketertiban.
Bukan karena kehilangan pekerjaan,
melainkan karena hati menolak untuk diam terhadap ketidakadilan.<\/p>\n\n\n\n

Mereka tidak membawa kekerasan,
tetapi membawa keyakinan dan suara nurani
yang lahir dari keprihatinan
atas hak-hak pekerja yang sering diabaikan.<\/p>\n\n\n\n

Tulisan-tulisan di atas karton itu tampak sederhana,
namun memuat makna mendalam:
tentang hak yang terenggut,
tentang manusia yang dipaksa bekerja tanpa perlindungan.<\/p>\n\n\n\n

Di jalanan, suara menjadi bentuk perlawanan
yang tidak kasar, tidak penuh benci,
melainkan mengetuk kesadaran
dengan keberanian dan ketulusan.<\/p>\n\n\n\n

Mereka tidak menuntut nama, kedudukan, atau pujian,
mereka hanya menginginkan keadilan
bagi mereka yang menggantungkan hidup pada upah yang layak,
bagi mereka yang bekerja tanpa rasa aman.<\/p>\n\n\n\n

Dan apabila suara ini belum juga didengar,
jalan tetap akan menjadi ruang terbuka
bagi kebenaran yang enggan dipadamkan,
sebab suara dari jalanan
adalah suara yang paling jujur
tentang negeri yang belum selesai belajar menghargai manusia.<\/p>\n\n\n\n

Penulis: Rahmawaty<\/p>\n\n\n\n

Editor: M Yusrifar<\/p>\n","post_title":"Suara dari jalanan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"suara-dari-jalanan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2025-08-16 23:15:52","post_modified_gmt":"2025-08-16 23:15:52","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/www.anotasiar.com\/ie\/?p=9842","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":9821,"post_author":"2","post_date":"2025-07-28 08:50:53","post_date_gmt":"2025-07-28 08:50:53","post_content":"\n

negara ini sering sunyi dalam ramai
suara-suara tinggi, tapi makna hilang di antara sorak
di layar, kita saling memaki
di jalan, kita saling bertahan hidup<\/p>\n\n\n\n

kemarin tanah longsor membawa rumah
hari ini harga naik,
dan besok\u2014mungkin suara kita lagi yang tenggelam<\/p>\n\n\n\n

anak-anak sekolah di pinggir sungai
sementara istana dibangun lebih tinggi
kami menonton berita seperti menonton luka
tapi tetap saja berharap pada pagi<\/p>\n\n\n\n

negara ini belum kalah
tapi lelah,
seperti ibu yang tetap masak meski dapur sudah dingin
seperti ayah yang tetap tersenyum
meski gaji tak cukup untuk mimpi<\/p>\n\n\n\n

tak apa, kita tidak sedang baik-baik saja
tapi kita juga belum menyerah
karena tanah ini,
meski bergetar,
masih bisa ditanam doa
dan doa yang tumbuh, tak akan sia-sia<\/p>\n\n\n\n

Penulis: Rahmawaty<\/p>\n\n\n\n

Editor: M Yusrifar<\/p>\n","post_title":"Tanah yang Masih Bergetar","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"9821","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2025-07-28 08:51:38","post_modified_gmt":"2025-07-28 08:51:38","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/www.anotasiar.com\/ie\/?p=9821","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":8928,"post_author":"2","post_date":"2024-03-24 05:15:08","post_date_gmt":"2024-03-24 05:15:08","post_content":"

Sajak: Ko Bukan Monyet<\/strong><\/p>\r\nMereka menyebut ko monyet\r\nMungkin dari perawakan ko yang mereka anggap seperti monyet\r\nTapi ko bukanlah monyet\r\nHanya seperti monyet\r\nMonyet yang ingin hidup damai di habitat\r\n\r\nMereka memanggil ko monyet\r\nMungkin dari perawakan ko yang mereka lihat seperti monyet\r\nTapi ko bukanlah monyet\r\nHanya seperti monyet\r\nMonyet yang akan memberontak ketika terganggu di habitat\r\nDan tak akan mengganggu ketika tak terganggu di habitat\r\n\r\nMereka menganggap ko monyet\r\nMungkin karena hitam ko punya kulit\r\nTapi ko bukanlah monyet\r\nHanya seperti monyet\r\nYang ingin dijadikan monyet oleh si monyet\r\nSi monyet yang ingin membabat habis ko punya habitat\r\n\r\nKo yang mereka sebut monyet butuh makan\r\nMereka yang monyet juga butuh makan\r\nSial bagi ko, si monyet terus memaksa ko untuk menjadi monyet\r\n\r\nSegala cara akan si monyet lakukan\r\nMembodohi, menyiksa bahkan membunuhmu\r\nMenjarah habitatmu adalah harga mati bagi si monyet\r\n\r\nWalau kau tahu si monyet memang serakah\r\nSelalu ingin menjarah kau punya rumah\r\nTetaplah berdendang dengan menggunakan tifa\r\nHingga kau merdeka\r\nMerdeka dari monyet yang ingin memonyetkanmu\r\n\r\nPenulis: DitootiD<\/strong>","post_title":"Sajak: Ko Bukan Monyet","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"sajak-ko-bukan-monyet","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-03-24 05:15:08","post_modified_gmt":"2024-03-24 05:15:08","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/www.anotasiar.com\/ie\/?p=8928","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":8659,"post_author":"2","post_date":"2023-11-27 11:18:56","post_date_gmt":"2023-11-27 11:18:56","post_content":"Sajak Rindu Untuk Mu\r\n\r\nOleh : Ridha Muhammad\r\n\r\n \r\n\r\nDalam irama kata yang kususun dengan indah,\r\nBibir yang berkata, kisah membebaskan diri dalam bisikan sunyi.\r\nRasa yang merajut, melukis diriku dalam kesunyian yang mendalam,\r\nRindu yang mengalun, sebagaimana sungai yang mengalir.\r\n\r\nSemua itu karena kamu,\r\nKarena kamu yang kurindu,\r\nKarena kamu yang kucinta,\r\nKarena kamu, rasa itu ada.\r\n\r\nKamu tahu,\r\nAku gila tanpa sadar,\r\nAku luka tanpa penawar,\r\nAku derita tanpa bahagia,\r\nAku gelap tanpa cahaya.\r\n\r\nHarus kukatakan,\r\nSenja adalah gambaran dirimu,\r\nTak tersentuh oleh genggaman jemariku,\r\nTak bisa teraih oleh jutaan rindu.\r\n\r\nTerkadang,\r\nAku ingin menjadi bulan purnama,\r\n\r\nMembias cahaya indahmu,\r\nBersinar bak rembulan yang terang benderang.\r\n\r\nMeski sunyi terasa, tetap kukisahkan kerinduanku,\r\nDalam serpihan kisah yang tak kunjung padam,\r\nNamamu terus mengalun, bersama detak jantung yang berdentum.\r\nDengan bayanganmu, namamu abadi dalam kalbu.","post_title":"Sajak Rindu Untuk Mu","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"sajak-rindu-untuk-mu","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2023-11-27 11:18:56","post_modified_gmt":"2023-11-27 11:18:56","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/www.anotasiar.com\/ie\/?p=8659","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":8653,"post_author":"2","post_date":"2023-11-26 07:33:43","post_date_gmt":"2023-11-26 07:33:43","post_content":"Sang Kekasih\r\n\r\nGemerlap senja akan hilang\r\nKunikmati setiap detik yang tersisa\r\nAku sadar bertemu denganmu sangat berarti\r\nDenganmu aku mengenal cinta dengan bahagia\r\n\r\nSaat rembulan mulai bersinar\r\nBeberapa bintang ikut menyinari\r\nSaat diriku sedang tertidur\r\nBayang dirimu senantiasa kesana kemari\r\n\r\nAngin malam yang bertiup\r\nMenggelitik setiap kulit yang ia sentuh\r\nUcapan kasih sayang padamu selalu terselip\r\nTerus bersama hingga nanti sang kekasih\r\n\r\n \r\n\r\nPenulis: Hulwana","post_title":"Sang Kekasih","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"sang-kekasih","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2023-11-26 07:33:53","post_modified_gmt":"2023-11-26 07:33:53","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/www.anotasiar.com\/ie\/?p=8653","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":8535,"post_author":"2","post_date":"2023-08-13 11:20:31","post_date_gmt":"2023-08-13 11:20:31","post_content":"Angin sore tiba-tiba berembus pelan, bertamasya memberi isyarat agar segera berhenti mengejar gendola.Tiba disore itu, mataku gelagapan mencari terang, meraba kenyataan, perihal percakapan yang terdengar sepintas, bahwa isi puisiku telah jatuh ke dekapan orang lain.\r\n\r\nSangat menyebalkan, saat tawa mulai mekar tiba-tiba kembali diterjang oleh kecewa yang serupa.seolah semesta kembali mengajarkan cara memeluk diri sendiri, tanpa pernah membiarkan sejenak berteduh dibawah rindang cinta yang menyegarkan.\r\n\r\nKetidak beranianku mengikatmu memberi ruang bagi orang asing mendekatimu. Pantas saja jika orang asing, sudah lebih dahulu menyodorkan cinta yang segara kau terima dengan hangat.\r\n\r\nSebab, keberaniannya jauh melampaui cakrawala. Sebab, tanpa menunggu aba-aba segera membawa sebongkah bunga mawar bersisakan duri di peruntukkan bagiku.\r\n\r\nTidak seperti aku yang bebal, terlalu banyak neko-neko bak filsuf menyusun algoritma sebelum memulai laga arena diatas hamparan lautan cinta.\r\n\r\nTapi, tak mengapa. Kataku \"Selamat\" meski dalam keadaan terpaksa.\r\n\r\n \r\n\r\nPenulis: Ahmad Syarif\r\n\r\n ","post_title":"Selamat","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"selamat","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2023-08-13 11:22:48","post_modified_gmt":"2023-08-13 11:22:48","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/www.anotasiar.com\/ie\/?p=8535","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":8510,"post_author":"2","post_date":"2023-08-01 07:36:24","post_date_gmt":"2023-08-01 07:36:24","post_content":"Perihal kamu, rupa pria yang tertata\r\nTata rias matamu, tata rias rambutmu, tata rias wajahmu, semuanya tentang kau dan senja dikala sore, ini tentang anggapan\r\nTak tahu lagi harus bagaimana melukis harapan\r\nRindu ini tak kunjung padam, ku harus bagaimana\r\nMerindumu menjadi rutinitas malamku, hatiku kian merana\r\nAkankah ada cara menuntaskan segala rupa mengesalkan ini?\r\nBagaimana mungkin tak merindukan sosokmu\r\nsosok pria yang sudah tak mampu aku menikmati parasnya, yang tak mampu lagi aku menemani malamnya, yang tak mampu lagi aku menggengam tangannya,\r\nyang hanya kerap mengulik kenangannya\r\nBagaimana jika yang mampu aku lakukan hanyalah sebatas meramu doa, agar sampai kepada sang pemilik kerinduan dihati ini\r\nBagaimana kau disana?\r\nBagaimana dengan hari-harimu?\r\nApa gerangan yang kau lakukan, ketika tanggal lima menyilih tanggal enam?\r\nbagaimana kabarmu bersama heningnya malam?\r\nRindukah kau padaku?\r\nPada kami?\r\nPada orang-orang yang senantiasa menyanyangimu?\r\nAku gila, piluh, kesedihan ku beragam, terkutuk oleh kesedihan, rindu tak pernah teralih\r\nAku takut kesedihan, bersamamu mengadu kasih\r\nAku merindukanmu, menunggu kabarmu\r\nBagaimana dengan hari-harimu?\r\nBukankah di hari itu kau mengaku cinta padaku?\r\nBerhari-hari cerita romantis kita habis di perbincangkan di gedung sana\r\nLihatlah sekarang aku merana\r\nTak ada kesempatan untuk berdua lagi menatap keindahan kota yang kaku\r\nSungguh rindu ini sulit lepas di benakku\r\nJika bukan semerbak bunga yang kau tinggalkan, ruang rindu abadi dihatiku mungkin tak hanya berotasi padamu saja.\r\n\r\n \r\n\r\nPenulis: Annisa Azzahra","post_title":"Tentang Jarak: Melampiaskan Rindu Melalui Tulisan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"tentang-jarak-melampiaskan-rindu-melalui-tulisan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2023-08-01 07:43:32","post_modified_gmt":"2023-08-01 07:43:32","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/www.anotasiar.com\/ie\/?p=8510","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":8496,"post_author":"2","post_date":"2023-07-30 03:54:03","post_date_gmt":"2023-07-30 03:54:03","post_content":"Malam yang terasa dingin dan sunyi ini, ku hadirkan dengan sebuah ilusi dan mimpi\r\n\r\nBerjalan-jalan dan menikmati di dalam mimpi yang begitu sangat indah\r\n\r\nDi sana, kita bersama, mesra, pada akhirnya berbahagia\r\n\r\nNamun, hanya dalam kenyataan mimpiku tak mampu menggapainya\r\n\r\n \r\n\r\nKita berlari melintasi taman yang begitu indah\r\n\r\nMelihat bunga yang mekar menjadi metafora bahwa kita akan tumbuh dan berkembang sepanjang hidup\r\n\r\nSenyummu memancar seperti matahari di pagi hari\r\n\r\nNamun, itu hanyalah sebuah ilusi yang tak dapat terwujud\r\n\r\n \r\n\r\nKita mendengarkan instrumen musik begitu sedap di telinga\r\n\r\nCobalah lagu pendengar setiamu, hal selalu membawa tenang ketika berduduk sendiri di telaga\r\n\r\nKita bernyanyi bersama di bawah gemerlap rembulan yang menerangi seluruh alam semesta\r\n\r\nNamun, itu hanyalah sebuah imaji yang tak dapat tercipta\r\n\r\n \r\n\r\nKebersamaan kita, dalam dunia khayal ini nyata ada nya\r\n\r\nNamun pada saat aku membuka mata, tak ada yang menjadi kenyataan\r\n\r\nKita hanya bertemu di mimpi-mimpi telanjangku pada saat aku menutup mataku untuk memperistirahatkan tubuhku sejenak\r\n\r\nDan kembali hidup dalam kehampaan dan kerinduan di manapun aku berpijak\r\n\r\n \r\n\r\nKita menjalani sebuah kisah, perjalanan yang begitu meninggalkan kesan yang sangat mendalam\r\n\r\nEntah di tuangkan ke dalam bentuk apapun pasti tidak akan menyerupai sebuah mimpi dan ilusi yang terpendam\r\n\r\n \r\n\r\nNamun sayang seribu harapan\r\n\r\nDiri ku hanya mampu beragan-angan\r\n\r\nMenapaki sepanjang pelataran sekretariat ini\r\n\r\nMewujudkan salah satu mimpi agar kau menghampiriku disini\r\n\r\nAkankah ada ruang untuk kita bertemu\r\n\r\nAkankah ada waktu untuk kita bercumbu dan merayu\r\n\r\nSemoga esok kita berjumpa kembali bersamamu\r\n\r\nJalanan menjadi saksi semua mimpiku\r\n\r\nSuaraku menggelegar di sepanjang kota\r\n\r\nMarahku ingin disaksikan olehmu\r\n\r\nBerteriak mencaci kebijakan pemerintahmu\r\n\r\nIni bunga untukmu kupersembahkan sukaku padamu\r\n\r\n \r\n\r\nKita berlari mengejar impian\r\n\r\nMenggapai sejengkal kehidupan\r\n\r\nBersamamu aku tenang dalam kesepian\r\n\r\nAku mencintai kebersamaan, itulah mengapa aku menaruh harapan.\r\n\r\n \r\n\r\nPenulis: Syarif Hidayatullah","post_title":"Melintasi mimpi malam: Kemari memberontak bersama","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"melintasi-mimpi-malam-kemari-memberontak-bersama","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2023-07-30 04:25:28","post_modified_gmt":"2023-07-30 04:25:28","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/www.anotasiar.com\/ie\/?p=8496","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":false,"total_page":1},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"jnews_block_3"};

Page 1 of 2 1 2

Puisi

Suara dari jalanan

Di hadapan institusi yang semestinya menjadi pelindung,langkah-langkah muda tersusun dalam ketertiban.Bukan karena kehilangan pekerjaan,melainkan karena hati menolak untuk diam terhadap...

Sang Kekasih

Sang Kekasih Gemerlap senja akan hilang Kunikmati setiap detik yang tersisa Aku sadar bertemu denganmu sangat berarti Denganmu aku mengenal...

Dokumentasi pribadi

Selamat

Angin sore tiba-tiba berembus pelan, bertamasya memberi isyarat agar segera berhenti mengejar gendola.Tiba disore itu, mataku gelagapan mencari terang, meraba...

Page 1 of 2 1 2

Add New Playlist